3. Antara Kika dan Bintang

99K 2.4K 16
                                    

Kika (7 tahun) celingukan di depan pagar rumahnya. Gadis kecil bergaya boyish itu mengencangkan tali ranselnya. Ia sudah membulatkan tekad untuk kabur dari rumah. Tapi otak kanak-kanaknya membuatnya bingung harus pergi kemana.

"Yosh. Yang penting jauh-jauh dulu aja dari rumah" gumaman itu keluar dari bibir mungilnya. Menjadi petunjuk utama kemana kaki-kaki kecilnya akan melangkah.

"Hei! Kamu!" Seruan itu menghentikan kaki Kika. Ia menoleh dan mendapati seorang anak laki-laki menatapnya lurus. Anak itu sedikit lebih pendek darinya dengan rambut seperti mangkok dan tangan menenteng buku cerita bergambar.
Culun sekali. Pikir Kika. "Apa?" Tanyanya datar. Ia sedang dalam perjalanan melarikan diri dan anak culun dihadapannya itu malah menghentikannya. Padahal ia baru saja berjalan tidak sampai 20 meter.

"Aku Bintang. Kamu?" Tidak menyadari tatapan merendahkan Kika, anak itu mendekat dan malah memperkenalkan diri. Kika memandangnya kesal.

"Bukan urusanmu. Sana pergi" usirnya sebelum membalikkan badan dan terus berjalan.

"Hei. Kamu mau kemana?" Bintang mengekor di belakang Kika. Tidak menghiraukan langkah gadis itu yang melebar dan makin cepat. Tidak mendapat jawaban, ia malah menghujani Kika dengan pertanyaan.

"Nama kamu siapa?" "Kamu mau kemana?" "Kamu kelas berapa? Aku kelas 3B di SD Melati" "Rumah kamu yang mana?" "Dengar deh, kemarin aku-"

"Uhh.. berisiikk! Kamu cerewet banget sih! Ngapain kamu ikutin aku? Sana pulang!" Seru Kika sebal. Matanya melotot. Bola matanya tampak jelas berkilat kesal.

"Jadi, nama kamu siapa?" ingin rasanya Kika menghajar anak dihadapannya itu. Kekesalannya tambah naik karena Bintang tidak mengindahkan omelannya. Ia memalingkan wajahnya yang memerah. Berbalik dan berlari pulang.

Di rumah lebih baik daripada keluar tapi bertemu orang seperti itu. Batinnya.

***

"Kika" Suara Mama menyambut Kika yang baru saja melepas sandal. "Darimana kamu?" Kika menghela napas panjang. Di luar ia bertemu anak menyebalkan. Di rumah ia langsung bertemu dengan orang yang sama menyebalkannya.

"Dari.. luar?" Jawabnya acuh tak acuh.

"Siapa bilang kamu boleh main keluar? Sebentar lagi Miss Lucy akan datang. Masuk kamar dan mandi. Awas kalau terlambat" kata Mama dingin.

"..."

"Kamu tidak menjawab saat ditanya Mama, Kika?" Salah satu alis sulaman Mama naik.

"I dont wanna. Lagian Mama kan bukan ibuku" katanya sebelum melenggang ke kamarnya. Meninggalkan Mama yang menghela napas. Kesedihan berkabut di matanya.

Tentu saja. Ia memang bukan ibu kandung Kika. Anak perempuan itu adalah anak dari pernikahan suaminya dengan istri pertamanya. Kika yang pada awal perceraian dibawa ibunya pulang ke Amerika, sekarang suka tidak suka harus mau tinggal di Jakarta dengan ayahnya dan ibu tirinya. Bukannya Kika dibuang oleh ibunya. Hanya saja ibu kandung Kika meninggal karena kecelakaan dan karena ia anak yatim piatu Kika tidak punya pilihan lain selain kembali pada ayahnya.

Melihat ada wanita lain yang mendampingi ayahnya, Kika makin membenci situasinya saat ini. Baginya, semua yang terjadi adalah kesalahan Mama. Wanita itu merebut Papa nya dari ia dan Mommy. Wanita itu juga yang membuatnya merasa terasing di rumah yang saat ia kecil pernah ia tinggali. Kika tidak tahu harus bagaimana. Ia tidak merasa nyaman bahkan dengan Papa. Apalagi ayahnya itu bussinessman yang terlampau sering keluar kota, meninggalkan Mama dan Kika berdua di rumah. Untung saja Mama bukan tipe ibu tiri yg membenci dan menyiksa anak tirinya. Ia hanya kaku dan bingung karena pertama kalinya menjadi ibu untuk anak perempuan yg masih kecil.

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang