8. Honeymoon : recover

56.2K 1.7K 5
                                    


Bintang dan Kika saling pandang.

Hening.

Bintang berdeham seraya berujar. "Aku tidak suka kamu seenaknya bilang aku tidur dengan perempuan murahan. Dan aku juga tidak pernah bertato."

Kika menelan ludah. Meski aneh, harus ada hal yang ia klarifikasi.

"Bintang, kamu.. bilang kalau kita baru bertemu saat aku koas?" bintang mengangguk. Tangannya sudah bersedekap sejak mulai berargumen dengan Kika. "Tap-tapi, bukannya kita satu SMA?"

"Jangan bodoh Cantika. Kamu SMA di Jakarta kan? Aku di Surabaya. Menurutmu bagaimana bisa kita satu sekolah?" Bintang bisa melihat mata Kika melebar. "Dulu setelah kamu pindah ke Jakarta nggak lama aku juga pindah ke Surabaya" kini Kika menatapnya ragu.

Kika tidak pernah tahu nama lengkap Bintang. Sebagai anak kecil, tentu saja yang melekat di kepalanya hanya nama panggilan.

Saat SMA ada seorang lelaki bernama Bintang. Satu tahun lebih tua darinya. Dan sangat menyebalkan. Berlagak seolah tidak pernah mengenal Kika saat gadis itu memanggilnya. Tapi hari berikutnya laki-laki itu melancarkan rayuan mautnya pada Kika selama dua tahun menjadi adik kelasnya. Reputasinya buruk sebgai playboy, berandal yang senang tawuran, dan juga tato hijau besar di punggungnya yang tidak sengaja Kika lihat saat lelaki itu bermain basket. Kika makin membencinya kala ia memergoki Bintang memaksa seorang teman sekelasnya melakukan hubungan seksual di ruang OSIS. Benar sekali, si bajingan itu adalah anggota OSIS. Ia masih ingat betul temannya itu langsung menghambur kearahnya sementara Bintang hanya cengengesan dan melangkah pergi.

Bintang yang ditemuinya saat SMA itu.. benar-benar mirip dengan Bintang yang kini menjadi suaminya.

Wajar kalau Kika berang begitu mendapati Bintang bertingkah kalem dan seolah-olah tidak bersalah..

Kika mengutarakan ceritanya tentang Bintang saat SMA. Membuat Bintang tersenyum miring.

"Dan menurutmu aku adalah laki-laki yang sama dengan yang memerkosa teman kamu itu?" kika meringis menatapnya. Merasa bersalah juga. Sudah menjuteki laki-laki itu padahal dugaannya salah besar. Bintang menghela napas. "yasudahlah. Seenggaknya sekarang kamu udah sadar kalau aku bukan si bejat itu" ia bangkit.

"maaf" kata gadis itu pelan. "padahal sudah lama kta ngga ketemu ya Bi. Tapi malah harus musuhan karena kesalahpahaman konyol ini." Lanjutnya.

Bintang diam sejenak. Menyadari bahwa ini pertama kalinya Kika memanggilnya dengan panggilan kecilnya dulu membuatnya senang. Ia bahkan tidak memikirkan siapa kemungkinan laki-laki yang begitu menyerupai dirinya dan sampai membuat salah paham antara dia dan Kika.

"iya aku maafin. Makan yuk. Aku lapar" diusapnya puncak kepala Kika sebelum berdiri dan meraih jaket. "Ka?"

"Tapi aku belum mandi"

"Cuek aja. Lagian nggak akan ada juga yang bakal nanya kita udah mandi atau belum." Kika menimbang-nimbang sebentar sebelum mengiyakan dan meraih kardigannya. Mengikuti langkah Bintang ke dining hall.

Setelah suapan pertama sukses ditelan Kika, tiba-tiba Bintang buka mulut.

"Tapi ngomong-ngomong, sebenernya tadi aku udah mandi sebelum bangunin kamu Ka" katanya sambil nyengir iseng. Kika melotot. Jelas-jelas wajahnya kaget. ia membuka mulutnya. Tidak ada kata yang keluar dan ia mengatupkannya lagi.

Kesal dengan laki-laki di hadapannya, gadis itu mendengus kasar dan menghabiskan makanannya dalam diam. Tidak menghiraukan Bintang yang minta maaf karena tidak menyangka Kika akan marah.

"Ka.. maafin ya? Sumpah aku juga baru inget pas udah di bawah. Mandinya juga pagi banget, jam 2. Itu kan bukan hitungan mandi pagi" Bintang masih merecoki Kika dengan kata maafnya. Ia mengutuk dalam hati. Baru juga baikan. Masa belum satu jam sudah berantem lagi? "Ka.."

"Berisik" Potong Kika. Di tangannya sudah ada baju ganti yg akan dikenakannya setelah mandi.

"Yah Ka.. maafin dong. Kan kita baru baikan masa marahan lagii"

"Aku nggak marah" merupakan kalimat yang sangat tidak meyakinkan jika diucapkan dengan nada ketus seperti itu.

"Aku mandiin deh-"

"Bintang!" kali ini Bintang memasang wajah memelas. Membuat Kika akhirnya menghela napas. Kalau diingat-ingat, saat kecil dulupun ia paling tidak bisa berlama-lama marah dengan laki-laki itu. Apalagi kalau matanya sudah seperti anak anjing. "Yaudah.."

"Wah. Kamu mau aku mandi-"

"Bukan itu bodoh" Kika mencubit lengan Bintang sampai pria itu meringis. "Aku mandi dulu. Sana beresin barang-barang kita biar cepat pulang"

"Loh memangnya kita langsung pulang? Sayang Ka udah di Bali" dasar Bintang. Dikasih hati minta jantung.

"Bi kita ini bukannya pengangguran yg bisa seenaknya liburan. Aku masih harus praktek besok!"

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang