Ruang makan kediaman keluarga Indra dipenuhi oleh dentingan alat makan. Kakek dan nenek Bintang bahkan turut hadir dalam jamuan makan malam itu. Bahkan ketiga adik kembarnya, Sheila, Sisil, dan Sehan yg masih bersekolah boarding juga ditarik pulang dan hadir di jamuan malam itu. Sebelas orang mengelilingi meja makan tentu akan membuat suara sendok dan garpu menggema.
"Kalian rencana mau bulan madu kemana?" Ayahnya Kika angkat bicara. Membuat semua mata sontak tertuju pada kedua pengantin baru yang kini menghentikan kegiatan apapun yang sedang dilakukan.
Sendok Bintang menggentung di depan mulutnya, tidak jadi tersuap. Dan gelas Kika mematung di udara, tidak jadi terminum. Keduanya meletakkan sendok dan gelas itu. Bintang berdeham.
"Rencananya sih mau ditunda Om. Saya dan Kika udah ambil cuti kelamaan soalnya" sahut Bintang. Papa mengangguk-anggukan kepalanya.
"Jangan panggil Om nak Bintang. Panggil Papa aja" katanya. "Kamu kapan jaga lagi Ka?" Tanyanya. Kali ini yang menjawab Kika.
"Harusnya sih besok Pa." Mendengarnya, pria tua itu mengambil ponsel dan memencet layar beberapa kali.
"Kalau gitu.. Malam ini kalian berangkat ke Bali. Besok malam baru pulang lagi kesini. Papa udah bilang sama Pak Budi buat nyiapin tiket pesawat sama hotel disana. Habis makan langsung hubungi dia ya" ucapan Papanya membuat mata Kika membelalak tidak percaya.
"Pa!"
"Ngga papa toh Ka. Direktur rumah sakitnya kan Ayah mertuamu sendiri. Bukan begitu Ben?" Ayahnya Bintang itu mengangguk. Tetap menyuap makanan ke dalam mulutnya. "Nah. Ga ada masalah kan? Ya nggak nak Bintang?" Kika hanya bisa menatap ayahnya putus asa. Menghentikan makan malamnya yang masih separuh.
Belum pulih bad mood Kika, ayahnya itu kembali melanjutkan ucapannya. "Kalau bisa jangan menunda punya anak ya. Papa udah getol pengen gendong cucu" diikuti tawa kecil dari mulut papanya Bintang. Laki-laki tua itu juga berpikiran sama dengan sahabatnya itu.
"Dengar Bintang? Mertuamu minta cucu" Mama Bintang mengompor. Bintang hanya mengangguk dan melanjutkan makannya yang tadi tertunda. Melihatnya wajah Kika merah padam. Membuahkan kikikan halus dari para orangtua.
"Kika udah kenyang. Mau ke kamar mandi dulu" katanya.
Kika sebal melihat tingkah suaminya itu. Kenapa malah mengiyakan sih? Kenapa tidak bilang kalau pekerjaannya juga sudah menumpuk? Dan soal anak..
Sudah 3 hari mereka menjadi suami istri dan keduanya masih tidur berjauhan. Bagaimana bisa menghasilkan anak?
Jangan konyol Kika. Kamu mau punya anak dari laki-laki brengsek seperti dia? Gumam gadis itu.
Kekesalan gadis itu ia tumpahkan ke tissue toilet. Ganas ditariknya ujung gulungan itu hingga panjang sekali dan menggulungnya asal-asalan hingga kusut. Lupa kalau ini bukan kamar mandinya yang bisa seenaknya ia berantakin.
"Ka?" Ketukan di pintu kamar mandi menyentakkan Kika. Ia mendelik ke arah pintu yang tidak bersalah. Suara Bintang jelas merupakan hal terakhir yang ingin ia dengar saat ini.
"Apa?!" Semburnya galak.
"Pesawatnya jam delapan. 1 jam lagi kita berangkat. Kamu nggak mau packing?" Pertanyaan datar Bintang membuat Kika mencabik-cabik tisu di tangannya sadis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With(out) Love
ChickLit"Saya nikahkan..." "Saya terima nikahnya.." "SAH!" Dan dunia tidak lagi sama untuk Bintang dan Kika. *** Salah paham Cemburu Cinta pertama Sakit hati Hancur Bangkit Bintang dan Kika merasakannya dalam Kehidupan pernikahan yang dimulai tanpa cinta **...