Udah chapter 38 aja 😂 Maafkan aku perkembangannya super lambat. Tolong bertahan dan baca sampai akhir ya. Terimakasih banyak apresiasinya 😚
Enjoy :)***
Holy shit!
Bintang baru menyadari kalau rute Jakarta-Bogor macetnya bukan main.
Mambuat pria itu panas dingin. Antara geram, kesal, gondok, campur khawatir dan ketakutan.
Sungguh dadanya sesak saat memikirkan sesuatu yang buruk mungkin sedang menimpa Kika sementara dirinya masih terjebak di dalam mobilnya, ditengah lautan kendaraan lain yang sama-sama diam ditempat.
Ditengah kekalutan dan kepanikannya, Bintang butuh sandaran dan pilihan itu jatuh pada Yang Maha Kuasa. Begitu ada kesempatan ia langsung mencari masjid dan menepikan mobilnya.
Masjid itu sepi. Sunyi. Menambah khusyuk sholat Bintang. Menambah syahdu doanya. Bintang belum pernah berdoa sungguh-sungguh seperti saat ini. Biasanya doanya hanya sekilas-sekilas. Paling hanya sekedar memenuhi kewajibannya sebagai anak berbakti dengan mendoakan orangtuanya dan selesai.
Tanpa sadar air mata menuruni pipinya. Ia benar-benar kacau. Luar dan dalam. Merasa bersyukur memutuskan untuk mampir sholat ashar karena perasaan gundah dan ketakutannya kini mulai terkontrol.
Selesai berdoa ia bergegas kembali ke dalam mobil. Kembali bermacet-macet ria.
Ia sampai di kawasan Kota Bogor setelah azan isya berkumandang. Entahlah. Mungkin karena besok adalah weekend, jalanan begitu penuh dan macet.
Bintang meraih ponselnya. Melihat alamat tujuannya yang entah ada di Bogor bagian mana. Ah. Ia baru ingat.
Salah satu kekurangannya adalah buta peta. Buta arah.
Efek kelamaan disopirin mungkin. Nah. Salahkan ibunya yang overprotective itu.
Akhirnya Bintang modal nekat. Bertanya pada orang-orang. Yang malah membuatnya tersesat dan berputar-putar. Dan menemui jalan buntu. Entahlah. Bintang bahkan tidak mencoba bertanya pada google map karena yakin ia akan tambah nyasar.
Bintang melambatkan laju mobilnya sebelum kendaraan roda empat itu memasuki kawasan perumahan tujuannya. Semalaman ia tidak tidur. Melajukan mobilnya ke daerah terpencil yang bahkan sinyal internet telkomsel yang maha agung saja E.
Bintang menyempatkan shalat subuh. Dalam dua rakaat itu rasanya ia hampir roboh. Terakhir ia bergadang adalah saat mengejar profesor pembimbingnya untuk menghadiri seminar thesisnya. Kepalanya berdenyut dan matanya berat karena mengantuk. Ia semoat berpikir untuk tidur sejenak. Tapi siapa yang tahu apa yang terjadi pada Kika dalam satu detik ia dalam alam mimpi? Membuatnya benar-benar terjaga sepanjang malam.
Kemeja kusut. Rambut acak-acakan. Kantung mata yang tebal. Wajah pucat. Bibir kering.
Penampilan Bintang hampir menyerupai zombie.
Kembali menaiki mobilnya, Bintang menyusuri gang sempit perumahan itu. Demi apapun, yang membuat perhitungan sepertinya mabuk atau memang tidak waras. Rumah-rumah disana jelas besar-besar. Tapi dengan pelitnya hanya memberikan jalur minimal untuk kendaraan yang lewat. Apalagi banyak kendaraan yang parkir di pinggir jalan. Membuat mobil yang mau lewat harus saangat ekstra hati-hati supaya muat dan tidak menyenggol sesama mobil.
Brag!
Brug!
Brag!
Rraaaawwwrrr...
Brug!
Brag!
Kegaduhan beberapa meter di depannya mengejutkan Bintang yang nyaris saja menyetir sambil terpejam. Ia menajamkan pandangannya dan melihat seseorang tengah memeluk gerbang tinggi yang entah bagaimana bergoyang-goyang hebat. Ia sedikit mempercepat laju mobilnya dan terperangah melihat siapa yang ia lihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With(out) Love
ChickLit"Saya nikahkan..." "Saya terima nikahnya.." "SAH!" Dan dunia tidak lagi sama untuk Bintang dan Kika. *** Salah paham Cemburu Cinta pertama Sakit hati Hancur Bangkit Bintang dan Kika merasakannya dalam Kehidupan pernikahan yang dimulai tanpa cinta **...