26. Jealous

27K 907 13
                                    

"Andraa!" Kika hampir melompat memeluk adiknya itu begitu Andra membuka pintu apartemennya. Pria itu terkekeh seraya balas memeluk hangat kakaknya itu. Ia ingin tertawa saat melihat wajah Bintang yang jelas-jelas tidak terima melihatnya. Ia merasa superior karena ia jelas-jelas bisa melihat kecemburuan di mata suami Kika itu. "Kamu kurusan Ndra. Pasti makan kamu nggak bener deh" tuduh Kika begitu melepaskan pelukannya.

"Nggak kok aku makan. 3x sehari" Kilah Andra. Tangannya sengaja menyelipkan anak rambut yang menutupi pipi Kika ke belakang telinga gadis itu. Dari sudut matanya ia bisa melihat ekspresi geram Bintang yang kesal setengah mati tapi tidak bisa apa-apa. Andra nyengir lebar. Thanks to his lil bro title.

Sepertinya lima hari kedepan akan lebih menarik dari dugaannya.

"Kamu apa kabar Cantik?" Tanyanya. Sengaja mengabaikan keberadaan Bintang untuk membuat pria itu makin menekuk wajah.

"Mmm.. baik. Kamu nggak nawarin masuk Ndra?" Andra terkekeh sebelum mengajak Kika masuk ke apartemennya. Ia tidak mengatakan apapun pada Bintang tapi laki-laki itu tetap mengekor di belakang mereka dalam diam sementara ia dan Kika mengobrol seru. Sekali lagi, thanks to his lil bro title.

"Oh iya Ndra. Mungkin kamu udah nebak tapi.. Kenalin, ini suami aku. Bintang" Bintang menghela napas lega. Alas akhirnya istrinya itu tidak lagi menganggapnya sebagai angin.

"Bintang" Pria itu mengulurkan tangannya yang disambut oleh jabatan tangan Andra.

"Kalendra. Panggil saja Andra"

"Bintang 2 tahun lebih tua dari kamu Ndra" Kata Kika. Alis Andra naik mendengarnya.

"Terus? Did you expect me to call him big bro?" Kika menggeleng.

"Nggak. Ngingetin aja biar jangan terlalu ngisengin dia" katanya sambil terkikik. Bintang cemberut mendengar penuturan gadis itu. Membuat gadis itu tertawa makin keras. "So cute" kedua tangan Kika mencubit pipi Bintang gemas. Pria itu baru saja akan protes saat Andra mengatakan bahwa ia kelaparan dan ingin memakan masakan Kika. Dahi Bintang berkerut samar. Ia bisa melihat senyum ceria laki-laki itu jelas dipaksakan. Sementara Kika? Gadis itu dengan semangat berderap ke arah dapur dan mulai mencari bahan apapun yang bisa diolahnya menjadi sesuatu yang edible.

Bintang dan Andra masih berdiri di tempat. Beberapa saat kemudian Kika kembali dengan tas tangannya.

"Kamu nggak punya apa-apa di kulkas Ndra. Aku belanja dulu gapapa ya?" Tanyanya.

"Mau diantar?" Tawar Andra. Kika menggeleng dan mengacak rambut adiknya iu.

"Aku kesini bukan pertama kalinya Ndra. Aku tau dimana supermarket terdekat" Ujarnya sebelum melesat pergi dengan cepat. Totally oblivious akan 'percikan api' diantara kedua laki-laki itu.

"Hati-hati!" Seru Bintang meski ia tidak yakin istrinya itu akan mendengar teriakannya. Hening sesaat sebelum ia kembali bersuara. "We need to talk" Bisiknya. Tangannya menepuk sekilas bahu Andra sebelum melangkah ke ruang tengah dan duduk di sofa.

"Mau bicara tentang apa.. Bintang?" Tanya Andra dengan tenang. Ia duduk bersila dan tangannya terlipat di dadanya. Matanya lurus menatap mata elang Bintang. Hilang sudah kesan ceria yang tadi ditampilkannya.

"Saya tidak keberatan anda manggil saya Bintang" Sahut Bintang acuh tak acuh.

"Saya juga nggak keberatan kalo anda ngomong dengan bahasa yang informal"

"..."

"..."

Keduanya hanya saling tatap.

Satu menit.

Dua menit.

Tiga..

Empat..

Bintang menghela napas.

"Gue tahu" katanya. Memecah keheningan diantara mereka.

"Tahu apa?" Kalau ini kondisinya tidak serius, Bintang akan menjawab tahu bulat. Tapi ini ia sedang bucara serius dan ia sedang tidak ingin menjatuhkan harga dirinya di depan pria itu.

"Kalau lo suka sama istri gue" kali ini Andra menyunggingkan sebyum tipis.

"Terus? Apa yang bakal lo lakuin? Tell her? She's too dense to realize." Bintang menarik salah satu ujung bibirnya. Tersenyum miring.

"I know. She's oblivious about it" Ia mengangkat bahu. "Justru yang mau gue tahu.. apa yang bakal lo lakuin"

"Apa lo takut gue bakal ngerebut dia?" Bintang menggeleng.

"Gue tahu lo akan menghargai dia sebagai wanita yang sudah menikah. Lo nggak akan menyusahkan dia dengan membuat dia punya affair" Andra mengeluarkan tawa hambar.

"Kenapa lo pede banget? Emang lo yakin Kika cinta sama lo?" Bintang tertawa kecil namun matanya menatap tajam pria di hadapannya.

"Buktinya, selama ini lo nggak menyatakannya" Senyum Andra hilang sama sekali. Sedangkan senyum miring Bintang berubah menjadi seringai kemenangan. "Lo tahu perasaan lo itu cuma bak membebani dia"

"Apa maksud lo ngomongin ini?"

"Just because. Gue hanya ingin memastikan lo nggak akan melewati batasan lo sebagai adik" rahang Andra mengeras mendengarnya.

"None of your bussiness"

"It is my bussiness now. She's a married woman. She's a wife... She's my wife" Bintang mengejutkan dirinya sendiri dengan ucapannya itu. Ia tidak tahu ia seposesif itu. Bintang adalah pribadi yang easy going dan bisa terbilang cuek. Dia tidak pernah marah apabila miliknya diganggu gugat. Bahkan ia tidak masalah saat pacar pertamanya selingkuh dengan teman dekatnya. Tapi Kika berbeda. Gadis itu berbeda.

Cantika-nya berbeda.

Ia tidak terima ada pria lain yang mendekatinya.

Pria lain, termasuk Andra.

Bintang sudah merasa tidak nyaman sejak pertama mendengar nama pria itu dari mulut Kika. Dan mengiyakan instingnya saat melihat bagaimana pria itu menatap istrinya.

Ia merasakan perasaan senang yang aneh saat melihat Andra tidak bisa melawannya saat ia mengklaim bahwa Kika adalah miliknya.

Andra mendengus. "Lo nggak akan bisa melarang kedekatan gue dengan dia. Sekalipun lo melarang dia, gue yakin dia nggak akan mendengarkan. She'll stay close with me" Karena dia tahu gue akan mati sebentar lagi. Tambahnya kecut dalam hati. Ia benci dengan kemungkinan bahwa Kika mengasihaninya karena penyakitnya. Tapi di depan Bintang, ia harus bersikap angkuh dan superior. Ia tidak akan mengakui bahwa ia benar-benar kehilangan Kika pada pria itu.

"Oh ya? Apa jaminannya?" Tanya Bintang. Mendadak merasa tertantang. Andra mengangkat bahu.

"Tidak ada. Tapi gue yakin sepenuhnya itu akan terjadi. Afterall, I'm her brother" kata-kata itu terasa pahit di mulutnya. Tapi ia toh tetap mengatakannya. "Kenapa? Lo mau nyoba?"

"Gimana kalau dia benar-benar ninggalin lo?"

"Kenapa lo peduli?"

"Just because. Afterall, you're siblings. Meski bukan kandung. Tapi gue yakin Cantika nggak akan senang dipisahin sama adiknya. So I'll stay put for now. But don't you dare step your boundary or you'll regret it"

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang