"Ka, you okay?" Raut khawatir terpampang jelas di wajah Bintang.
Ucapan Bintang tidak ada yang diproses otak Kika. Ia bergeming dengan kepala yang penuh perdebatan.
"Ka?"
Aku mau ngomong apa sebenarnya?
"Kamu kenapa?"
Aku me-apa?
"Kamu nggak keluar-keluar dari kamar mandi. I'm worried."
Dan kenapa juga sekarang dia tiba-tiba pulang?
"Cantika, talk to me. Please.."
Aku kan jadi teringat itu.. ya tuhan aku bahkan udah nggak mikirin lagi perbuatan Clara. Semua gara-gara me- sialan itu.
"Ka.."
Siaaall. Sebenarnya apa sih yang kamu pikirkan Ka? Apa kamu serius sama yang mau kamu bilang ke Bintang kalau kamu me- ah kenapa jadi pusing begini sih??
Bintang menghela napas. Ucapannya tidak menggoyahkan gadis yang tampak sedang merenung itu. Akhirnya ia memilih mencuci muka dan sikat gigi. Meninggalkan Kika yang mulai menggigiti kuku jempolnya. Setelah selesai sikat gigi ia kembali ke wet area kamar mandi dan masih menemukan Kika memeluk lutut disana dengan ekspresi yang berganti-ganti di wajahnya. Ia keluar kamar mandi untuk melakukan sesuatu sebelum kembali masuk dan duduk di pinggiran bath tub dan memerhatikan dalam diam.
Mata Kika melotot kaget.
Dahinya berkerut seolah menyangsikan sesuatu.
Kepala gadis itu menggeleng kuat sebelum senyum kecil muncul di bibirnya.
Dan kini ia tersentak kaget.
Memiringkan kepalanya ke kanan dengan kening berkerut. Membuat alisnya hampir menyatu.
Bintang finds it amusing. Ia tahu istrinya itu manis. Tapi ia tidak tahu gadis itu begitu menggemaskan.
Ia melihat jam tangannya. Ini sudah lewat setengah jam sejak Kika masuk kamar mandi tadi. Tangannya lalu terulur. Salah satu tangannya meraih punggung gadis itu dan satunya lagi bersiap dibawah lututnya.
Dalam hitungan detik, lamunan Kika buyar saat ia menyadari Bintang sudah mengangkat tubuhnya. Ia memekik pelan dan refleks melingkarkan tangannya ke leher pria yang kini terkekeh geli itu.
"Udah sadar?" Tanyanya sambil menahan senyum.
Mata Kika melebar. Ia membayangkan tubuhnya yang panjang dibopong oleh Bintang dan menurutnya itu nggak banget. Anggapannya adalah, yang cocok digendong ala bridal style seperti itu hanya perempuan dengan tubuh petitè yang manis. Bukan wanita raksasa seperti dirinya.
"Let me down Bi.. turunin akuu!" Serunya sambil berusaha meronta.
"Sshh. Udah sekalian aja keluar. Kamu sih aku panggilin malah nggak nyahut-nyahut." Ujar Bintang seraya mulai melangkah. Ia memiringkan tubuhnya supaya ia dan Kika dapat muat di pintu dan bisa keluar dari kamar mandi.
"Bintaaang!!"
"Tanggung Ka. Sampe meja makan aja" Kika diam dengan bibir cemberut. Pasrah dengan apapun yang direncanakan laki-laki itu saat ia menyadari jarak ia dengan lantai ternyata cukup tinggi.
Mulut Kika menganga saat ia melihat apa yang ada di meja makan. Filled with food. Her favorite ones. Berkotak-kotak koala march, sebutir buah naga yang masih utuh, sebutir apel, sepiring mie goreng, sebungkus cheetos net, sekotak beng-beng, bahkan ada dua buah croissant di atas piring kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With(out) Love
Chick-Lit"Saya nikahkan..." "Saya terima nikahnya.." "SAH!" Dan dunia tidak lagi sama untuk Bintang dan Kika. *** Salah paham Cemburu Cinta pertama Sakit hati Hancur Bangkit Bintang dan Kika merasakannya dalam Kehidupan pernikahan yang dimulai tanpa cinta **...