Kika membuka mata dan menemukan dirinya masih dalam posisi yang sama di passenger seat Hummer milik Bintang. Ia menoleh dan tidak menemukan Bintang di kursi kemudi. Ia bangun dan ngulet sebentar sebelum keluar dari mobil.
Kika zonk saat menyadari dirinya ada di sebuah pantai- entah dimana. Ia menatap langit tanpa bintang ataupun bulan. Mendung.
Kika mulai berjalan. Untung saja ia tidak pakai heels. Tidak tahu bagaimana ia bakal jalan diatas pasir kalau ia pakai heels. Dan untung saja ia bukan penyuka pakaian kurang bahan sehingga dinginnya angin laut tidak terlalu menusuk.
Sosok Bintang ditemukannya sedang duduk di saung 20 meter dari tempat Hummer terparkir. Saung itu adalah satu-satunya saung dengan lampu yang menyala. Laki-laki itu sedang berbicara via telepon.
"Pokoknya Cas, jangan sampai sepupu gila lo itu dekat-dekat dengan istri gue" Kika diam. Ia mengurungkan niat untuk mendekati Bintang karena kalau ia melihatnya, pasti pembicaraannya akan selesai disitu. Sedangkan ia terlanjur penasaran karena ia disebut-sebut dalam percakapan itu.
"Gue gapernah jalan dengan dia! Kami cuma ketemu sekali pas di pestanya Mark"
"For God's sake Lucas! Dia bahkan bukan partner ONS gue!" Kali ini suara Bintang terdengar gusar. Kika tidak pernah mendengar intonasi yang seperti itu keluar dari mulut Bintang. Sejenak ia hanya mematung dan kembali menguping.
"Gue percaya elo Cas. Tolong gue okay? Gue ngga bisa tenang. Kebayang kalo si psycho itu bertemu istri gue. Iya. Oke. Thanks man" Bintang menutup sambungan dan menghela napas.
Sejenak Kika mencerna dan mencoba membuat kesimpulan dari telepon Bintang tersebut. Yang ia paham, laki-laki itu sedang mencoba menjauhkan seseorang darinya. Tapi siapa?
Satu-satunya yang menjadi tersangka di otak Kika adalah wanita bernama Clara cyntia yang membuatnya uring-uringan itu.
Kika menunggu beberapa detik sebelum mulai melangkah mendekati Bintang. Ia menyerah dan memutuskan untuk kembali berpura-pura tidak tahu apa-apa.
"Bi" panggilnya. Bintang menoleh dan tersenyum saat melihat Kika berdiri di sampingnya. "Kita dimana?"
"Di pantai" kata Bintang sambil menyapu tempat disampingnya dengan tangan. "Sini duduk" kini ia menepuk-nepuk tempat itu. Isyarat agar Kika duduk disana.
"Anak bayi juga tau ini pantai. Pantai apa Bi?" Kika masih kesal dengan prasangkanya tadi siang. Dan kesal juga karena ia tidak bisa menebak-nebak permasalahan yang tadi dibicarakan Bintang entah dengan siapa. Ia kesal karena jawaban Bintang yang menurutnya menyebalkan. Ia juga kesal karena perutnya lapar. Kalau diingat-ingat makanan yang terakhir dimakannya adalah sandwich buatan Bintang tadi pagi.
"Sensi banget sih Ka" sekuat tenaga Kika mencubit lengan atas Bintang dengan kesal. Laki-laki itu berkengit kesakitan "aaah! Sakit Ka!" Ia mengelus-elus lengannya yang malang.
"Makanya jangan nyebelin. Ini pantai apa?" Kika bertanya galak.
"Di plang-nya sih pantai pasir putih"
"Kok kita bisa ada disini?"
"Well.. tadinya aku mau ngajakin someone kencan. Tapi aku ditinggal tidur dan- aargh! Sakit Kaa!" Kika masih menatap Bintang yang mengelus-elus lengan atas dan bawahnya bergantian.
"Udah berapa kali kamu ngedate di pantai?" Bintang menatapnya aneh.
"Belum pernah lah Ka. Makanya ini mau nyobain" Alis Kika terangkat sebelah.
"Kamu punya berapa mantan?" Bintang makin bingung dengan pertanyaan random yang dilemparkan istri/pacarnya itu. Tapi daripada dicubit lagi akhirnya ia pasrah saja dan mengikuti permainan apapun yang sedang direncanakan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With(out) Love
ChickLit"Saya nikahkan..." "Saya terima nikahnya.." "SAH!" Dan dunia tidak lagi sama untuk Bintang dan Kika. *** Salah paham Cemburu Cinta pertama Sakit hati Hancur Bangkit Bintang dan Kika merasakannya dalam Kehidupan pernikahan yang dimulai tanpa cinta **...