20. Tentang Kika : A Call

28.7K 951 4
                                    

"Selain kamu? Tidak"

Kika kaget. Mulutnya sampai terbuka meski nggak lebar-lebar amat.

"Aku.. aku cinta kamu Putri Mayang Cantika. Will you marry me?"

Kika makin tercengang mendengar ucapan yang keluar dari mulut bintang itu.

It's a proposal. Seumur hidupnya baru kali ini ia benar-benar dilamar. Saat Bintang dan orangtuanya datang waktu itu sangat berbeda. Hanya sekedar formalitas. Dan rasanya tidak seperti ini. Tidak ada gugup gelisah. Tidak ada kupu-kupu terbang dalam perutnya.

Hening.

Kika merasa tenggorokannya kering. Ia menyeruput minumannya sampai tandas.

Hening.

Bintang masih menatap lurus ke matanya. Seolah ingin mengatakan kalau yang diucapkannya memang benar, bukan bercanda.

Apa yang seharusnya Kika lakukan dalam kondisi seperti ini? Tidak. Apa yang Bintang ingin Kika lakukan? Apa reaksi yang diharapkan laki-laki itu saat mengucapkan tiga kata keramat itu? Kika tidak tahu.

Haruskah ia bilang ia juga mencintainya? Tapi Kika tidak tahu perasaannya sendiri. Ia tidak tahu apakah ia mencintai laki-laki itu.

Akhirnya keheningan dipecahkan oleh Bintang yang berdeham. Ia tidak ingin memaksakan apapun. Ia hanya ingin jujur mengutarakan perasaannya. Seumur-umur baru kali ini ia nembak cewek. Ia tidak merasa dirinya populer. Tapi setiap hubungannya terdahulu selalu dimulai dengan pernyataan cinta dari pihak wanita. Ia tersenyum.

"Jawabnya nggak harus sekarang" katanya. "Yaudah sekarang giliran aku. Kamu yang jujur jawabnya. Awas kalo ada yang ditutup-tutupin" ia berkata jenaka. Ia ingin mengurangi suasana penuh kecanggungan ini.

Kika mengangguk kaku.

"Oke. Pertanyaan pertama. Nama panjang dan panggilan"

"Putri Mayang Cantika. Ada yang panggil Kika ada juga yang panggil putri atau cantika" dahi Bintang berkerut.

"Siapa selain aku yang manggil kamu cantika?" Jelas sekali nada cemburu di suaranya itu. Kika diam-diam merasa sedikit senang dengan reaksinya.

"Ya kamu itu yang panggil aku kaya gitu. Kalo andra manggilnya cantik aja" Bintang ingin menjedotkan kepalanya. Kenapa gadis itu senang sekali membawa-bawa nama Andra? Membuatnya seperti pencemburu bodoh karena jealous dengan adik ipar sendiri. Kadang ia merasa gadis itu memang sengaja membuatnya cemburu.

"Kamu sengaja ya?" Tuduhnya. Kika malah menatapnya bingung.

"Sengaja apa?" Bintang makin ingin menghantamkan kepalanya. Ia lupa kalau istrinya itu nggak peka.

"Forget it. Pertanyaan kedua. Tempat tanggal lahir?"

"LA, 17 Desember 1990"

"Makanan favorit?"

"Croissant, Koala March, buah naga, kue ape" Bintang manggut-manggut.

"Fav-"

"Indomie goreng, nasi goreng seafood, ebifurai, dumpling, batagor, cheesecake, pie susu, beng-beng, chitato net, nori, sate bandeng, pindang ikan, semur ayam, toge goreng, sama apel" Bintang melongo. Apa gadis itu menelan kertas menu sampai-sampai jawabannya lancar sepankang itu? "Lanjut?"

"Ah.. oh.. iya. Minuman favorit"

"Earl grey sama sirup markisa"

"Warna favorit? Masih hijau?" Dulu warna kesukaan Kika adalah hijau. Sekarang sih,

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang