Untuk kesekian kalinya Kika dan Bintang tidur dengan saling memunggungi. Kika pernah membaca beberapa novel roman yg situasinya seperti dirinya. Pernikahan terpaksa tanpa cinta. Rata-rata pada malam itu pasangan pengantin barunya tidak akan tidur satu ranjang. atau awalnya tidak sekasur tapi akhirnya seranjang juga.
dan yang terjadi padanya adalah yang ketiga : tidak tidur sekasur karena tidak ada yang tidur di kasur tapi akhirnya seranjang juga.
Kika teringat saat malam pertama yang dihabiskannya bersama Bintang dua hari yang lalu. Ia gelisah karena jelas itu pertama kalinya ia akan tidur dengan laki-laki, berdua saja, dalam satu ranjang.
"Kamu tidur di kasur aja" suara Bintang yang tiba-tiba itu membuat Kika menoleh. Bintang baru saja selesai mandi. Laki-laki itu mengenakan setelan lengkap piama. Handuk kecil bertengger di lehernya yang masih tampak beberapa tetes air.
Harus Kika akui, Bintang memiliki wajah yang tampan. Matanya sipit dan alisnya tebal. Rahangnya yang kokoh membuatnya tampak tegas dan karismatik. Dan rambutnya lurus -benar-benar lurus. Karena sudah tidak disisir dan di gel, kini rambut laki-laki itu tampak seperti rambut boyband korea minus pewarnaan.
"Terus kamu nanti tidur dimana?"
"Lantai. mana lagi? bath tub?" sahutnya membuat Kika mendengus sebal. "Lagipula aku masih banyak kerjaan." jawaban santai itu membuat Kika mengerutkan kening dan melirik lantai yang hanya dilapisi karpet.
"Kamu aja deh yang dikasur. Aku yang di lantai" bantah Kika. Bintang yang sedang minum air mineral hampir tersedak. Suami macam apa yang bisa tidur nyenyak di kasur sementara mengetahui istrinya akan tidak nyaman berada dibawahnya- di lantai?
"No"
"Aku juga no" kali ini Kika melipat kedua tangannya di depan dada. Mulutnya sedikit cemberut. Di mata Bintang tingkahnya itu seperti anak kecil yang merajuk. Padahal setahunya bahkan saat masih kecil dulu Kika tidak pernah merajuk. Manis banget sih. Gumamnya dalam hati.
"Mana mungkin aku tidur di kasur kalau kamu di lantai, Cantika"
"Mungkin saja." Gadis itu ngotot. Dengan cepat ia menyambar bantal dan meringkuk di atas karpet.
"Kalau begitu aku juga di lantai" Bintang meraih satu bantal dan menaruhnya di lantai. Di bawah sisi kasur yang berseberangan dengan Kika.
Hening.
Dan keduanya merasa bodoh karena ada kasur besar yang hangat diantara mereka sementara mereka ngotot berebut tidur di lantai yang jelas-jelas keras dan dingin hanya karena sama-sama canggung. dan gengsi. Dan seperti mengerti isi pikiran satu sama lain, keduanya beringsut naik keatas ranjang. Meski setelahnya yang mereka lakukan hanyalah diam dan sibuk dengan kegiatan masing-masing.
Dan seolah menjadi kesepakatan bersama, malam setelahnya keduanya akan beringsut ke masing-masing pinggir ranjang tanpa suara.
"Hng.." Suara gumaman Bintang membuat Kika membuka mata lebar-lebar. ia belum terlelap. ia hanya berpura-pura tidur supaya tidak lebih lama berada dalam amosfir awkward antara ia dan laki-laki itu. matanya menangkap sesuatu berwarna merah yang bertebaran di lantai.
tadi begitu Kika dan Bintang pertama menginjakkan kaki di ruangan ini keduanya langsung melongo. Kika bahkan berani bersumpah tadi ia melihat mulut Bintang sampai terbuka. Presidential suite itu dipaksa supaya memiliki suasana yang romantis. Lilin-lilin aromaterapi kesukaan Kika, dan penerangan yang dibuat remang-remang, dan bahkan tadi mereka mendapati setumpuk kelopak mawar yang membentuk pola heart diatas ranjang. semuanya pasti hasil permintaan tidak penting ayahnya dan papa mertuanya. melihatnya gadis itu langsung merangsek masuk dan segera menyingkirkan kelopak mawar sialan itu.
Kika membenarkan posisinya sehingga ia tidak akan jatuh dari tempat tidur. ia meraih ponsel yang berada diatas nakas dan memasangkan earphone di lubang telinga kenannya. Ia tiba-tiba menyadari bahwa seumur hidupnya akan dihabiskan seperti ini. dan itu membuatnya lelah duluan. diam-diam menyesali keputusannya menikah sampai akhirnya tertidur pulas.
***
Bintang menelan ludah melihat wanita yang menjadi istrinya itu meringkuk. Sudah 3 hari ini ia menyadari kebiasaan Kika yang tidak suka tidur pakai selimut. Dan itu lebih menggoda mata Bintang karena lekuk tubuh dibalik piama itu jelas terlihat. Hei! Selurus apapun Bintang, ia masihlah laki-laki normal. Apalagi yang membuatnya begitu adalah istrinya sendiri.
Buru-buru ia menggelengkan kepalanya. Mengusir pikiran mesum yang sempat mampir.
Jika dari cerita teman-temannya yang sudah menikah, di malam pertama pernikahan mereka akan melakukan itu. Iya, ITU. Tapi saat mengalaminya sendiri (bukan itu, maksudnya adalah malam pertama) ia justru malah bingung. Bukannya ia tidak tertarik ataupun tidak tahu caranya. Hanya saja sikap Kika padanya yang jelas-jelas menentang pernikahan ini membuat segalanya sulit. Bintang sampai heran mengapa gadis itu menerima perjodohan dengannya kalau setelahnya akan bersikap seperti memusuhinya.
Getaran ponselnya membuyarkan lamunan Bintang. Diraihnya smartphone keluaran terbaru itu dan senyum terbit di wajahnya begitu melihat caller id disana.
Setia
"Hai Set" sapanya yang disambut kekehan kecil dari wanita diujung sambungan.
"Hai Bin" jawab Setia.
"Ada apa?" tanya Bintang seraya duduk di sofa.
"Tidak ada apa-apa. Hanya ingin mengabarkan perkembangan Cherry" mendengar nama itu Bintang manggut-manggut. "Wait. Gue nggak mengganggu apapun yang sedang lo dan istri lo lakuin kan?" kali ini Bintang yang tertawa.
"Nggak lah. Kika udah tidur. Jadi? Gimana perkembangannya?"
"Marvelous! Anak itu sudah berhasil dibikin bunting sama Leo gue. Tinggal tunggu baby-baby kitten bakal lahir!" Bintang bersumpah temannya itu pasti hampir meledak bahagia begitu tahu Cherry, kucing scottishnya, berhasil hamil setelah beberapa minggu dipasangkan dengan kucingnya Setia dengan ras yang sama.
"Alright. Ntar balik Jakarta mungkin gue bakal nengok Cherry. Kangen gue sama anak itu"
"tentu saja lo harus kesini bodoh! Mau gimana juga dia kan anak elo"
"jangan mengatakannya seolah gue ini ayah yang ngga bertanggung jawab, Setia" kali ini tawa Setia terdengar.
"Kalo kedengaran bini lu, pasti salah sangka"
"tenang aja ngga akan"
"hahaha. Oke kalo gitu. Bye grandpa"
"Dah" sambungan terputus. Bintang tersenyum kecil membayangkan anak-anak kucing dengan telinga kecil ala scottish fold berlarian di rumahnya. Senyum itu pudar saat tiba-tiba dia ingat kalau ia belum tau apa Kika suka kucing atau tidak. seingatnya dulu kecil ia dan Kika tidak pernah main dengan kucing. "Oh God" laki-laki itu beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu kulkas. Mencari soft drink yang bisa menemaninya bergadang menyelesaikan sudoku-nya. Main sudoku setidaknya bisa mengalihkan pikirannya sedikit dari tubuh gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With(out) Love
ChickLit"Saya nikahkan..." "Saya terima nikahnya.." "SAH!" Dan dunia tidak lagi sama untuk Bintang dan Kika. *** Salah paham Cemburu Cinta pertama Sakit hati Hancur Bangkit Bintang dan Kika merasakannya dalam Kehidupan pernikahan yang dimulai tanpa cinta **...