오늘 부터 우리는 (from today on we are us)
Dikutip dari Gfriend- Me Gustas Tu
***
Awalnya saat akan memejamkan mata Kika pikir itu akan menjadi malam yang sulit ia lalui. Tubuh Bintang hampir tak berjarak dengannya -well, he's practically hug her. Bahkan aroma Acqua Di Gio yang sudah sangat samarpun terdeteksi indera penghidunya. Ia juga bisa merasakan kerasnya tubuh Bintang -yang membuatnya menarik kesimpulan kalau pria itu tidak sekurus kelihatannya. Mungkin di balik kausnya sebenarnya terdapat otot-otot tersembunyi. Mungkin. Kika belum pernah melihat Bintang bertelanjang dada.
Intinya, Kika mengira dirinya akan terjaga sepanjang malam, meringkuk gelisah diatas ranjang yang ia tempati bersama Bintang dalam diam.
Tapi nyatanya, yang Kika temui bukanlah kegelisahan. She finds it strangely comfortable. Kenyamanan yang seingatnya hanya pernah ia rasakan sampai umurnya masih enam tahun, saat ia terlelap dalam dekapan ibunya yang kini sudah tiada. Hangat tubuhnya, aromanya, dan kokoh tubuhnya, membuat Kika merasa aman. Dan seperti terbuai, beberapa saat setelah ia terpejam ia berpindah dimensi ke alam mimpi.
Kika terjaga dari tidurnya dengan wajah yang masih mengantuk. Kepalanya kini sudah pindah menyandar di lengan Bintang. Jangan bilang sepanjang malam posisinya seperti itu? Kika jadi merasa bersalah karena menurutnya kepalanya saja pasti sudah berat. Bisa-bisa lengan pria itu mati rasa gara-gara dirinya. Diam-diam ia bersyukur tidurnya semalam tidak terlalu liar. Buktinya, ia tidak dalam posisi baling-baling saat ia bangun.
Ia tersenyum saat hal pertama yang dilihatnya adalah wajah Bintang yang masih terlelap. Tanpa sadar jemarinya terulur untuk menyentuh wajah pria itu. Ia menelusurinya dari dahi, pelipis, pipi, hingga dagu. Kika selalu beranggapan pria itu memang aneh. Orang jawa yang mukanya lebih mirip orang cina. Kika tidak mengerti darimana gen itu berasal sampai ia melihat foto keluarga besar pria itu. Ternyata kakek buyutnya memang orang tionghoa.
Kika bangkit. Mengambil wudhu dan meraih mukenah untuk sholat subuh. Ia memang tidak alim-alim amat. Tapi menurutnya sholat lima waktu itu paling utama.
"Bi.. bangun" Kika selesai shalat dua rakaat dan ia kembali mendekati ranjang. Ia menusuk-nusuk pipi laki-laki itu dengan telinjuknya. Tak lama mata sipit Bintang terbuka. Pria itu mengerjap. Memfokuskan pandangannya untuk mengenali sosok gadis dengan wajah cantik yang terbingkai mukenah di hadapannya -yang jelas-jelas Kika, siapa lagi? Senyumnya mengembang melihat gadis itu masih di tempat tidurnya saat ia terbangun.
"Good morning" katanya. Suaranya serak khas orang bangun tidur. Dan Kika langsung menyukainya.
"Masih subuh ini Bi. Sholat dulu yuk" Bintang meregangkan tubuhnya dan duduk. Ia mengecup bibir Kika sekilas sebelum nyengir dan kabur masuk ke kamar mandi.
"Kamu belum sikat gigi Bi!" Teriakan Kika dari luar kamar mandi diabaikan Bintang. Pria itu dengan tenang sikat gigi dan berwudhu. Begitu ia keluar, ia sudah melihat dua sajadah terhampar di tengah ruangan.
Tunggu dulu. Dua?
"Kamu bukannya udah shalat Ka?" Kika mengangkat bahunya.
"Memang. Tapi sholat sunnah. Kata Rena dua rakaat sebelum subuh lebih baik dari dunia seisinya" Bintang manggut-manggut saja. Memakai sarung yang dibawanya dari rumah sebelum berdiri diatas sajadah yang lebih depan. Sementara Kika berdiri di belakangnya sebagai makmum.
Dadanya terasa sesak. Rasanya Bintang ingin menangis. Jantungnya berdebar keras. Ini pertama kalinya ia akan menjadi imam shalat. Dan di kesempatan perdana ini makmumnya adalah Kika, istri tercintanya. Ia menarik napas. Berharap ia sudah cukup pantas untuk memimpin gadis itu. Dalam shalat. Dalam segala hal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With(out) Love
ChickLit"Saya nikahkan..." "Saya terima nikahnya.." "SAH!" Dan dunia tidak lagi sama untuk Bintang dan Kika. *** Salah paham Cemburu Cinta pertama Sakit hati Hancur Bangkit Bintang dan Kika merasakannya dalam Kehidupan pernikahan yang dimulai tanpa cinta **...