7. Honeymoon : A fight

65.8K 1.8K 5
                                    

Percakapan Bintang dengan seseorang di telepon semalam terngiang di kepala Kika. Gadis itu memaksa matanya menutup kembali dan tidur. Melupakan semuanya dan menganggap angin lalu affair apapun yang berkaitan dengan Bintang.

Ia menikah kan karena permintaan Adhi Kalendra Halim. Adik tiri kesayangannya yang sedang sekolah di Jepang.

Adiknya yag luar biasa cerdas itu ternyata divonis tumor. Tepatnya, MPNST (malignant peripheral nerve sheath tumors). Menurut Andra, ia terlalu banyak terkena paparan radiasi saat melakukan penelitian disana. Sebagai dokter Kika paham. Paparan radiasi memang faktor resiko terjadinya tumor.

Tapi tetap saja Andra menolak diberikan pengobatan. Ia berkeras untuk meneruskan penelitiannya. Tidak mengindahkan Kika yang sampai menangis-nangis memohon dirinya supaya memperjuangkan kesempatan sembuh.

Kika tidak mengerti lagi isi kepala Andra saat lelaki 24 tahun itu malah memintanya supaya cepat menikah. Katanya, ia tidak ingin khawatir jika Kika menjadi perawan tua sedangkan dirinya sudah tidak bisa diharapkan lagi untuk memberi cucu bagi orangtua mereka. Ia sengaja tidak memberitahu perihal penyakitnya pada Mama dan Papanya. Dan ia juga sudah mengancam Kika, jika kakaknya itu membocorkan rahasianya, maka Andra akan pergi menghilang tanpa jejak. Dan Kika tidak ingin itu.

Bagi Kika, sosok Andra adalah sosok adik, abang, sekaligus sahabat. Tadinya Andra hidup bersama ayahnya setelah perceraian orangtuanya. Saat masuk SMP, ayahnya itu meninggal dunia. Dan sebagai ibu, tentu saja Mamanya tidak akan tega menelantarkannya di jalan. Lagipula Kika dan Papanya tidak keberatan sama sekali. Malah senang Kika akhirnya punya saudara karena meski sudah bertahun-tahun menikah orangtuanya tidak punya anak lagi.

Kondisi Andra yang mirip sepertnya membuat Kika yang sulit bergaul menerimanya dengan hangat.

"Ka, bangun. Subuhan dulu" suara lembut Bintang membuyarkan lamunan Kika yang gagal tidur. Membuat gadis itu membuka mata dan menatapnya datar. Lalu bangkit dan mengambil wudhu. Keluarganya memang mualaf. Saat SMA entah kena angin apa mendadak Papa dan Mamanya masuk islam. Dn menurutnya memiliki agama yang berbeda-beda dalam satu keluarga hanya akan merepotkan sehingga ia dan Andra juga akhirnya memutuskan untuk masuk Islam. Meski islamnya masih abal-abal.

Selesai sholat ruangan itu kembali dilanda suasana canggung. Kika meraih ponselnya dan melihat ada chat Line dari Andra disana.

Dekalendra : Cantik, aku akan lulus bulan depan. Datang ya. Kpn lg tur k jpg?

Mata Kika membulat. Ia senang mendengar kabar baik itu. Segera ia menelepon ibunya.

"Halo Mama?"

"Iya sayang? Assalamualaikum" sahut Mamanya diujung sana.

"Ma katanya Andra udah mau lulus bulan depan. Aku kesana ya Ma" kata-katanya sukses menarik perhatian Bintang. Laki-laki itu memerhatikan istrinya berbicara di telepon.

"Lho kok nanya Mama? Kamu nanyanya ke Bintang dong Ka" mata Kika mengerjap kaget. Iya juga. Ia kan sudah menikah. Segala hal perizinan harusnya mampir ke telinga suami kan?

"Eh.. oh.. itu Ma. Udah boleh sama Bintangnya. Makanya tinggal nanya Mama sama Papa" kilahnya. Alis Bintang terangkat sebelah.

"Yaudah kalo gitu terserah kamu. Bilang aja sama ayah mertua kamu kalo kamu mau cuti praktek sebentar."

"Oke Mama. Assalamualaikum" setelah mendengar jawaban ibunya diujung sambungan Kika menutup sambungan dan mematikan ponsel. Menyadari Bintang menatapnya dengan pandangan yang tidak bisa ia artikan, Kika memutar bola matanya malas.

"Apa?" tanyanya ogah-ogahan.

"Kapan aku kasih izin kamu pergi?" pertanyaan Bintang datar-datar saja. Tidak ada nada kesal atau marah.

"aku bahkan nggak peduli apa kamu kasih izin ataupun nggak" sahut Kika. Sama datarnya. Laki-laki di hadapannya menghela napas.

"Cantika, aku ini suami kamu. Terlepas kamu suka atau tidak, kamu itu tanggung jawabku sekarang" ada sesuatu yang menggelitik di perutnya mendengar perkataan Bintang. Namun sekelebat bayangan laki-laki semasa ia SMA membuatnya menggeleng. Mengenyahkan perasaan positif apapun untuk Bintang.

"Disana ada Andra okay? Dia yang akan bertanggungjawab terkait kedatanganku kesana. Kamu kalau nggak ikut juga nggak papa"

"memang kamu pernah menawarkanku untuk ikut?"

"karena secara tidak langsung aku tidak ingin kamu ikut"

"tapi aku suamimu Cantika. mana mungkin aku menyerahkanmu ke laki-laki entah siapa tanpa pengawasan?"

"Aku pikir pernikahan kita hanya ada di atas kertas" Bintang geleng-geleng kepala menghadapi kelakuan istrinya itu. "lagipula Andra itu adikku, kalau kamu lupa." Bintang bahkan tidak tahukalau Kika punya adik. ia kini benar-benar yakin ia tidak tahu apa-apa tentang wanita itu selain namanya, pekerjaannya, dan statusnya.

"Kalaupun kenyataannya memang seperti itu, tapi dimata agama ya lain Ka" terangnya sabar.
kika mendengus.

"sejak kapan kamu jadi relijius? bukannya kamu suka tidur dengan perempuan-perempuan murahan dan bahkan bikin tato?" sindirnya. membuat dahi Bintang mengernyit bingung.

"Kamu ngomong apa Cantika?"

"Jangan sok suci deh Bintang. aku masih ingat belangnya kamu waktu SMA." kali ini perkataan Bintang yang membuahkan kerutan di dahi Kika.

"Tapi pertama kalinya kita ketemu setelah kamu pindah dulu adalah pas kamu mau lulus koas?"

keduanya menyadari bahwa sepertinya memang ada sebuah gap diantara kepala mereka.

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang