24. Truth

28.7K 998 4
                                    

Bintang tersenyum sangat lebar sampai Fabian khawatir mulut sepupunya itu sewaktu-waktu akan sobek. Tapi ia maklum karena hari ini adalah hari kepulangan mereka ke Jakarta setelah seminggu berada di Makassar. Ia ingat betul empat hari lalu saat Bintang dengan cengiran tidak berdosanya muncul di depan kamar hotelnya. Dengan kaos obolong, jins, dan jaket kulitnya. Tampak refreshed dan lega. Ia tidak sempat ngamuk katena laki-laki itu datang mepet waktu meeting. Ia hanya tidak tahu kalau Bintang sudah memperhitungkan sampai kesana.

"Tang awas sobek" sindirnya.

"Apanya?"

"Mulut lo"

"Sirik aja lo Yan. Mentang-mentang lagi berantem sama Kayla" Fabian mendengus mendengar nama istrinya disebut-sebut. Ia memilih diam daripada melanjutkan obrolan tidak bermutu itu. Sekarang mereka sedang menunggu di waiting room Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin. Semoga pesawatnya tidak delay sehingga kurang dari 3 jam lagi akan sampai ke Jakarta.

Ponsel di genggaman Bintang berbunyi nyaring. Diikuti senyuman pria itu yang makin merekah, membuat Fabian bergidik geli melihatnya. Masih belum terbiasa dengan Bintang dan aksi oh-so-romantic nya.

"Halo Ka" Sapanya semangat. Terdengar kekehan Kika dari ujung sambungan.

"Hai Bi. Udah di pesawat?" Suara renyah Kika membuat Bintang ingin cepat-cepat terbang dan menemui gadis itu di soetta. Semalaman ia membujuk Kika untuk langsung ke bandara setelah shift jaganya selesai. Awalnya Kika menolak mentah-mentah karena waktunya tergolong jam macet tapi begitu Bintang menyogoknya dengan dangke dan kue kurma gadis itu dengan cepat mengiyakan.

"Belum Ka. Kamu udah makan siang?"

"Lagi nggak kepengen makan" dahi Bintang berkerut samar.

"Kamu sakit?"

"Nggak Bi. Cuma kebanyakan ngemil"

"Kapan ngemilnya? Bukannya kamu jaga dari pagi?"

"..."

"Cantika-"

"Oke fine aku makan. Sekarang aku mau ke sunny dulu oke? See you later Bi" dan sambungan itu diputus sepihak. Sepertinya Kika tahu ia akan menceramahinya panjang lebar tentang ia yang seorang dokter tapi suka makan nggak bener.

"Gue nggak nyangka lo bisa jadi suami beneran Tang" Fabian geleng-geleng tidak percaya.

"Why? Apa gue ngga ada tampang suami baik-baik?"

"Yup. Gue bahkan syok pas dapet undangan nikahan lo"

"Kampret" Fabian terkekeh.

"Lo nggak pernah seromantis ini pas masih sama Ceri" Fabian menyebut pacar terakhir Bintang sebelum akhirnya mengakhiri bachelor life nya.

"Celine" Koreksi Bintang.

"Whatever"

"Itulah kenapa lo sering berantem sama Kayla Yan. Jangan-jangan pas lo lagi sama dia yang kesebut malah nama cewek lain" Fabian terkekeh lagi.

"Gue belum sekurangajar itu Bi. Kalaupun ada nama cewek yang sering gue sebut itu adalah Karen" ia merujuk pada nama putri kecilnya yang jalan sepuluh bulan.

"Gue juga pengen cepet punya anak" Celetuk Bintang.

"Sabar Tang.. semua ada waktunya. Kalo udah tepat waktunya pasti dikasih juga sama Tuhan" Bintang mendengus pelan. Ia berani bertaruh Fabian akan tercengang kalau ia memberitahunya perihal dirinya dan Kika yang belum juga berhubungan badan. Atau lebih buruk, Fabian akan mengira dirinya impoten. Jadi ia memilih tutup mulut dan diam sementara Fabian masih mengoceh tentang histori munculnya Karen di muka bumi.

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang