35. Nightmare

29.2K 932 38
                                    

Maafin aku yaa. tadi ada sedikit kesalahan teknis jadi yang udah di publish aku unpublish lagi dan sekarang aku publish lagi. Maafin juga update nya lama. Dan terimakasih bagi kalian yang sudah mau menunggu. Enjoy :)

***

Kika mencoba menendang-nendang lantai di bawahnya sehingga kursi tempatnya terikat terdorong mundur hingga menyentuh dinding. Sekuat tenaga ia menggerakkan tubuhnya yang terikat itu sehingga kini tubuhnya menghadap ke arah gelas wine yang separuhnya berisi champagne.

Gadis itu menghela napas. Ia sudah mulai kelelahan meski baru berhasil berputar arah. Mata birunya menatap jendela kusam berdebu yang kini sedikit menyorotkan sinar jingga.

Sepertinya sudah magrib.

Kika ingin menangis kini.

Pasalnya, selain ia merasa tidak nyaman dan sangat merindukan pelukan hangat kesukaannya, ia juga belum sholat. Entah sekarang sudah lewat berapa jam sejak waktu dzuhur saat ia dibuat pingsan. Senakal-nakalnya Kika, ia tidak pernah meninggalkan kewajiban itu sejak awal. Ini pertama kalinya ia terpaksa melewatkannya. Dan Kika sangat tidak menyukainya.

"Tuhan, aku selalu jadi gadis baik. Tolong aku untuk keluar dari tempat ini.. aku kangen Bintang.." Lirihnya. Lagi, ia menghela napas.

Sekuat tenaga Kika mengayunkan tubuhnya yang terikat pada kursi (kebayang tak?). Awalnya memang tidak kentara. Gadis itu merasa jaraknya dengan gelas tujuannya tidak berkurang sedikitpun. Tapi setelah entah berapa lama ia melakukannya, mengayunkan tubuhnya bersama kursi makan tempatnya terikat  -yang thank God bukan terbuat dari kayu melainkan besi- dengan ritme ke belakang 20% dan ke depan 80% (kebayang? I mean, ngayunnya pertama ke belakang dulu sampe hampir ngejengkang tapi terus ngayun ke depan sekuat tenaga sampe kursi bergerak. Gak percaya? Coba aja :) ), akhirnya jaraknya hanya sekitar tinggal dua meter lagi.

Kika sudah terengah-engah. Sejak kuliah, olahraga bukan lagi hal kesukaannya, dan itu membuatnya mudah lelah.

"Is- istirahat sebentar" Gumamnya seraya mengatur napas.

Beberapa menit kemudian Kika melanjutkan perjuangannya. Hingga akhirnya antara dirinya dengan meja itu hanya sejauh lengan yang terulur saja.

Itu kalau lengannya bisa menjulur.

Kika kembali mengayunkan tubuhnya kedepan dengan semangat. Dengan harapan kali ini pasti ia bisa mencapai tujuannya.

Satu ayunan

Dua ayunan

Tiga ayunan

Brak!

Kaget, Kika menoleh kearah pintu yang menjeblak terbuka.

Tampak wajah yang sangat ingin ditemuinya muncul di ambang pintu. Wajahnya memerah. Napasnya terengah. Mata sipitnya melebar melihat kondisi Kika yang terikat dan rahangnya mengeras tanda marah dan kilatan di matanya menunjukkan kekhawatiran. Sosok itu segera mendekatinya untuk menyelamatkannya dan membawanya kembali ke apartemen nyaman mereka.

Kika menghela napas.

As if. Batinnya.

Karena nyatanya yang dilihatnya adalah sosok Clara yang masuk dengan kacamata hitam bertengger di pangkal hidungnya. Rambutnya digelung dan disembunyikan dalam floppy hat hitam yang dikenakannya. Ia tersenyum tipis. Senyuman yang tampak begitu mengerikan di mata Kika.

"Hello, little bitchy" Sapanya. "Gue punya pertunjukan menarik buat lo. Boys~" Panggilnya dengan suara merdu. detik setelahnya, langkah-langkah kaki yang terdengar sangat banyak memasuki ruangan.

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang