14. First Kiss

53.7K 1.4K 2
                                    

"Morning Cantika" Bintang menyapa Kika yang sudah lebih dulu menyikat gigi di depan wastafel.

"Honhing [morning]" Kika membalasnya sebelum melanjutkan menyikat giginya. Bintang meraih sikat gigi dan memberi pasta gigi diatasnya setelah mencucinya.

Pagi yang jarang, diantara sekian pagi yang mereka lewati bersama. Seringnya saat Bintang bangun ia hanya akan menemukan sarapan dan bekal makan siang di atas meja sementara Kika sudah berangkat ke rumah sakit. Jarang sekali ia bangun bersamaan dengan gadis itu. Kalau ia bangun duluan? Itu hanya terjadi 3 kali dalam 2 minggu ini.

Hari ini hari Sabtu. Sudah 3 hari sejak kejadian kencan gagal mereka. Menyebabkan galau berkepanjangan bagi pasangan itu. Bintang masih bingung dengan kegagalan kemarin sehingga tidak berencana mengajak Kika ngedate lagi dalam waktu dekat.

Kika? Gadis itu juga masih bertanya-tanya dalam hati. Setiap ia memerhatikan Bintang, sesuatu dalam dirinya seperti menggeliat tidak nyaman namun membuat hatinya menghangat. Ia sering mendapati matanya tahu-tahu bergerak sendiri untuk melirik laki-laki itu. Atau melamun di ruangannya. Atau tanpa sadar menghindari berlama-lama berdua Bintang. Membuatnya bingung dan kesal. Entahlah. Ia merasa seperti idiot dan ia tidak pernah seperti ini sebelumnya.

"Eggs and toasts. Deal?" Tanya Kika cepat begitu selesai membasuh busa di mulutnya. Biasanya Kika akan menunggu jawabannya, apakah ia setuju dengan menu yang diajukan gadis itu atau tidak. Tapi kali ini ia langsung mengelap mulutnya dan berlalu.

Bintang memandangi punggung Kika. Ia merasa ada sesuatu yang aneh dengan gadis itu. Entah mengapa. Sejak kepulangan mereka dari pantai waktu itu Kika seperti menghindari berlama-lama berada di sisinya. Padahal biasanya juga, Kika akan menungguinya selesai, lalu sama-sama ke dapur. Bintang akan mengambil koran langganan di depan pintu apartemennya. Membacanya ditemani secangkir kopi buatan Kika sambil bercakap-cakap tidak penting dengan Kika sementara gadis itu menyiapkan sarapan.

Bintang mengedikkan bahu. Menyelesaikan kegiatan menyikat giginya.

"Ka" panggilnya seraya duduk di kursi pantry. Headline di koran sama sekali tidak menarik minatnya. Ia memilih bertopang dagu dan memerhatikan Kika.

"Hmmm"

"I want it scrambled" kata Bintang. Matanya tidak pindah dari punggung gadis itu yang berhenti sebentar sebelum mengiyakan.

Tanpa sadar senyum Bintang merekah. Ia benar-benar menyukai pemandangan didepannya ini. Selama ini para mantannya adalah para wanita manja yang membuat kopi saja tidak bisa. Bintang tidak pernah ambil pusing. Toh kopi bisa ia beli di Starbucks sebelum ia ngantor. Makanan juga bisa beli take out. Jadi ia tidak menyangka melihat ada wanita sedang masak di dapurnya bisa membuatnya sesenang ini.

Diam-diam Bintang mengakui celotehan Lucas yang didengarnya tempo dulu ada benarnya. Somehow perempuan yang sedang memasak tampak lebih seksi. Apalagi Kika. Yang nggak ngapa-ngapain saja bisa membuat laki-laki khilaf.

"Let's eat" Bintang menoleh. Mendapati Kika sudah duduk di sampingnya dan mulai memakan makanannya. Bintang melirik piring berisi dua toast dan scrambled egg dengan salad di pinggir piring sudah tersedia di hadapannya. Dan jangan lupa segelas americano favoritnya. Perfect breakfast.

Ia memerhatikan Kika makan dan kaget saat sesuatu melintas di kepalanya. Bintang membeku.

Is it even possible to eat in such a sensual manner?

Bintang selalu sadar kalau Kika cantik. Sangat cantik malahan. Bintang juga mengakui kalau teman sejak kecilnya itu hampir seratus persen tipenya. Tapi belum pernah ia menganggap Kika sebagai sosok wanita. Baginya Kika hanyalah seorang Putri Mayang Cantika. Perempuan yang sama dengan gadis kecil yang sering iseng dan mengerjainya. Perempuan yang sama dengan gadis kecil tomboy yang selalu punya luka baru setiap harinya, hasil berantem.

Setidaknya, sampai detik ini.

"Bi? You okay?" Bintang tersadar dari lamunannya. Piring Kika sudah bersih sementara miliknya masih belum tersentuh. "Kamu nggak nafsu makan?" Tanya gadis itu khawatir. Tangannya menyentuh kening Bintang. "Kamu nggak sakit kan? Cepetan sarapan, aku tungguin"

Bintang menurut dan menyesap kopinya. Tapi kepalanya masih memutar gambaran Kika yang sedang memasukkan potongan toast ke dalam mulutnya. Seperti kaset rusak. Berulang-ulang.

Those plump lips.. Those fingers.. Those lowered pretty eyes.. Long eyelashes..

Fantasi laki-laki Bintang berkelana kemana-mana. Membuatnya tanpa sadar masih memegang mugnya di udara tanpa melakukan apapun.

"Bintang"

Suara kesal Kika membuat Bintang menoleh.

Mata Bintang hampir lompat keluar saat melihat perempuan itu menjilat bibirnya yang belepotan susu cokelat.

"Kamu kenapa sih? Kalo nggak suka bilang, kalo nggak nafsu bilang. Jangan-" omelan Kika berhenti sampai disitu saat bibirnya terpaksa bungkam.

Bagaimana mungkin ia bisa menumpahkan kekesalannya kalau bibir Bintang sekarang tengah menempel di bibirnya? Dan bagaimana mungkin otaknya ingat apa yang membuatnya kesal kalau sekarang pikirannya kosong?

Kika terlalu syok dan kaget untuk bereaksi apapun.

Bintang yang sama kagetnya karena tubuhnya bergerak tanpa ia sadari buru-buru menarik bibirnya. Laki-laki itu meletakkan mugnya dan segera berdiri meninggalkan Kika. Masuk kedalam kamarnya dan merebahkan diri di kasur.

"Tastes like chocolate.. and so soft" gumamnya. Ia menyentuh bibirnya. Sensasi lembut bibir Kika masih terasa disana. Ia senyum-senyum sendiri membayangkan kejadian barusan sebelum terdiam.

"I'm acting like a goddamn virgin" gumamnya lagi.

"And it's not like it's my first kiss either" Ia berhenti sebentar sebelum menggumam lagi.

"Dan sekarang gue ngomong sendiri seperti orang gila" Laki-laki itu tetap diam di kasurnya. Ia tidak tahu akan bersikap seperti apa jika bertatap muka dengan Kika. Bagaimana kalau perempuan itu tidak menyukainya? Bagaimana kalau perempuan itu tidak mau lagi bicara dengannya?

"It's just a kiss" belanya entah pada siapa. Tidak lagi peduli meski tadi ia mengatai diri sendiri gila karena bermonolog ria.

"But wait. Tapi kalau dilihat dari reaksinya barusan.. don't tell me.. It's her first?" Bintang menelan ludah. "I'm so dead"

Dugaan Bintang 100% benar. Kika masih mematung di tempatnya. Mencerna hal yang baru ia alami. Wajahnya bersemu merah saat menyadari kalau ciuman pertama dalam hidupnya baru saja terjadi.

Buru-buru dibereskannya bekas sarapan. Ia menutup sarapan Bintang dengan plastik wrap, tidak peduli kalau makanan itu nanti sudah tidak enak lagi prinsipnya adalah tidak membuang makanan. Ia berderap ke kamarnya begitu semuanya dirasa beres.

"Ya ampun.. It's my freaking first kiss.." Kika berkata dengan nada tidak percaya. Seumur hidupnya laki-laki yang dekat dengannya hanya Papanya dan Andra. Pacar? Jangankan pacar. Jatuh cintapun Kika belum pernah.

"Terus nanti ketemu Bintang harus gimanaaaa???" Tangan kiri Kika memeluk bantal. Menyembunyikan wajanya yang sudah semerah tomat. Kakinya yang panjang menendang-nendang di udara. Tangan kanannya memegangi dada. Ia merasa jantungnya berdebar keras sampai ke ubun-ubun. "Feels like I'm gonna explode" gumamnya sebelum menyadari sesuatu.

"Ngomong-ngomong, kenapa dia tiba-tiba menciumku?"

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang