Seorang pria tidak bisa berhenti tersenyum saat melihat pesan yang dikirimkan kakaknya via Line.
Cantik : Ini aku udh mau boarding. Km d rmh aja Ndra bsk pagi aku k tpt km sama Bintang
Pria itu, Adhi Kalendra Hakim, berhenti tersenyum begitu melihat nama yang mengikuti pesan dari Kika.
Bintang.
Besok adalah kali pertama ia akan bertemu kakak iparnya itu. Pria yang ia titipkan kakak kesayangannya padanya. Kakak yang terlalu disayanginya sampai melewati batas wajar hingga mencapai taraf cinta.
Andra mencintainya? Ya. Pria itu mencintai kakak tirinya. Satu-satunya wanita yang ia cintai bahkan melebihi ibunya sendiri.
Ia mengirimkan stiker bertuliskan OK sebelum mengunci ponselnya. Pria itu merebahkan tubuhnya di atas futon dan memejamkan matanya. Kemarin ia baru saja diberitahu dokter yang menangani kasusnya di rumah sakit kalau penyakitnya sudah upgrade menjadi sesuatu bernama sarcoma. Untung saja ia sudah meneyelesaikan penelitiannya dan tinggal menghitung hari menuju kelulusannya.
Ponselnya menjeritkan kata Line, tanda pesan baru masuk ke aplikasi itu. Tulisan Cantik muncul bersama pop up notifikasi.
Cantik : Good night. Rest well 😊
Andra menghela napas.
Putri Mayang Cantika.
Gadis yang ditemuinya saat ia masih bocah SMP dulu. Perlahan memorinya bersama Kika berputar di kepalanya.
Sepuluh tahun lalu
Andra menatap datar wajah wanita yang duduk di depannya. Saskia, wanita yang dipanggilnya Mama, menelan ludah sebelum mulai berkata-kata.
"Kamu tinggal sama Mama lagi, mau ya?" Katanya. "Mama nggak bisa tenang kamu sendirian. Suami Mama sekarang juga udah setuju. Mau ya Ndra?"
"..."
"Please Ndra.. kamu nggak bisa maafin Mama? Sekali ini aja.. Please kabulkan permintaan Mama"
"Apa menurut Mama tindakan Mama ninggalin aku sama Papa, yang setiap hari gebukin aku, bakal gampang aku maafin?" Saskia menghela napas dan memandang sedih kepada anaknya.
"Mau gimana lagi Ndra.. kalau Papa kamu udah bilang cerai Mama nggak bisa apa-apa.."
"Tapi setidaknya Mama bisa perjuangkan aku" andra berkata dingin.
"Udah Ndra.. tapi Papa kamu nggak ngizinin Mama datang dan kalian malah pindah kemana-mana, ke tempat yang sulit Mama cari. Sampai ngancam bakal taro kamu di panti kalau Mama coba-coba deket kamu"
"Kata Papa aku bukan anak Mama. Ngapain Mama mau ngambil aku?" Mata Saskia berkaca-kaca mendengar penuturan anak laki-laki itu. Ia menelan ludah sebelum berkata dengan tercekat.
"Kamu.. Adhi Kalendra Hakim, adalah anak Mama. Sampai kapanpun kamu tetap anak Mama.."
"Tapi bukan Mama yang ngelahirin aku"
"Siapa yang bilang Ndra? Kamu anak Mama.. Mama masih inget pas lagi hamil kamu.. pas lahiran.. pas kamu kecil.. semuanya Mama ingat.."
"Papa bilang.."
"Apa kamu lebih percaya Papa kamu daripada Mama?"
"Setidaknya Papa nggak ninggalin aku"
"..."
"Sebaiknya Mama pulang sekarang. Aku bisa ngurus diriku sendiri dan kalau aku jual rumah ini aku bisa ngekos sambil sekolah"
"Kamu masih dibawah umur Kalendra. Mama nggak mau maksa kamu.. tapi setidaknya.. setidaknya sampai kamu cukup umur, tinggallah sama Mama. Setelah itu terserah kamu. Mama nggak akan cegah apapun keputusan kamu" Saskia mencoba menelan air matanya supaya tidak menangis. Meski begitu tetap saja sebutir air mata lolos dan bergulir di pipi wanita itu.
"..."
"Pikirin baik-baik ya Ndra. Lusa Mama dateng lagi kesini. Baik-baik ya Sayang" Ujar wanita itu sebelum berdiri dan keluar dari rumah itu. Rumah yang terlampau besar untuk seorang bocah 14 tahun tinggal sendirian.
Dua hari kemudian Saskia kembali datang. Ia akan kembali ke Padang namun menagih jawaban Andra. Apakah anaknya itu akan ikut dengannya atau tidak.
Dan Andra tahu ia tidak bisa egois. Ia juga cukup realistis. Ia akan mati menyusul ayahnya jika ngotot hidup sendirian. Apa sih yang bisa dilakukan anak umur empat belas seorang diri? Tidak mungkin juga ada yang mau mempekerjakan anak dibawah umur sepertinya.
Ia ikut dengan ibunya ke Padang. Kembali ke kota kelahirannya. Dan bertemu dengan Kika, gadis tomboi yang kelewat pintar yang lebih tua satu tahun darinya. Awalnya ia bersikap dingin meski gadis itu tidak kenal lelah mendekatinya. Di sekolah barunya pun ia tidak akur dengan yang lain. Ia dibully karena fisiknya yang kecil dan kacamata tebalnya. Kika yang anak kelas 3 jelas tidak tahu konflik adik kelasnya. Terlebih Andra masih belum membuka diri sama sekali kepada siapapun.
Sampai suatu ketika Andra sakit. Orangtua mereka sedang ada di luar kota. Hanya Kika yang ngotot mengurusinya karena Andra tidak mau asisten rumah tangga (yang notabene lebih orang asing) masuk ke kamarnya. Saat itulah tanpa sengaja percakapan kaku antara keduanya menjurus ke topik soal keluarga mereka yang sangat complicated. Andra baru tahu kalau gadis itu juga mengalami hal yang kurang lebih sama. Ia pikir selama ini gadis itu hanya membual dengan mengatakan 'aku tahu bagaimana perasaan kamu'. Tapi ternyata tidak.
Lima bulan sejak bertemu, dan sosok Kika dimatanya berubah drastis. Ia jadi dekat sekali dengan kakak tirinya yang tidak pernah dipanggilnya Uni atau Kakak. Ia memanggilnya Cantik karena memang nyatanya Kika adalah perempuan tercantik -luar dan dalam- yang pernah ia tahu. Sounds cheesy tapi memang begitulah kenyataannya. Hubungannya dengan ibunya juga membaik. Ia ternyata memang benar anak kandung ibunya itu. 100%. Setelahnya baru ketahuan kalau ternyata almarhum ayahnya menderita kelainan jiwa. Memiliki banyak waham dan halusinasi hingga meracaukan banyak hal yang bukan fakta dan memperlakukan andra dengan buruk.
Andra menghela napas. Ia mencintai kakak tirinya itu. Ia sangat mencintainya. Selama sepuluh tahun ini tidak ada yang lain yang mengisi hatinya selain gadis itu.
Andra sedikit menyesal telah meminta Kika menikah. Ia bahkan tidak sanggup datang ke pernikahan kakaknya itu meski sebenarnya ia sudah tidak lagi melakukan penelitian. Ia berpura-pura sibuk dan hectic saat ibunya memintanya pulang.
Sejujurnya tujuan permintaannya itu adalah untuk membuatnya menyerah. Ia ingin menyerah dan merasa harus menyerah. Ia tidak akan bisa mendapatkan gadis itu. Tidak dengan statusnya sebagai adik. Tidak dengan kondisi tubuhnya yang sewaktu-waktu dapat memburuk.
Andra memiringkan tubuhnya.
Setidaknya ia akan bisa menjaga hubungannya dengan Kika. Sedekat apapun gadis itu dengan suaminya kini, Andra mengenalnya lebih lama. Jauh sebelum gadis itu jadi kalem seperti saat ini. Andra merasa mempertahankan status sebagai adik sudah cukup.
Setidaknya sampai akhir nafasnya, ia akan tetap menjadi pria yang paling dekat dengannya dan mengenalnya luar dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage With(out) Love
ChickLit"Saya nikahkan..." "Saya terima nikahnya.." "SAH!" Dan dunia tidak lagi sama untuk Bintang dan Kika. *** Salah paham Cemburu Cinta pertama Sakit hati Hancur Bangkit Bintang dan Kika merasakannya dalam Kehidupan pernikahan yang dimulai tanpa cinta **...