15. Satnight

48.3K 1K 15
                                    

Kika mendengar suara gesekan slippers dan lantai di belakang sofa tempatnya sedang duduk menonton TV yang menayangkan acara Dangdut Academy sambil ngemil Koala March rasa matcha kesukaannya. Kika memang bukan penyuka dangdut. Ia hanya menyalakan TV untuk mengalihkan pikirannya. Ia tidak punya pemikiran horor karena ia tahu pasti pemilik langkah itu siapa. Well, Kika tidak takut hantu. Ia justru lebih takut dengan jika bertemu Bintang setelah kejadian tadi pagi.

Iya. Kejadian first kiss-nya yang entah bagaimana bisa dicuri oleh laki-laki itu.

Suara langkah yang makin mendekat membuat Kika tegang. Perutnya mendadak mulas padahal belum setengah jam sejak ia terakhir buang air besar.

Dan final blow yang membuat Kika merasa hampir semaput adalah saat ia merasakan ada seseorang duduk di sampingnya. Di sofa yang sama dengannya.

Ia memaki dirinya dalam hati saat menoleh. Rasanya ia akan lebih bahagia jika ia berhadapan dengan kuntilanak atau valak dibandingkan menemukan wajah Bintang yang sama tegang dengannya.

Mereka berpandangan sesaat sampai akhirnya tidak tahan dan saling buang muka. Canggung.

"A-ada apa Bi?" Kika kembali memaki saat menyadari suaranya serak dan terbata-bata.

"Itu.." tangan Bintang mengusap bagian belakang kepalanya. "Ibu bilang lagi di Jakarta. Ngajakin kamu lunch bareng besok" Kika mengangguk kaku.

"Oke. Ntar aku aja yang hubungin ibu"

Hening.

Yang terdengar hanya suara Ivan Gunawan yang sedang mengomentari pakaian salah satu kontestan.

Kika mencoba fokus ke layar kaca meski tidak selera. Mencoba mengacuhkan kehadiran Bintang yang membuat jantungnya kembali dugem. Ia cemberut saat matanya mengkhianati. Diam-diam melirik Bintang.

Dan betapa kagetnya ia saat matanya beradu dengan mata Bintang. Keduanya langsung mengalihkan pandangan. Wajah Kika sudah memerah. Sama merahnya dengan telinga Bintang.

Masih hening.

Kali ini yang mengisi keheningan adalah suara ketiga MC D'Academy yang sedang ngebanyol.

Salah satu hal yang paling dibenci Kika, selain menunggu, adalah terjebak dalam suasana awkward. Gadis itu menggigiti kuku jempolnya. Kebiasaannya kalau gelisah dan tidak tahu harus berbuat apa. Gadis itu ngedumel dalam hati.

Duh kenapa jadi begini sih? Lagian kalau dipikir-pikir, itu kan cuma ciuman. Persetan dengan first kiss. Aku kan wanita dewasa. Masa karena begituan saja jadi berlarut-larut?

Masih menggigiti kukunya, Kika berpikir ulang. Eh tapi kan tetep aja itu first kiss. Nggak akan terulang kembali. Ah.. tapi..

Pikiran itu terus berputar-putar di kepalanya seperti lingkaran setan.

Bintang sendiri juga terjebak dalam perasaan galaunya. Ia bukannya tidak punya pengalaman dengan wanita. Mantannya ada delapan dan itu belum termasuk partner ONS nya. Ia memang bukan playboy tapi ia bisa mengaku kalau pengalaman percintaannya bisa dibilang lebih dari cukup. Makanya ia bingung karena ia malah kebingungan menghadapi Kika. Sejak menikahi gadis itu, rasanya ia seperti dihadapkan pada invisible maze yang lorong-lorongnya terdiri dari kepingan puzzle. Ia tidak paham pola pemikiran Kika yang menurutnya tidak seperti wanita pada umumnya. Dan ia juga tidak paham akan efek yang ditimbulkan gadis itu terhadapnya. Membuatnya seperti lelaki yang pertama kali menghadapi wanita. Bahkan setelah ia ingat-ingat lagi, saat Kika masih menjadi cinta monyetnya dulu, ia nggak sebegininya amat.

"Ka" panggilnya.

Kika menelan ludah. Nervous. Suara Bintang seolah memiliki efek simpatis yang membuat jantungnya seperti siap lompat dari dadanya.

Marriage With(out) LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang