7*Basket!

1.5K 103 2
                                    

Riuh suara tepuk tangan menggema didalam cafe. Jeritan para remaja perempuan pun seakan memekakan telinga ketika Rey baru saja menyanyikan bait lagu terakhirnya.

Sangat indah. Itulah dua kata yang orang-orang katakan ketika mendengar alunan lagu dan denting piano menyatu menggema didalam ruangan.

Rey tersenyum ke arah penonton ketika ia selesai menyanyikan lagu yang dibawakannya. Membuat semua remaja perempuan yang ada didalam sana berteriak histeris seraya berlomba saling mengambil gambar Rey didepan sana.

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Dan Rena masih dengan setianya duduk dibangku samping jendela yang beberapa waktu lalu ditempati nya bersama Rey sebelum Rey mulai bernyanyi menghibur orang-orang didalam cafe.

Entahlah sudah berapa kali Rena menguap, ia berusaha untuk mengalahkan rasa kantuknya demi mendengar lagi suara Rey menyanyi didepan sana. Dan penantian nya malam itu terbayar sudah ketika ia mendengar suara Rey yang begitu indahnya. Ia merasa sangat puas meski Rey hanya bernyanyi beberapa menit saja.

Jika orang-orang berlomba untuk mengambil gambar Rey ketika bernyanyi seraya memainkan piano, Rena dengan antusias nya merekam suara Rey. Awalnya ia ingin mengabadikan nya dengan video tapi karena batrai ponselnya sudah hampir habis ia pun hanya bisa merekam nya saja.

"Ren" ujar Rey tiba-tiba seraya duduk dikursi depan Rena.

Rena yang saat itu sedang menunduk langsung mendongak ketika Rey memanggil nya. Ia tersenyum manis, begitu juga dengan laki-laki didepannya.

"Udah ngantuk ya?"

"Eh engga kok" Rena tersenyum kikuk lalu menggaruk pelan pelipisnya. Meski matanya mungkin sudah terlihat merah, tapi ia berusaha untuk tetap tidak terlihat mengantuk.

"Kesini sama siapa?" Tanya Rey disela-sela meminum latte nya.

"Sama supir" Rey mengangguk lalu meminum latte nya dalam dua kali tegukan.

"Gue anterin pulang yu" Rey beranjak dari kursi duduknya setelah meminum habis latte nya.

"Eh ngga gausah, lagian ini juga udah malem gaenak sama orang tua lo".

Rey tersenyum pahit, orang tua? pulang atau tidak juga mereka tidak akan peduli, batinnya.

"Justru itu karena ini udah malem, gue gak mungkin dong biarin lo pulang sendiri malem-malem gini"

"Tap-"

"Udalah yuk!" Ajak Rey seraya menarik tangan kanan Rena keluar cafe menuju parkiran.
Ketika mereka berjalan menuju pintu cafe, banyak sekali beberapa pasang mata yang menatap keduanya. Ada yang memandang tak suka, ada yang memandang terkejut, ada juga yang memandang datar biasa saja, seperti Reno.

***

Jalanan ibu kota rasanya memang tak pernah sepi dari kendaraan beroda dua maupun beroda empat. Terbukti dari kemacetan panjang yang dirasakan Rey malam itu. Sudah sekitar lima belas menit ia terjebak dalam kemacetan panjang bersama Rena disamping kiri kemudinya.

Rena sudah terlelap entah berapa lama, membuat Rey ingin cepat-cepat sampai dirumah gadis itu. Bukan nya Rey merasa tidak suka jika Rena tidur didalam mobilnya, hanya saja ia merasa kasihan jika Rena tertidur dalam posisi duduk, ia mungkin saja bisa merasa pegal pada bagian tubuhnya, pikir Rey.

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh lewat empat puluh delapan menit. Dan tepat saat itu, Rey memarkirkan mobilnya didepan rumah Rena ketika seorang satpam membukakan pintu gerbang untuknya.

I Promise [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang