9*Sick

1.3K 89 0
                                        

Angin malam perlahan mulai berhembus menyapa setiap pejalan kaki yang berjalan disepanjang trotoar. Kerlap-kerlip lampu ibu kota seakan ikut menghiasi dingin nya malam yang tak berbintang.

Dua remaja yang baru saja duduk dibangku panjang taman kota mendesah pelan ketika suara gemuruh petir menyambar memekakan telinga.

Tak ada pembicaraan diantara keduanya sampai lagi-lagi suara petir lah yang seakan melengkapi suasana malam yang terasa mencekam.

Reno dengan bebasnya mengeratkan jaket yang ia pakai ke tubuhnya sementara Rena ia hanya menggosok-gosokan tangannya pada bagian pipi dan lehernya. Angin malam memang sedikit mengganggunya karena ia hanya mengenakan kaos panjang tanpa memakai jaket.

Keduanya masih belum beranjak untuk pulang walau langit kini sudah berubah menjadi gelap. Motor yang tadi dikendarai Reno ia tinggalkan begitu saja didekat Lapangan ketika ia harus berlari bersama Rena menghindari sekumpulan laki-laki yang mengganggu mereka.

"Lo gapapa?" "Lo gapapa?"

Keduanya langsung terdiam saat menyadari mereka berbicara diwaktu yang sama. Reno memalingkan wajahnya ke jalanan, begitu juga dengan Rena yang berada lumayan jauh disampingnya.

"Gue gapapa" "Gue gapapa"

Lagi-lagi mereka berbicara diwaktu yang sama membuat keduanya kali ini benar-benar terdiam. Hanya suara jangkrik dan kendaraan lah yang terdengar.

Lima menit berlalu, mereka masih sama-sama diam tak ingin lagi mengucap sepatah kata pun dari bibirnya masing-masing.

Rena sudah beberapa kali menguap, mungkin karena lelah akan hari yang dilalui nya hari ini bersama Reno yang selalu dihindarinya. Ia juga sudah beberapa kali memijit kakinya yang terasa pegal karena terus berlari tanpa henti.

Reno sedang berkutat dengan keadaan sekitarnya ketika nyamuk-nyamuk yang terbang terus berkeliaran disekitarnya.

"Arrgghh" tiba-tiba Reno menjerit tertahan ketika tangannya menampar wajahnya sendiri. Sudut bibir yang tadinya memang sudah lebam karena pertengkaran nya tadi sore kini sudah mengeluarkan darah karena tamparannya sendiri.

Nyamuk yang awalnya ingin ia tepuk tak ia dapatkan. Malah sudut bibirnya yang menjadi berdarah karena menjadi sasaran tangannya.

"Lo kenapa?" Tanya Rena seraya memandang wajah Reno yang tidak begitu jelas terlihat.
Reno hanya menggelengkan kepalanya seraya beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya mendekati Rena.

"Gue mau bawa motor dulu ke Lapangan, lo mau ikut atau tunggu disini?" Ucap Reno seraya mengusap darah yang lagi-lagi keluar membasahi dagu nya.

Rena mengerutkan keningnya ketika samar-samar ia melihat darah disudut bibir Reno. Lalu ia ikut beranjak dari duduknya dan berdiri tepat didepan Reno. Kini ia bisa melihat dengan jelas wajah Reno yang memerah dengan sudut bibir yang lebam, membuatnya refleks menyentuh wajah laki-laki didepannya.

"Arrghh" Rena langsung menjauhkan tangannya dari wajah Reno, ia menatap Reno dengan khawatir.
"Kok bisa gini? Tadi kayaknya engga deh"

Raut wajahnya masih memperlihatkan kekhawatiran. Dengan perlahan, ia mengusap darah yang masih tertinggal didagu Reno dengan ibu jari nya.

Tak perduli lagi dengan rasa gengsi yang tertanam dihatinya, Rena tetap membersihkan dagu Reno. Karena menurutnya Reno lah yang hari ini menyelamatkannya dari orang-orang yang mengganggunya.

Reno meringis dan berulang kali menahan kesakitannya ketika jari lentik Rena menyentuh bagian sudut bibirnya yang lebam. "Udah malem, gue mau ambil motor dulu diLapangan"

I Promise [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang