18*Cry

1.1K 80 3
                                        

Tak terasa, jam menunjukan pukul sepuluh malam. Sudah sekitar dua jam mereka menghabiskan waktu didalam Cafe.
Berulang kali Reno melihat jam dipergelangan tangannya. Semakin jarum jam nya berputar Reno semakin resah.

Hatinya tidak tenang. Ia benar-benar merasa tidak baik kala memikirkan sesuatu tentang Rena. Entahlah mengapa ia  menjadi seperti itu, Reno tak mengerti. Ia selalu saja tidak tenang jika pikirannya sudah tertuju pada Rena.

Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya Reno memutuskan untuk pamit pulang terlebih dulu pada teman-temannya. Reno segera keluar dari Cafe menuju kedalam mobilnya dan tepat pada saat itu Rena mengirimkan pesan padanya bahwa ia berada di Rumah Sakit yang tak jauh dengan Sekolah. Mungkin hanya butuh waktu sekitar lima belas menit saja untuk sampai.

Dan disanalah Reno sekarang, duduk berdampingan dengan Rena dibangku panjang Rumah Sakit didepan ruang rawat Papa Rena.

"Lo gak tidur berapa malem?" Tanya Reno setelah terjadi keheningan beberapa menit diantara keduanya.

Meski rasa khawatirnya sudah menghilang karena ia telah tahu bahwa bukan Rena yang dirawat, tapi tetap saja sekarang rasa khawatir itu kembali hadir kala melihat penampilan Rena yang jauh dari kata baik-baik saja.

Wajah Rena terlihat sedikit pucat, tubuhnya terlihat sedikit kurus, dan terdapat lingkaran hitam dibawah matanya.

Rena menggeleng lemah dengan kepala yang bersandar pada dinding dibelakangnya.  Memang, ia sadar mungkin penampilannya terlihat berbeda dari beberap hari lalu, tapi sungguh ia tidak peduli akan hal itu. Yang ia pedulikan saat ini adalah kondisi Papa nya yang belum juga membaik sejak dirawat di Rumah Sakit karena terkena typus.

"Lo udah makan?" Tanya Reno lagi. Dan jawaban yang ia dapat tetaplah sama, Rena menggeleng pelan. Rena sendiri lupa kapan terakhir kali ia makan.

Reno bangkit sambil menghela nafas, ia menarik pergelangan tangan Rena pelan agar mengikutinya. Dan Rena sama sekali tidak menolak, ia mengikuti kemana langkah Reno membawanya dengan degup jantung yang kian terasa cepat.

***

Hanya duduk memandangi orang yang sedang makan adalah hal baru yang dilakukan Reno. Apalagi orang itu adalah seorang gadis, Rena pula!

Reno tak pernah melakukannya bahkan terfikir akan mengalaminya saja tidak pernah. Ia menatap Rena lekat, gadis didepannya itu makan dengan ogah-ogahan. Walaupun memang Rena merasa lapar tapi tetap saja ia malas, nafsu makannya beberapa hari terkhir ini hilang entah kemana terlebih saat pertama kali Papa nya masuk Rumah Sakit.

"Lo gimana mau jaga Papa lo kalo lo sendiri gak bisa jaga diri" ujar Reno.

Rena melirik Reno sekilas tak menjawab sepatah kata pun. Ia pura-pura sibuk dengan makanannya yang tinggal setengah. Ia tahu Reno pasti akan menasehatinya, dan jujur saat ini Rena salah tingkah. Jantung nya berdebar kala terbesit dalam pikirannya bahwa Reno khawatir padanya.

Dan sikap Rena yang seperti itu bermula sejak Reno memeluknya malam itu.

"Lo kenapa gak makan?" Tanya Rena, sebenarnya itu hanya basa-basi saja untuk menutupi rasa gugupnya. Namun tanpa ia ketahui Reno sudah lebih dulu menyadarinya dari gelagat ia berbicara pada Reno.

Gue bikin baper? Batin Reno bertanya pada dirinya sendiri.

***

I Promise [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang