26*Semarang 2

963 66 0
                                    

Perasaan Gilang tak lagi hampa, hati Gilang tak lagi kosong saat seseorang yang telah mengisi ruang hati nya tak lagi pergi. Rasa bahagia yang Gilang rasakan kini jauh berkali-kali hebatnya dari memenangkan piala di ajang perlombaan basket tertinggi sekalipun.

Gilang bahagia, jelas saja. Karena seseorang yang selama ini dicarinya saat ini sedang bersamanya, berada disampingnya. Memeluk tangannya sambil bersandar dibahu Gilang dengan mata yang terpejam. Seulas senyum terukir dibibir Gilang, ia menatap wajah Vera sangat dekat sampai ujung hidungnya menyentuh permukaan wajah Vera.

Gilang bersumpah, ia tidak ingin kehilangan gadisnya lagi.

"You're mine, and always be mine." bisik Gilang tepat sebelum taksi berhenti didepan sebuah Hotel yang ditempatinya bersama kedua orang tua nya.

"Vera, bangun." ujar Gilang pelan sembari tangannya menepuk-nepuk pipi Vera.

Saat Vera sudah membuka matanya barulah Gilang keluar dari dalam taksi. Menggenggam tangan Vera erat seakan tidak ingin melepaskan tangan itu lagi.

"Ini mau kemana?" Rupanya, Vera belum tahu kemana Gilang membawanya. Saat tadi ia menangis dipelukan Gilang, cowok itu langsung membawanya kedalam taksi. Dan, disinilah Vera sekarang. Berdiri disamping Gilang dengan tangan yang digenggam erat oleh cowok itu didalam sebuah lift.

"Ketemu orang tua aku" jawab Gilang santai.

Vera sedikit tertegun. Bukan hanya karena ia akan bertemu dengan orang tua Gilang, tapi Vera juga tertegun karena baru saja Gilang berbicara dengan gelagat aku, tidak seperti biasanya.

Namun dibanding memikirkan itu, sekarang Vera justru lebih memikirkan bagaimana nantinya jika ia bertemu dengan orang tua Gilang. Maksudnya, untuk sekarang Vera belum siap bertemu orang tua Gilang apalagi dengan keadaan Vera yang seperti ini. Rambut acak-acakan, seragam sedikit lecek, hidung memerah, dan mata yang sembab sehabis menangis.
Vera malu jika harus bertemu orang tua Gilang sekarang.

Saat Gilang melangkah keluar lift, Vera langsung menahannya dengan menarik ujung jaket Gilang yang membuat Gilang berhenti dengan kernyitan didahi.

"Ketemu orang tua Kak Gilang nya besok aja deh, ya?" ujar Vera memohon.

"Kenapa?"

"Yaa..a-aku, aku gak PD aja. Masa ketemu sama orang tua Kak Gilang aku nya gini sih?"
Jawab Vera kikuk sambil menundukan wajahnya memperhatikan penampilan nya sendiri yang sedikit berantakan.

Gilang lantas tersenyum menatap Vera dari ujung rambut sampai ujung kaki lalu setelahnya merapikan rambut Vera sebentar.
"Cantik kok, udah ayo."

Dan setelah itu Vera tidak berkomentar lagi. Hanya menurut mengikuti kemana langkah Gilang membawanya dengan perasaan yang masih berdebar.

***

Harusnya sekarang Reno sudah pulang ke Apartemen, duduk bersantai sambil memakan kacang almond atau menonton film sambil berbaring disofa. Tapi saat ini, pukul lima sore Reno masih berada dijalan, lebih tepatnya dipinggir jalan karena ban mobil nya bocor.

Jalanan yang sepi membuat tidak ada seorangpun yang bisa menolong Reno. Lelaki itu malah mondar mandir tidak jelas sambil uring-uringan, sesekali menendang ban mobil nya yang bocor. Letak bengkel sudah jelas sangat jauh. Jalanan yang dilewati Reno hari ini benar-benar jalanan yang sepi. Disekelingnya hanya terdapat pepohonan besar.

Reno bersumpah, tidak akan lagi melewati jalan ini.

Selang beberapa saat, Reno masuk kedalam mobilnya mengambil ponsel dari dalam tas, mulai mencari-cari kontak seseorang yang sekiranya bisa membantunya. Dan karena nama Andre bermula dari huruf A yang berada diposisi teratas, jadilah Reno menghubunginya. Ya walaupun Reno sebenernya gengsi sih meminta bantuan kepada Andre setelah pertengkaran di Perpustakaan itu, Reno tak punya pilihan.
Karena selain alasan itu, Reno juga tidak tahu harus menghubungi siapa. Hanya Andre orang terdekatnya di Jakarta.
Reno juga tidak mungkin 'kan menghubungi Gilang, lelaki itu sedang berada di Semarang.

I Promise [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang