29*Died

1.1K 62 0
                                    

"Lo suka makan apa?" tanya Reno sambil mendorong troli belanjaanya. Sesekali matanya melirik Rena yang sedari tadi berdiri disampingnya.

Sekarang mereka sedang berada disebuah Supermarket, belanja bahan makanan yang akan dimasak Reno nanti. Sebenarnya Rena juga kurang percaya sih Reno bisa masak. Mana ada cowok macam Reno yang jutek, judes, galak betah berlama-lama di dapur. Yang ada hanya membakar dapur saja. Tapi Rena penasaran juga, dilihat dari bagaimana Reno memilih-milih bahan masakan sepertinya Reno sudah mengenal banyak bahan-bahan masakan macam itu. Jujur saja, Rena bahkan sampai sekarang tidak bisa membedakan mana yang namanya bayam dan juga kangkung.

"Apa aja suka, asal pedes." Reno manggut-manggut, baru tahu ternyata Rena suka makanan yang pedas beda dengan dirinya yang akan langsung terkena musibah saat makan makanan pedas.

Setelah membeli bahan makanan, Reno membeli berbagai cemilan seperti yang biasa ia lakukan saat lemari es sudah kosong dan hanya menyisakan air mineral dalam botol besar. Saat matanya melihat berbagai macam coklat berderet rapi, Reno jadi teringat saat waktu itu Rena membeli banyak coklat dan dihabiskan hanya dalam waktu kurang lebih tiga jam.

"Lo mau beli coklat gak?" tanya nya sambil mengacungkan satu batang coklat yang terbungkus kemasan berwarna merah.

Rena menolehkan kepalanya saat sebelumnya ia sedang mengikat rambutnya. Rena berfikir sebentar sebelum akhirnya menggeleng dengan raut wajah memelas.

"Libur dulu deh, berat badan naik gara-gara ngemil coklat mulu." Ungkapnya sambil menunduk melihat bentuk tubuhnya.

Tanpa sadar Reno melakukan hal yang sama. Ia memandangi tubuh Rena yang berbalut seragam sekolah dengan rok diatas lutut. Menurut penglihatan Reno tubuh Rena sama saja seperti waktu itu saat mereka belanja, kurus tapi bukan berarti yang benar-benar kurus, lebih tepatnya langsing dan juga... seksi.

Untuk soal itu, Reno memang tak bisa bohong. Rena memang seksi, terlepas dari warna kulitnya yang putih mulus dan juga kaki yang jenjang, Rena memiliki tubuh yang ramping. Menurut Reno, untuk ukuran perempuan Rena bisa dibilang tinggi. Ya walaupun jika sudah berdiri disampingnya Rena hanya sebatas bahu nya.

Bukan hanya Reno saja yang menganggap Rena seksi. Teman-teman nya juga banyak yang mengatakan demikian, bahkan Andre pun mengakuinya. Pernah sewaktu-waktu, saat itu Reno sedang jogging bersama Andre dan juga teman tim basket yang lain. Ia tak sengaja melihat Rena sedang berlari kecil dipinggiran taman. Bukan Rena yang menjadi fokusnya saat itu tapi justru pakaian yang Rena gunakan. Gadis itu memakai kaos hitam pendek dan celana sebatas paha yang mengekspos kaki panjang nya.

Reno sampai menelan ludah melihatnya. Pagi-pagi disuguhi pemandangan indah seperti itu membuat sisi lain dari dirinya ikut naik. Bagaimanapun Reno lelaki normal, secuek apapun ia pada perempuan tapi ia memiliki nafsu yang akan membuat ia lupa diri. Seperti saat itu, saat terang-terangan Reno menatap Rena dari kejauhan ia tak sadar bahwa sejak ia memandangi Rena, teman-temannya menatap Rena dan Reno bergantian sambil geleng-geleng kepala.

"Seksi banget, sumpah." begitu kata Andre waktu itu. Sesaat setelahnya kepalanya dipukul oleh Gilang dari arah samping.

"Kenapa?" tanya Rena tiba-tiba. Reno cepat-cepat mengalihkan pandangan takut jika Rena menyadari nya yang sedang memperhatikan Rena diam-diam. Lelaki itu berdehem sekilas sambil berjalan menuju kasir. "Gapapa. Yaudah yuk, takut kesorean."

Selesai membayar, mereka berdua bergegas pergi menuju Apartemen Reno. Jam masih menunjukan pukul tiga lebih sepuluh menit, mereka sampi digedung Apartemen pukul tiga lebih tiga puluh empat menit. Rena yang membawa barang belanjaan walau sebelumnya Reno sudah menolak karena belanjaan nya lumayan berat.

I Promise [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang