34*Meet Again

1K 55 0
                                    

Reno masih berjongkok didepan Rena, mendengarkan dengan seksama bagaimana kejadian kemarin malam saat Lucky mencoba untuk melukai gadis didepannya.

Ada rasa marah yang muncul dalam dirinya setiap kali Rena berkata bahwa perempuan itu merasa takut. Apalagi saat melihat warna kebiruan dikedua lengan gadis itu juga sedikit lecet dikedua telapak kakinya, Reno makin marah sekarang.
Rahang nya terkatup rapat dan kedua tangannya mengepal perlahan disamping tubuhnya.

Sejak Rena bercerita bahwa ia bertemu Lucky di Taman, Reno sudah dapat menyimpulkan bahwa kemungkinan besar seseorang yang mengirimi Rena pesan malam itu adalah Lucky sendiri. Lelaki itu menjebaknya dengan mengirimi Rena pesan yang mengatasnamakan dirinya.

"Maaf ya," ucap Reno tiba-tiba.

Kedua tangannya yang semula mengepal berpindah ke atas tangan Rena. "Maaf gue belum bisa nepatin janji gue."

"Hah?"

"First promise"

Rena kemudian ingat percakapan nya dengan Reno minggu lalu diLapangan basket bahwa Reno bilang lelaki itu akan menjaganya. Rena pikir Reno hanya bicara saja waktu itu tapi sekarang ketika melihat wajah Reno yang menyiratkan penyesalan, sedikitnya sekarang Rena percaya bahwa Reno tidak main-main dengan ucapannya.

"Oh i-iya, gapapa kok." jawab Rena kikuk.

Kenapa sekarang tiba-tiba dada nya berdebar?

***

Tak ada lagi alasan untuk membuat Rey tetap pada posisi nya sekarang. Lelaki itu perlahan berbalik, meninggalkan sebuket bunga didepan kamar perempuan yang sedang bercengkrama dengan seseorang didalam kamar.

Pemilihan waktu yang tidak tepat menurutnya, datang bertamu ke rumah Rena disaat perempuan itu sedang ada kunjungan dari pria lain. Rey pikir Rena tidak akan mau bertemu Reno dulu setelah kejadian malam itu, namun saat ini Rena justru sedang mengobrol dengan lelaki itu sambil sesekali tertawa begitu lepas.

Seingatnya, Rena tak pernah tertawa selepas itu saat bersamanya.

Dianak tangga terakhir, Rey sekali lagi berbalik. Menengadahkan wajahnya ke arah pintu kamar Rena yang terbuka. Seharusnya ini menjadi hari bahagia nya, namun keadaan justru berbanding terbalik dengan apa yang diharapkannya.

Lupakan ucapan selamat dari Rena, lupakan juga acara makan-makan kue berdua dengan Rena. Keduanya tak akan terjadi, karena Rena saja sepertinya tidak tahu ini hari ulang tahunnya.

Rey berjalan kembali menuju gerbang. Sebelum mengemudikan mobilnya ia diam sebentar, menatap ke jendela kamar Rena dari dalam mobilnya dengan kedua tangan yang saling bertaut diatas stir mobil. Lalu perlahan, tautan tangannya terlepas begitu melihat Reno membuka gorden kamar Rena.

Ia menghela nafas kasar saat Reno memandang ke arah mobilnya.

***

Tak cukup buruk kah hari ulang tahun Rey sekarang? Kenapa saat pulang ke Apartemen ia justru bertemu dengan seseorang yang selama ini dihindarinya?

Kedua orang tua Rey duduk diatas sofa. Yang perempuan sibuk menelpon sampai tak sadar Rey datang, dan yang lelaki sibuk merapihkan jas yang dipakainya karena sebentar lagi mungkin orang itu sudah akan pergi.

Rey kemudian berdeham, menyadarkan kedua orang tua nya dari aktivitas masing-masing. Papa nya yang pertama kali menoleh, tersenyum padanya walau Rey tahu senyum itu sedikit dipaksakan. Tak lama setelah memutuskan sambungan telpon, Mama nya yang sekarang menoleh. Tersenyum lembut padanya sambil beranjak dari duduknya menghampiri Rey, memeluk anak satu-satu nya sambil mengecup dahi dan pipi nya bergantian.

I Promise [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang