36*Gave Up

1K 62 0
                                    

Dua jam sebelum kecelakaan terjadi, Reno duduk diayunan taman belakang rumah Rena sambil memainkan ponsel. Memilih-milih lagu yang akan diputarnya selagi menunggu Rena yang sedang mengambil minum untuknya.

Malam itu ia datang untuk menemani Rena dirumah karena saat itu Papa dan Kakak Rena sedang pergi keluar kota. Rena sendiri yang memintanya datang dan Reno tak punya alasan untuk tidak mengabulkan, sebab ia sendiri yang bilang pada Rena akan menjaganya dan akan siap membantunya jika Rena membutuhkannya.

"Nih, minum dulu." Ujar Rena sambil menyerahkan secangkir coklat panas.

Gadis itu ikut duduk di satu ayunan yang lain tepat disamping ayunan yang Reno tempati. Kaki nya bergerak-gerak, sambil menikmati angin yang berhembus dia menoleh ke arah Reno. Lelaki itu sedang menunduk meniup-niup coklat panas yang hendak diminumnya.

"Ren?"

"Hmm,"

"Lo punya pacar nggak?" Tanya Rena langsung. Perempuan itu mengubah posisi duduknya menjadi menyamping, menatap Reno lekat-lekat sambil menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga.

Yang ditanya tidak langsung menjawab, sedetik setelah Rena melontarkan pertanyaan nya pikiran Reno seolah ditarik ke masa-masa dulu saat ia berada di Singapura. Sosok perempuan dulu yang sempat selalu ada dalam harinya mendadak muncul lagi dalam kepala.

Senyumnya, tawanya, marahnya, dan tangis terakhirnya masih tergambar jelas dalam lamunan Reno. Perempuan itu bernama Vanya, gadis berusia satu tahun diatas Reno yang dulu sempat hampir menjadi pacarnya.

Mengingat dia, Reno selalu mengalami mimpi buruk lagi dan lagi. Bayangan tentang Vanya yang menangis didepan mata nya tepat ketika ulang tahun gadis itu membuat dada nya mendadak terasa sesak, seperti ada ribuan bom yang menghantam dadanya.

"Nggak, kenapa?" Balas Reno, nada suaranya sedikit merendah.

"Oh, nggak sih. Gue penasaran aja soalnya lo gak pernah keliatan jalan sama cewek."

Reno menghela nafas, kemudian ia bangkit berdiri berjalan dua langkah kedepan.
"Gue gak pernah pacaran, tapi gue pernah sih ngelakuin hal-hal kaya orang pacaran."

"Seperti?"

"Ya, biasa. Jalan, nonton, dinner, pulang pergi sekolah bareng, gitu-gitu aja sih."

Rena mengangguk-angguk. "Tapi nggak ada status, gitu?"

Kali ini Reno yang mengangguk. Untuk ketiga kalinya Reno menyeruput coklat panasnya yang tinggal setengah dan menghabiskannya sekaligus. Sebelum melanjutkan ceritanya, Reno melangkah lebih dekat ke arah Rena dan menyimpan cangkir kosong nya pada tangan tangan Rena yang terbuka.

"Semacam friendzone gitu sih kalo kata Andre." Reno kembali duduk diayunan, "Dia ninggalin gue sehari sebelum gue nembak dia. Dengan cara.. tidur sama cowok lain."

Rena terkesiap, sampai cangkir yang ia pegang jatuh ke dekat kaki nya. Reno hanya tersenyum simpul, paham betul apa yang dirasakan dan dipikirkan Rena. Lelaki itu kemudian mengambil cangkir yang terjatuh itu dan memegangnya, menatap cangkir itu dengan perasaan yang entah bagaimana lagi rupanya.

"Padahal waktu itu, kalo di inget-inget dia duluan yang ngejar-ngejar gue sampe akhirnya gue suka sama dia. Gue gak nyangka, awalnya gue pikir dia becanda bilang kalo dia tidur sama cowok tapi ternyata semuanya bener pas gue liat sendiri dimalam berikutnya dia ngelakuin hal yang sama persis seperti apa yang dia bilang ke gue."

Rena bukan hanya kaget mendengar cerita panjang Reno. Lebih dari itu, ia sedikit kasihan dengan apa yang dialami lelaki disampingnya ini.

"Gue marah, jelas. Karena rasanya gue dipermainkan sama dia. Tapi, gue lebih-lebih marah saat tahu ternyata dia ngelakuin itu semua karena terpaksa."

I Promise [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang