Selama beberapa menit terakhir, yang dilakukan Rena adalah menangis, meronta, dan menahan kesakitannya. Ia telungkup diatas kasur Reno dengan Vera yang berada dibelakangnya mengobati punggung Rena yang sejak semalam terlihat sangat merah.
Reno dan Andre berada diruang tengah, membicarakan sesuatu yang terjadi kemarin malam saat Rena yang sempat disekap oleh tiga orang laki-laki disebuah bangunan yang tak jauh dari Lapangan.
Beruntung, Rena bisa melarikan diri jika saja tidak keadaannya mungkin akan lebih buruk dari keadaannya sekarang.
"Aw sakit Ver! Pelan-pelan ih"
"Ini udah pelan Ren, punggung lo gila merah banget," jawabnya seraya mengompres punggung Rena dengan handuk kecil dan air.
Rena menggigit bibir bawahnya, tak kuasa menahan rasa sakit. Air matanya tak berhenti mengalir sejak semalam membuat matanya kini berubah menjadi sembab.
Dalam hidupnya, ini merupakan kali pertama ia terluka fisik oleh orang lain. Apalagi sampai seperti ini, ia tak pernah membayangkan bahwa ia akan mengalami hal terburuk seperti ini. Disekap disuatu tempat yang gelap oleh tiga orang laki-laki lalu setelahnya ia terluka karena pukulan.Semakin lama, tangisnya semakin pecah. Vera yang berada dibelakangnya meringis, Andre yang kebetulan sedang berada diapartemen Reno sudah berulang kali menggedor pintu namun Vera masih enggan beranjak.
"Ver udah berenti! Gue gak tahan, nanti aja! Please," ucap Rena pelan.
Gadis dibelakangnya menghembuskan nafas, menghentikan aktivitasnya lalu menjauhkan tangannya dari punggung Rena, merasa tidak enak juga pada Rena yang terus menerus menahan sakit.
"Oke, sekarang lo istirahat. Nanti gue panggil dokter aja ya?"Sontak, Rena langsung menggeleng. Ia tidak ingin jika dokter mengobatinya. Bukan apa-apa, hanya saja ia tidak ingin terlalu merepotkan. Lagi pula sakit seperti ini mungkin akan segera sembuh, pikirnya. "Engga Ver, gue gak mau!" Tegasnya.
Lagi, Vera menghembuskan nafasnya. Ia menurut lalu beranjak dari atas kasur yang sudah terlihat berantakan. "Gue tinggal dulu gapapa ya? Gue mau ambil baju. Lo gak mungkin pake baju itu terus,"
Rena mengangguk, merubah posisinya hingga terduduk ditepi kasur dengan selimut tebal yang melindungi tubuhnya.
"Lo udah telpon papa gue kan?""Udah, tenang aja. Eh tapi papa lo pulang kapan dari Batam?"
"Dua hari lagi. Nanti nginep ya dirumah gue?" Pintanya.
Vera yang sedang berdiri membenarkan tali tas selempangnya mengangguk kecil seraya berbalik menuju pintu. "Yaudah gue pergi dulu. Lo baik-baik disini!"
Tanpa mendengar lagi perkataan dari sahabatnya, Vera melangkah keluar. Disofa ruang tengah, terlihat Andre sedang memainkan ponselnya. Dan Reno sedang mengunyah kacang almond seraya berbaring diatas karpet. Kedua laki-laki itu belum menyadari kehadiran Vera, sampai ketika Vera menutup pintu kamar kedua laki-laki itu baru menoleh ke arahnya.
"Rena gimana?" Tanya Andre.
"Masih gitu-gitu aja dre,"
"Lo mau kemana?"
"Gue mau pulang dulu bawa baju ganti buat dia, oh ya Ren-" Vera kali ini menatap Reno. "Gue titip dia dulu ya. Nanti sore gue bawa dia pulang" ucapnya.
Yang diajak bicara hanya mengangguk tanpa bersuara, masih santai memakan kacang almond yang berada didalam toples.
"Gue anterin ya?" Tawar Andre. Awalnya, Vera ingin menolak saja namun ia pikir tidak ada salah nya juga jika ia diantar Andre, lebih cepat lebih baik. Pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Promise [Completed]
Roman pour AdolescentsSetahun lalu Rena pernah sangat mencintai seorang pria, tapi perlahan rasa itu memudar seiring berlalunya waktu. Pria yang dicintainya tak lagi menaruh rasa percaya pada Rena karena sebuah kejadian tak terduga dimalam hari jadi mereka yang ke satu t...