Setelah suara peluit berbunyi mengakhiri pertandingan, Gilang dengan segera berjalan ke tepi Lapangan. Seperti yang dilakukan teman-teman tim nya yang lain ia meneguk habis sebotol air mineral yang diberikan Pak Arman.
Pertandingan pertama berhasil mereka menangkan hingga besok siang mereka harus kembali bertanding dengan SMA lain.Setelah meneguk habis minumnya, Reno duduk dibangku panjang seraya melihat pertandingan yang sedang berlangsung. Matanya fokus menatap ke beberapa anak laki-laki yang sedang kesana kemari berusaha mendapatkan bola.
Lima menit berselang, Reno memutuskan pergi ke tempat penginapannya untuk beristirahat. Andre dan Gilang mengikutinya sementara Devin dan yang lain masih duduk menonton."Ren, ambilin hp gue dong" ucap Gilang seraya melirik ponselnya diatas nakas tepat disamping Reno duduk.
Reno mengambilnya dan melemparkan nya kepada Gilang tanpa aba-aba. Untungnya Gilang bisa menangkap benda tipis itu jika tidak mungkin ponselnya sudah tergeletak dilantai.
"Anjir! Hp mahal nih!" ujar Gilang galak.
Reno mengedikkan bahunya acuh seraya langsung terlentang diatas sofa. Kakinya masih memakai kaos kaki dan sesekali tangannya mengelap keringat yang membasahi jidat dan lehernya.
Andre sudah duduk didepan TV dengan setoples kacang almond milik Reno. Sementara Gilang ia sudah sibuk dengan ponselnya. Sesekali dahinya berkerut sambil memandang layar ponselnya sampai beberapa saat ia menghela nafas secara kasar.Reno yang menyadari perbedaan raut wajah dari Gilang pun saling bertukar pandang dengan Andre tanpa mengucapkan kata.
"Dia kenapa sih?" ucap Gilang lirih masih memandang ponselnya.
Reno mendudukan tubuh tingginya lalu menatap Gilang lama seperti yang dilakukan Andre. Bedanya, sekarang Andre lebih mendekat pada Gilang yang sedang duduk diatas karpet.
"Kenapa emang?" tanyanya.Gilang tidak menjawab beberapa saat, ia malah menyodorkan ponselnya pada Andre. Saat itu, Reno langsung saja ikut mendekat. Merasa kepo atas apa yang membuat Gilang terlihat berbeda.
Lagi, Andre dan Reno saling bertukar pandang tanpa bersuara. Merasa prihatin pada kisah asmara Kakak kelasnya dengan gadis yang merupakan teman dekat dari Rena.Bagaimana mereka tidak merasa prihatin? Ketika rentetan chat dari Gilang minggu yang lalu hanya dibaca dan tidak dibalas sama sekali sampai saat ini oleh gadis itu. Juga, setiap kali Gilang mencoba menghubungi gadis itu ia selalu saja mendapat penolakan panggilan.
Selama ini Gilang pikir Vera sedang tidak ingin digangggu, tapi setelah terasa lama usaha Gilang untuk menghubungi gadis itu terasa sia-sia Gilang mulai curiga dan berfikir yang tidak-tidak."Lo udah coba temuin dia?" tanya Reno ragu.
Gilang menggeleng pelan dan hal itu membuat Reno maupun Andre menatap Gilang dengan tatapan 'bego! Kenapa gak ditemuin aja dan tanya langsung!'
"Gue gak berani nemuin dia dan nanya langsung kenapa. Karena waktu itu pas gue papasan dikoridor sama dia, dia malah ngebuang pandangannya dan pergi gitu aja"
"Gue gak berani nanya, gue takut sama respon dia ke gue. Karena gue sadar.. Gue.. Gue bukan siapa-siapa dia" lanjut Gilang dengan nada yang menahan emosi. Terlebih saat ia mengatakan bahwa dia memang bukanlah siapa-siapa untuk Vera.
Andre menghela nafas, ia menepuk bahu Gilang pelan seraya berujar, "Makannya lo harus berani nanya. Dengan gitu lo bisa tahu apa alasannya dan lo bisa tahu apakah lo masih bisa buat jadi siapa-siapa nya dia atau engga".
Reno mengangguk setuju. Ia mengambil alih kacang almond yang tadi dipegang Andre dan memeluknya didepan perut.
"Nanya aja dulu, respon dia gimana ya gimana nanti. Yang penting lo tahu dulu kenapa biar lo gak kepikiran terus dan malah berdampak sama pertandingan"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Promise [Completed]
JugendliteraturSetahun lalu Rena pernah sangat mencintai seorang pria, tapi perlahan rasa itu memudar seiring berlalunya waktu. Pria yang dicintainya tak lagi menaruh rasa percaya pada Rena karena sebuah kejadian tak terduga dimalam hari jadi mereka yang ke satu t...