Entah kenapa rasanya begitu canggung saat bertemu Reno dan keluarganya. Ada yang janggal dari pertemuan mereka dan hal itu cukup membuat Rena takut. Perempuan itu berdiri kaku diujung ranjang setelah menyalami kedua orang tua Reno, masih belum melakukan apa-apa sampai Reno mengisyaratkan nya untuk mendekat ke sisi ranjang disebelah kanan.
Kedua orang tua Reno saling tatap lalu detik berikutnya mereka pamit keluar dengan alasan ingin mencari makan. Mereka tahu bahwa kedua remaja itu butuh ruang dan waktu untuk membahas sesuatu.
"Om titip Reno sebentar, ya." ucap Papa Reno pada Rena.
Dan setelah hanya ada mereka berdua didalam ruangan, keheningan mendadak tercipta hingga menimbulkan kecanggungan. Keduanya belum ada yang membuka suara hingga dua menit berikutnya.
"Ehm.. Gimana keadaan lo?" tanya Rena ragu.
Perempuan itu merubah posisi nya menghadap Reno yang sedang memegang kepala bagian kiri nya dengan alis yang sesekali berkerut. Rena jadi khawatir, ia berjalan memutar hingga sekarang berada persis disisi kiri lelaki itu. Ia memegang tangan Reno dan menggenggamnya lalu tangannya menggantikan tangan itu, mengusap kepala Reno yang diperban.
"Lo gapapa 'kan?"
Entah kenapa suara Rena terdengar begitu berat ditelinga Reno. Ada sedikit gemetar yang terdengar dan mata coklat perempuan itu perlahan mulai berkaca-kaca. Reno menatapnya lekat tanpa membuka suara, menikmati setiap sentuhan jemari tangan Rena dikepalanya.
Sementara itu debaran jantungnya belum hilang, masih terasa bergemuruh dan rasanya semakin menjadi-jadi saat Rena mengecup kembali pelipisnya seperti waktu itu saat didalam mobil. Reno memejamkan matanya dan tangan nya menahan pinggang Rena persis seperti yang pernah ia lakukan saat kejadian ini terjadi.
Dan tak lama setelah itu Rena menjatuhkan cairan bening nya ke pipi Reno, mengalir sampai ke dagu lelaki itu. Ia tak kuasa lagi menahan tangisnya, melihat Reno seperti ini membuat sisi lain dalam dirinya seperti terluka.
"Kok lo bisa celaka, sih, Ren?" ucap Rena sesaat setelah perempuan itu duduk dikursi.
Reno menghela nafas sebentar sebelum menjawabnya. Pikiran nya kembali borfokus pada saat malam itu setelah ia pulang dari rumah Rena, saat ia bertemu Lucky disebuah Bengkel.
Reno menceritakan semuanya, bermula dari ketika ia pulang dari rumah Rena menuju Bengkel untuk sekedar mengecek bekas goresan dimotor Andre sampai akhirnya ia bisa menjadi korban tabrak lari. Saat itu ia bertemu Lucky ditempat yang sama, lelaki itu sedang mengambil motornya yang sudah dua hari berada di Bengkel tersebut. Reno sama sekali tidak mengira akan bertemu orang itu lagi setelah pertemuan nya di Mall, semuanya murni kebetulan dan Lucky pun berfikir demikian.
Awal mula pertengkarannya dengan Lucky dibengkel itu adalah ketika Reno tak sengaja menubruk bahu Lucky. Lelaki itu langsung marah meskipun Reno sudah meminta maaf. Lucky marah-marah dengan mengeluarkan kata yang tak pantas walau masalahnya sesepele itu. Mungkin karena kebenciannya pada Reno belum memudar dan karena saat itu kebetulan Reno menubruk bahu nya dengan cukup keras Lucky jadi tersulut emosi.
Keduanya sempat adu mulut beberapa saat namun seperti sudah menjadi kebiasaan para lelaki jika tak main fisik terasa belum puas, maka saat itu Lucky memukul rahang Reno. Reno yang semula tenang dan tak ambil pusing dengan itu mulai terpancing dan balas memberikan pukulan yang sama, keduanya terus bertengkar sampai membahas hal lain yang menjadi sumber awal mula permasalahan mereka beberapa bulan lalu.
Dan saat itulah, saat Reno mengatakan hal yang makin membuat Lucky marah ia tertabrak mobil setelah bahu nya didorong oleh Lucky.
"Jadi.. Lebam ini bekas pukulan Lucky?" tanya Rena sambil menunjuk sudut bibir Reno yang membiru.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Promise [Completed]
Teen FictionSetahun lalu Rena pernah sangat mencintai seorang pria, tapi perlahan rasa itu memudar seiring berlalunya waktu. Pria yang dicintainya tak lagi menaruh rasa percaya pada Rena karena sebuah kejadian tak terduga dimalam hari jadi mereka yang ke satu t...