Andre menatap Reno datar. Begitu juga yang dilakukan Reno. Keduanya tak sengaja berpapasan dikoridor, hendak masuk kedalam kelas. Setelah terlibat percekcokan kemarin di Perpustakaan Reno dan Andre jadi saling diam. Tak bertukar sapa walaupun tempat duduknya saling berdampingan.
Saat di Kantin tadi, Andre pun dengan sengaja malah duduk bersama teman perempuan sekelasnya dibanding bersama Reno dan teman-teman tim basketnya.
Andre masih kesal dengan sikap kemarin Reno, dan Reno pun juga masih kesal dengan sikap kemarin Andre yang seolah ikut campur dengan urusannya. Ya meskipun Reno juga tahu Andre bersikap seperti itu karena ia adalah temannya tapi tetap saja ia tak suka dengan cara Andre.Sebenarnya, Reno juga bingung kenapa Andre bersikap sangat peduli pada Rena sampai rela bertengkar dengannya. Setiap Rena kenapa-kenapa Andre selalu panik sendiri, bahkan waktu itu Andre sempat bilang pada Reno bahwa ia tak mau lagi bertemu dengan Reno hanya karena Reno tak mau mengantar Rena yang sedang kesusahan untuk pulang.
"Andre," tiba-tiba terdengar suara perempuan memanggil Andre dari belakang punggung laki-laki itu.
Reno melihat sekilas wajah siswi itu lalu langsung masuk kedalam kelas ketika Andre menoleh kebelakang dan mengobrol dengan siswi itu.
Baru lima menit ia duduk, Andre tiba-tiba datang menyodorkan sebuah undangan tepat diatas buku yang sedang Reno baca.Reno sempat menyernyit melihat undangan ulang tahun tersebut, selain bingung siapa pengirimnya ia juga bingung karena diundang oleh seseorang yang bahkan sama sekali tidak ia ketahui namanya.
Dari undangan tersebut tertera nama Farah didalamnya. Lantas Reno melirik ke arah Andre yang duduk disampingnya, niat ingin bertanya namun Andre lebih dulu membuka suara.
"Dari cewek tadi, temen SMP gue."
***
Gilang sedang bersandar dimobil Papanya, menunggu orang tua nya keluar rumah yang masih mengobrol bersama Gibran, Kakaknya.
Tiba-tiba pikirannya melayang pada gadis yang beberapa minggu terakhir ini ia rindukan, Vera.Banyak yang ia harapkan dari kepergiannya kali ini. Bertemu Vera, melihat gadis itu lagi, bahkan Gilang bersumpah akan memeluk gadis itu jika bertemu. Meskipun Gilang juga masih ragu dia bisa bertemu Vera di Semarang atau tidak sama sekali tapi Gilang tetap bersikeras untuk ikut orang tua nya pergi. Setidaknya ia berusaha untuk menemukan gadisnya.
Awalnya Gilang juga sempat tidak diizinkan ikut oleh Papanya berhubung ia sudah kelas tiga dan harus rajin sekolah, tapi berkat usaha nya yang terus meyakinkan orang tua nya Gilang akhirnya bisa ikut. Gilang juga sebenarnya merasa apa yang dilakukannya adalah konyol, ikut orang tua ke Semarang yang sebenarnya karena urusan pekerjaan. Tapi Gilang tidak punya cara lain. Inilah satu-satu nya cara dan mungkin inilah waktu yang tepat untuk bertemu Vera. Gilang melakukannya demi Vera.
"Yakin mau ikut? Mau ngapain sih?" tiba-tiba Gibran datang sambil menyeret dua koper orang tuanya lalu memasukannya kedalam bagasi mobil.
"Ya, pengen ajalah." jawab Gilang kikuk.
Sejak kemarin Gibran mengetahui Gilang ingin ikut pergi ke Semarang, banyak hal yang ia pikirkan. Terutama alasan mengapa tiba-tiba saja Gilang merengek minta ikut ke Semarang bersama orang tua nya padahal orang tua nya pergi untuk urusan pekerjaan bukan untuk liburan. Sekalipun orang tua nya mengajak Gilang dan Gibran liburan, Gilang bahkan kerap kali menolak. Tapi sekarang? Ada sesuatu yang Gibran yakini sedang disembunyikan oleh adiknya tersebut.
"Kak, kita pamit ya? Kamu hati-hati dirumah jangan sering keluyuran!" ucap Mamanya.
Papa nya yang baru saja keluar rumah langsung menyahut, "Iya, kamu hati-hati ya. Awas kalo bawa cewek kerumah tanpa sepengetahuan Mama sama Papa."
KAMU SEDANG MEMBACA
I Promise [Completed]
Teen FictionSetahun lalu Rena pernah sangat mencintai seorang pria, tapi perlahan rasa itu memudar seiring berlalunya waktu. Pria yang dicintainya tak lagi menaruh rasa percaya pada Rena karena sebuah kejadian tak terduga dimalam hari jadi mereka yang ke satu t...