Nadia berjalan memasuki gerbang sekolah dengan semangat. Hari ini dia berangkat sekolah tepat waktu. Saat berjalan melintasi koridor, terdengar beberapa siswa mencibirnya.
"Eh, liat deh. Itu kan si Nadia yang selalu ranking terbawah itu kan?"
"Iya, iya. Yang waktu itu mecahin kaca jendela ruang guru,"
"Beda banget ya, sama adiknya. Adiknya pinter, eh dia nya...,"
"Pantesan adeknya gak mau bareng sama dia,"
"Udah gitu sering telat lagi',"
"Hahaha tumben sekarang dia gak telat. Padahal gue pengen banget liat dia keliling lapangan kayak kemaren,"
"Hahahahahahahah,"
"Ogah banget gue punya temen kayak dia. Bodoh, lemot, gak asyik,"
Nadia hanya terdiam dan terus berjalan menuju kelasnya. Dia tak mau mendengarkan perkataan mereka lagi.
Setibanya di kelas, dia duduk dibangkunya dengan wajah murung. Tak lama kemudian, datanglah Jasmine, Rosa dan Gita.
"Kenapa lo murung kayak gitu!?" Tanya Jasmine dengan nada kasar.
"A..aku sedih. Kenapa gak ada yang mau temenan sama aku?" Ujar Nadia.
"Lo mau punya temen?" Tanya Gita.
"Ma..mau banget," kemudian Jasmine, Gita dan Rosa berbisik-bisik membicarakan sesuatu.
Beberapa detik kemudian, Jasmine berkata "Lo mau gak, temenan sama kita?"
"Ma...mau. Mau banget," Nadia mengangguk sambil tersenyum. Dia tak menyangka kalau Jasmine akan mengajaknya berteman.
"Eits, tapi ada syaratnya," ucap Jasmine lagi.
"A..apa syaratnya?"
"Syaratnya, lo harus jadi asisten kita. Lo harus bawain barang-barang kita dan harus mau kalau kita suruh-suruh," kata Rosa
Nadia berpikir sejenak.
"Mau gak lo? Kalau gak mau ya udah. Lo gak kita anggap temen," kata Gita.
"Emm.. mau deh," Nadia mengangguk dan tersenyum senang.
Jasmine, Rosa dan Gita tersenyum miring.
***
"Ih, Nadia! Cepetan dong jalannya, lama amat sih," kata Rosa.Nadia berjalan dibelakang Jasmine, Rosa dan Gita sambil membawa satu nampan yang berisi 3 mangkok bakso dan 3 jus jambu.
"Iya," kata Nadia berusaha berjalan lebih cepat.
"Dasar cewek botol, bodoh dan tolol. Mau aja kita kerjain," Gumam Jasmine yang didengar oleh Gita dan Rosa.
"Biarin. Kapan lagi kita kerjain dia," kata Gita.
Sesampainya di sebuah meja kantin, mereka bertiga duduk dan Nadia menyodorkan 3 mangkok dan 3 gelas jus jambu seperti layaknya pelayan sebuah restoran. Nadia ikut duduk bersama mereka.
"Lo gak jajan?" Tanya Jasmine.
"Enggak. Kan aku disuruh bayar makanan kalian. Kalau aku jajan, uangku gak cukup. Uangku pas-pasan,"
"Halah. Gak usah curhat! Kalau lo gak mau bayarin makanan kita, bilang aja!"Ujar Rosa.
"Eng...enggak kok. Aku mau bayarin kalian, kalian kan temenku,"
Jasmine tersenyum miring.
"Bagus deh kalau gitu," ujar Jasmine.
Setelah selesai makan, sesuai perjanjian bahwa Nadia yang membayar makanan Jasmine dan kawan-kawan.
***
Bel pulang berbunyi beberapa detik yang lalu. Jasmine, Gita, Rosa dan Nadia keluar kelas dan menuju halte.Setelah tiba di halte, mereka menunggu bus. Nadia mengambil ponsel di sakunya dan hendak menghubungi Papanya menjemput. Kebetulan hari ini Papanya sedang cuti bekerja.
Belum sempat Nadia menelpon Papanya, tiba-tiba Jasmine menyenggol tubuh Nadia dan alhasil hpnya pun terjatuh ke got yang berada tak jauh dari halte.
"Oops, sorry ya Nad. Gue gak sengaja," ujar Jasmine sok baik. Padahal jelas-jelas Jasmine sengaja menyenggol Nadia.
Nadia hanya tertunduk lesu dan dia tidak bisa pulang. Mau naik bus, tapi uangnya sudah habis. Satu-satunya jalan, dia harus mengambil hpnya yang berada di got.
Nadia pun berjalan mendekati got dan Rosa mendorongnya dari belakang membuat tubuh mungil Nadia terjatuh ke got.
"Eh, sorry sorry Nad. Gue gak tau kalau ada lo," Rosa berbohong sambil bersikap sok manis.
Tiba-tiba datanglah bus. Jasmine dan kawan-kawan menaiki bus yang mengantarkan mereka pulang tanpa menghiraukan Nadia yang masih berada di got mencari ponselnya.
"Bye, Nad. Selamat mencari ya!!" Teriak Gita. Dan disusul tawa dari Jasmine dan Rosa.
Nadia hanya sendirian sambil mencari ponselnya yang hilang. Beberapa saat kemudian, ponselnya ketemu dalam keadaan mati. Saat coba dinyalakan, ponselnya tidak kunjung menyala. Akhirnya, Nadia memutuskan untuk pulang jalan kaki meski jaraknya sangat jauh.
***
"Kenapa jam segini baru pulang?!!" Tanya Mama Nadia marah melihat Nadia yang baru pulang. Padahal sekarang sudah jam 17.00. Nadia tak berani menjawab. Dia hanya menundukkan kepalanya."Harusnya kamu udah pulang 2 jam yang lalu! Kamu kemana aja?!" Lanjut Mamanya.
Nadia masih diam.
"Kalau ditanya tuh jawab!! Jangan diem aja! Bikin tambah pusing aja,"
Akhirnya Nadia mulai menjawab
"Ta-tadi Nadia--" kata-kata Nadia terpotong.
"Oh! Mama tau. Pasti kamu nongkrong-nongkrong gak jelas kan? Iya kan?! Mana seragamnya kotor lagi," Tanya Mamanya.
Nadia hanya terdiam. Papa Nadia yang sedari hanya mendengarkan pembicaraan mereka dari kamar, akhirnya menghampiri mereka.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya Papa.
"Ini, nih. Si Nadia baru pulang jam segini. Udah gitu seragamnya kotor lagi!" Mama Nadia penuh emosi.
"Nadia, kamu darimana saja?" Tanya Papa lembut.
"Ta...tadi Nadia nunggu busnya lama. Terus Nadia jatuh pas turun dari bus. Maaf ya Pah, Mah," kata Nadia terpaksa berbohong. Dia tak ingin jika dia mengatakan hal yang sejujurnya, malah menambah masalah.
"Makanya, lain kali hati-hati!! Punya mata gak bisa dipake apa! Kalau turun dari bus tuh lihat-lihat donk!" Mama Nadia bertambah marah.
"Ssssttt... Mama! Kalau ngomong jangan sembarangan!" Papa Nadia menegur Mama Nadia. "Nadia, lain kali hati-hati kalau turun dari bus. Kalau nunggu busnya lama, kamu naik ojek atau kalau Papa lagi cuti, mending kamu suruh Papa jemput," lanjut Papa.
"Iya, Pah," Nadia segera melangkahkan kakinya ke kamar. Sebetulnya, ada perasaan bersalah di hati Nadia. Dia merasa berdosa telah membohongi kedua orangtuanya.
*****
Hai semua!!! Aku kembali lagi....Maaf kalau ceritanya jelek. Kalau ada kritik dan saran, silahkan. Kritik dan saran dari kalian sangat membantu bagi saya.
Jangan lupa Vote dan Comment kalau suka....
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Impossible
Teen Fiction[SUDAH TAMAT] Nadia selalu berada di peringkat terakhir di sekolah. Dia juga tidak punya bakat apapun. Apa-apa yang dilakukannya selalu salah dimata orang. Dia ingin seperti teman dan adiknya yang selalu jadi juara 1. Namun orang-orang sekelilingnya...