Setelah dua minggu liburan sekolah, tibalah saat tahun pelajaran baru. Dan ini kali pertama Nadia bersekolah di sekolah barunya. Jantungnya berdegup kencang dan merasa tak tenang.
Tin..tin..tin
Suara klakson mobil yang mengejutkan Nadia. Ternyata itu mobil yang akan mengantarkan Nadia ke sekolah barunya. Sopir sudah siap mengantarkan Nadia ke sekolah baru.
"Tuh, pak sopir udah siap. Kamu berangkat sekarang, ya. Mumpung masih pagi," kata Papa.
"Iya, Pa," kata Nadia.
"Eits, tunggu. Rena juga harus dianter. Rena harus bareng naik mobil sama Nadia," kata Mama.
"Iya, Pa. Aku juga pengen dianter pake mobil. Kak Gio kan udah SMA, jadi aku gak bisa bareng lagi sama Kak Gio. Jadi, mendingan aku bareng Kak Nadia aja," kata Rena.
"Ya udah, kamu juga dianter. Mendingan sekarang kalian cepet berangkat, nanti keburu terlambat," kata Papa.
"Oke," kata Rena.
"Iya, Pa," Kata Nadia.
Setelah berpamitan, mereka bergegas naik mobil dan pergi ke sekolah.
***
Sekarang Nadia sudah berada di SMP Pancasila yang luas. SMP ini baru didirikan sekitar 5 tahun yang lalu.Nadia teringat bahwa kata Papa, Nadia masuk ke kelas 9F. Akhirnya, Nadia mencari-cari letak kelas 9F. Saat masih mencari kelas, dia menabrak seorang cewek dan terjatuh.
"Aaw," ringisnya pelan.
"Eh, sorry sorry," kata orang itu dan mencoba membantu Nadia berdiri.
"Eh, kok gue belum pernah liat lo sih? Lo anak baru ya?" Tanya cewek itu.
"I..iya. Namaku Nadia," kata Nadia mengulurkan tangannya.
"Gue Fathin," kata cewek itu menjabat tangan Nadia. "Btw, lo kelas berapa?" Tanyanya lagi.
"Kelas 9F. Kelas 9F itu tempatnya dimana?"
"Oh.. jadi lo kelas 9F? Gue juga kelas 9F loh! Ayo, kita ke kelas bareng,"
"Wah kebetulan. Ayo,"
Mereka pun pergi ke kelas.
***
Kelas 9F terlihat begitu ramai. Anak cewek sibuk berdandan di hadapan cermin dan anak cowok bercanda-canda sambil duduk di meja.Saat Nadia dan Fathin masuk kelas...
"Hey, guys. Kenalin nih ada anak baru di kelas kita!!" Kata Fathin teriak-teriak. Suaranya melebihi toa di masjid.
Sontak siswa kelas 9F menoleh ke sumber suara. Salah seorang siswa bernama Ifan menghampiri Nadia.
"Hai cewek! Lo anak baru, ya? Kenalin, nama gue Ifan Kurniawan. Tapi panggil aja Ifan Bieber. Gue itu, cowok paling ganteng di SMP ini," katanya sambil mengulurkan tangan mengajak Nadia berkenalan.
"Wah, Ifan. Parah banget lu. Anak baru aja langsung diembat. Dasar playboy!" Kata salah satu teman Ifan bernama Rizky.
"Biarin! Weeek," Ifan menjulurkan lidahnya. Rizky tak membalasnya.
"Namaku Nadia," kata Nadia menjabat tangan Ifan.
"Namanya cantik kayak orangnya," kata Ifan yang masih memegang tangan Nadia sambil senyam-senyum. Nadia hanya tersenyum malu, sedangkan seisi kelas menyoraki membuat kelas menjadi ramai. Nadia yang merasa agak risih melepaskan tangannya dari genggaman tangan Ifan.
Ifan masih tersenyum ke arah Nadia, sedangkan Nadia langsung pergi mencari tempat duduk.
"Sini, Nad. Duduk di sebelah gue aja. Kebetulan gue duduk sendiri," kata Fathin. Nadia tersenyum dan langsung menuju ke bangku sebelah Fathin. Nadia merasa senang bisa bertemu dengan Fathin. Ternyata, teman-teman baru Nadia menerimanya dengan senang hati.
***
Bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Sekarang Nadia, Fathin dan teman-temannya sedang makan bakso di kantin."Eh, nanti sore ke mall yuk sambil mangkal," kata seseorang bernama Cinta.
"Dimana?" Tanya seorang bernama Lia.
"Di tempat biasa aja,"
"Oke dah,"
"Lo mau ikut gak?" Tanya Lia pada Nadia.
"Hmm... boleh deh. Aku ikut juga," kata Nadia tersenyum.
"Lo lain kali kalau ngomong jangan aku-kamu. Kalau sama kita kita mah santai aja. Ngomong elo-gue aja Nad," kata Fathin.
"Iya Nad," kata Lia dan Cinta hampir bersamaan.
"Iya deh. Aku eh gue, bakal ikut jalan-jalan sama kalian,"
"Siip deh kalau gitu," kata Cinta.
Senyum sumringah terlukis di wajah Nadia. Sekarang dia mulai bahagia. Kehidupannya mulai berubah.
*****
Hai readers.... maaf kalau ceritanya gak seru. Dan selamat membaca ya...Jangan lupa vote dan comment guys ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Impossible
Teen Fiction[SUDAH TAMAT] Nadia selalu berada di peringkat terakhir di sekolah. Dia juga tidak punya bakat apapun. Apa-apa yang dilakukannya selalu salah dimata orang. Dia ingin seperti teman dan adiknya yang selalu jadi juara 1. Namun orang-orang sekelilingnya...