"Lo mau ikut ekstrakurikuler apa, Nad?" Tanya Nindya yang memegang kertas putih dan pulpen hitam.
"Hmmm.... apa ya? Kalau lo mau ikut apa?" Kata Nadia sambil melihat daftar nama kegiatan ekstrakurikuler yang tertera di kertas putih yang dipegangnya.
"Hmm... kayaknya paduan suara aja deh,"
"Oh gitu. Pasti lo bakal betah ikut paduan suara. Suara lo kan bagus,"
"Ah bisa aja. Gue jadi ge-er nih,"
"Hahahah.... kalau gue ikut apa ya?" Kata Nadia yang masih bingung.
"Terserah lo, Nad. Tergantung lo minatnya dimana,"
"Hm.. kalau basket? Gue nggak bisa. Nanti yang ada cuma diketawain doang. Pokoknya jangan yang olahraga. Gue nggak suka. Fotografi? Nggak deh. Gue nggak punya kamera. Paling gue ikut... nari," Kata Nadia sambil memperhatikan selembar kertas bertuliskan daftar kegiatan ekstrakurikuler tadi.
"Oh, gitu,"
***
"Nin, gue duluan ya. Hari ini gue ekstra nari," Kata Nadia. Sepulang sekolah, Nadia akan mengikuti ekstrakurikuler pertamanya di SMA Nusantara ini."Oh iya. Semangat Nad!!"
"Iya, Makasih. Bye,"
"Bye!"
Setibanya di ruang nari, dia melihat Gita yang juga ada di ruangan tersebut.
' Huh. Kenapa dia harus ikut nari juga sih? Dia kan temennya si nenek sihir' Kata Nadia dalam hati. Nadia duduk di salah satu bangku yang ada di dalam ruangan.
"Eh, Git. Itu kan si Nadia. Dia ikutan nari?" Kata salah seorang siswi.
"Iya mungkin. Gimana ya, gayanya kalau nari? Pasti aneh. Hahahah," Kata Gita.
Nadia hanya menatap mereka dengan tatapan sinis. Tak lama, datanglah seorang wanita yang kira-kira berumur 20 tahun. Ekstrakurikuler tari pun dimulai.
Karena hari ini mereka pertama kali mengikuti ekstrakurikuler, jadi mereka baru dilatih teknik-teknik dasar dalam menari.
Nadia mencoba melakukan gerakan-gerakan yang diajarkan. Namun, dia merasa kesulitan dan malah menabrak Gita.
"Aduuuhhh!!! Lu bisa nari nggak sih?" Kata Gita.
"Ma--af," Tiba-tiba, guru tari menghampiri mereka.
"Iya, gue maafin," Kata Gita sambil tersenyum. Aneh.
"Ada apa ini ribut-ribut?" Tanya guru tari itu.
"Ini, Bu. Dia nggak sengaja nabrak saya. Tadi saya kebawa emosi. Tapi, udah saya maafin kok, Bu," Jelas Gita sambil tersenyum manis.
"Oh, ya sudah. Ayo kita lanjutkan," Kata guru tari. Gita menatap Nadia dengan sinis.
"Bu, saya boleh pindah ekstrakurikuler nggak, Bu?" Tanya Nadia sambil mengangkat tangan kanannya.
"Loh, kenapa?" Tanya guru tari.
"Saya nggak bisa nari, Bu,"
"Loh? Kok kayak gitu? Kalau kamu nggak bisa nari, di ekstrakurikuler ini justru kamu bisa belajar nari,"
"Iya, pokoknya saya mau pindah ekstrakurikuler. Boleh nggak, Bu?"
"Sebenarnya sih boleh. Tapi, kenapa kamu mau pindah?"
"Saya ngerasa nggak cocok di sini, Bu. Saya takut nanti saya malah nggak serius kedepannya. Mungkin bakat saya bukan disini,"
"Oh, ya sudah. Kamu boleh keluar sekarang,"
"Terima kasih, Bu," Nadia pun pergi ke luar ruangan.
Nadia melangkahkan kakinya sambil melihat-lihat ekstrakurikuler yang dilaksanakan hari ini. Ada volley, Paskibra, Tenis meja. Dia sama sekali tidak tertarik dengan ekstrakurikuler
itu. Mungkin, ini saatnya Nadia pulang ke rumah.***
"Hahahah... masa' sih? Terus gimana? Nadia beneran keluar?""Iya, dia keluar gitu. Padahal gue pengen banget liat dia nari. Pasti lucu dan aneh gitu. Hahahahaha,"
Kuping Nadia panas setelah mendengar kata-kata orang di sekitarnya. Pagi-pagi begini Nadia sudah harus mendengar ejekan dari orang lain.
Kenapa Nadia selalu jadi bahan pembicaraan? Dia hanya bisa diam mendengar ejekan demi ejekan yang diterimanya.
Nadia memilih masuk ke kelasnya. Tak peduli orang tersebut masih membicarakan atau tidak.
Sesampainya di kelas...
"Eh, Nad. Gimana ekskulnya kemarin? Seru?" Tanya Nindya.
"Ya gitu deh. Gue malah mau pindah ekskul," Jawab Nadia lesu.
"Loh, kenapa?"
"Gue nggak bisa nari. Udah gitu si Gita juga ikut ekskul nari. Kan nyebelin!"
"Maksudnya Gita yang temennya si Jasmine?"
"Siapa lagi kalau bukan dia,"
***
"Aduh. Kok pulpennya mendadak mati sih,"gumam Nadia yang sedang asyik mengerjakan tugas yang diberikan oleh Guru Bahasa Inggris. Kebetulan guru tersebut sedang keluar sejenak."Nin, lo bawa pulpen berapa?" Tanya Nadia pada Nindya yang duduk disebelahnya.
"Gue cuma bawa satu. Itu juga dipakai,"
"Yaahh,"
Tiba-tiba, Nadia melihat sebuah pulpen yang berada di kolong meja.
"Nah, kebetulan ada pulpen," gumam Nadia dan ia segera mengambil pulpen itu. Kemudian dia menggunakan pulpen itu.
Belum lama Nadia menggunakannya, tiba-tiba...
"Eh,ini kan pulpen gue! Lo pasti maling kan?" Kata seseorang sambil menunjuk pulpen yang dipegang Nadia.
"Eng...Nggak kok. Gue cuma nemu di kolong meja. Sumpah," Kata Nadia.
"Halah! Nggak usah bohong deh! Sini balikin pulpen gue,"
"Maaf. Gue nggak tau," Kata Nadia sambil mengembalikan pulpen itu.
Siswa kelas X 2 melihat kejadian itu. Jasmine tersenyum evil melihat kejadian itu.
"Ternyata bener ya. Lo itu emang maling!" Kemudian orang itu pergi.
Jasmine menghampiri Nadia
"Tuh kan. Dimana-mana yang namanya maling ya tetep maling!" Kata Jasmine. Nadia sudah geram. Siswa kelas X 2 malah mencemoohnya dengan berbagai kata. Nadia sudah tak kuat lagi mendengar kata-kata yang keluar dari mulut teman-temannya itu. Dia pun keluar kelas. Meninggalkan orang-orang yang membicarakan kejelekannya.
Nadia menangis. Dia sudah tak tahan. Ia ingin semua rasa sakitnya cepat berakhir. Dia pun berhenti di lapang basket. Dia duduk di pinggir lapangan. Dia menangis sejadi-jadinya.
"Kenapa sih, orang-orang benci sama gue? Emang gue salah apa? Selain Nindya, nggak ada lagi temen yang bisa mengerti gue. Pas kelas 8, di-bully. Kelas 9 dikhianati. Sekarang, diejek-ejek dan dicemooh.
"Andai aja, gue bisa dipertemukan dengan seseorang di SMA ini yang baik hati mau berteman sama gue. Andai aja itu terjadi," Kata Nadia berbicara pada dirinya sendiri.
"Awaaaaaassss," kata seseorang yang entah itu siapa dari belakang Nadia. Belum sempat Nadia menoleh ke sumber suara, tiba-tiba...
Buukkk...
Sebuah bola mendarat di kepala Nadia dengan kencang. Seketika, Nadia menjadi pusing dan lama-kelamaan pandangannya kabur dan gelap.
*****
Fyuh. Akhirnya sampai juga kita di part 20....Jangan lupa Vote dan comment ya...
See you
Bye bye...
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Impossible
Fiksi Remaja[SUDAH TAMAT] Nadia selalu berada di peringkat terakhir di sekolah. Dia juga tidak punya bakat apapun. Apa-apa yang dilakukannya selalu salah dimata orang. Dia ingin seperti teman dan adiknya yang selalu jadi juara 1. Namun orang-orang sekelilingnya...