"Anak-anak, materi bab 1 selesai. Untuk tugasnya, Ibu akan berikan tugas kelompok. Satu kelompok terdiri atas 4 orang," kata Bu Sevilla. "Tugasnya adalah kalian membuat suatu kerajinan yang memanfaatkan barang bekas. Boleh dari botol bekas, kardus bekas ataupun bungkus makanan. Ibu kira itu saja. Ada pertanyaan?"
Uzi mengangkat tangan kanannya.
"Yak, silakan," kata Bu Sevilla.
"Kelompoknya yang menentukan Ibu atau siswa?" tanya Uzi.
"Untuk kelompok, kalian saja yang menentukan masing-masing."
Uzi mengangguk paham. Kemudian, para siswa ribut untuk mencari teman satu kelompok.
Namun, berbeda dengan Nadia yang bingung akan berkelompok dengan siapa. Setiap dia ingin bergabung dengan kelompok lain, pasti saja jumlah anggotanya sudah pas. Ada juga yang tidak mau berkelompok dengannya karena Nadia memang kriteria siswa yang dibenci oleh siswa lain.
Akhirnya, Nadia hanya duduk di bangkunya yang berada di pojok belakang. Surya yang duduk di depannya menoleh ke arah Nadia dan menatap iba.
"Lo udah punya kelompok belum?" tanya Surya.
Dengan ragu, Nadia menggeleng. Surya tersenyum.
"Gabung sama kelompok gue aja yuk. Kelompok gue baru 3 orang," kata Surya.
Pernyataan Surya tersebut cukup membuat Nadia terkejut. Nino yang duduk di sebelah Surya mendengus sebal.
"Sur, ngapain lo ngajak cewek ini? Nanti yang ada dia malah bikin kelompok kita gagal," bisik Nino pada Surya.
"Udah, nggak apa-apa. Kasian dia belum punya kelompok. Kalau lo nggak terima, lo nggak usah sekelompok sama gue," ujar Surya sambil berbisik.
"Y-yaudah deh. Nadia sekelompok sama kita aja," kata Nino pasrah.
"Tapi nanti dia cewek sendiri, Sur. Lo yakin?" tanya Uzi yang juga berbisik pada kedua temannya itu.
"Iya, yakin. Daripada dia sendirian nggak ada kelompok, 'kan kasian," kata Surya.
"Ya udah terserah."
Pandangan Surya kembali kepada Nadia.
"Jadi gimana, Nad? Mau sekelompok sama gue, Nino dan Uzi nggak?" tanya Surya.
Nadia sempat terdiam sejenak, lalu mengangguk pelan.
Surya tersenyum.
***
"Bu, es teh 1 sama nasi uduk 1 ya," seru Uzi pada salah satu penjual kantin."Saya pesen es jeruk sama nasi goreng, Bu," ucap Nino. Kemudian Nino dan Uzi duduk di bangku kantin. Meninggalkan Surya dan Nadia yang masih berdiri di depan sebuah kedai nasi di kantin.
"Saya pesen nasi ayam rica sama jus jeruk ya, Bu," tutur Surya pada penjual nasi dihadapannya.
"Siap, Mas."
Pandangan Surya beralih pada Nadia yang berdiri di sebelahnya sambil menundukkan kepala.
"Lo mau pesen apa, Nad?"
"Hah..?! eh-eh gue.. gue nggak mau pesen makanan. Gue cuma nganterin lo aja," jawab Nadia gugup. Surya yang melihat ekspresinya lantas tertawa.
"Ya elah, Nad. Gue ngajak lo ke kantin kan buat makan bareng. Bukan buat anter gue doang."
Nadia terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Impossible
Teen Fiction[SUDAH TAMAT] Nadia selalu berada di peringkat terakhir di sekolah. Dia juga tidak punya bakat apapun. Apa-apa yang dilakukannya selalu salah dimata orang. Dia ingin seperti teman dan adiknya yang selalu jadi juara 1. Namun orang-orang sekelilingnya...