Part 27 | Retak

2.2K 99 5
                                        

Pak Salim berhenti menulis di papan tulis dan berbalik menghadap para siswa kelas XI IPS 2.

"Yak. Saya akan menunjuk satu siswa untuk mengerjakan soal yang saya tulis di papan tulis," ujarnya membuat keheningan merebak di seisi kelas. Seluruh siswa memerhatikan soal yang ditulis di papan tulis.

"Sekarang tanggal berapa ya?" tanya Guru beranak dua itu.

"Tanggal 25 Pak," jawab salah seorang siswa.

"Oke. Nomer absen 25 silakan maju ke depan untuk mengerjakan soal," pinta Pak Salim.

Jantung Nadia berdegup kencang karena siswa yang bernomor absensi 25 adalah dirinya. Bulir-bulir keringat mengalir di pelipisnya. Tangannya dingin, tanda ia sedang gugup.

Akhirnya, ia memberanikan diri untuk maju ke depan kelas. Meskipun sebenarnya ia tidak yakin jika dapat mengerjakan soal itu dengan baik.

Nadia mencoba berpikir cara mengerjakan soal logaritma yang memusingkan itu. Ia mencoba mengerjakan selangkah demi selangkah soal itu. Namun, percuma saja. Ia tidak yakin dan menghapusnya lagi.

Ia menghela napas. Ia tak tahu apa yang harus ia tulis. Tanpa terasa, sudah lima menit Nadia berdiri di depan papan tulis tanpa menulis apapun disana.

"Gimana Nadia? Aduh, kamu ini kok dari tadi diam saja. Ayo, kerjakan soal itu," suruh Pak Salim.

"Hmm...sa..saya ng..nggak bisa, Pak."

Nadia menundukkan kepalanya lesu, diikuti sorakan dan tawa dari siswa lain kecuali Surya, Uzi dan Nino.

"Sudah, diam!" perintah Pak Salim menenangkan mereka. "Ya sudah. Kembali ke tempat duduk," suruhnya pada Nadia. Nadia menurutinya. "Ada yang mau mengerjakan soal itu?"

Surya mengangkat tangan kanannya. "Saya, Pak."

"Yak. Surya, silakan kamu maju ke depan kelas dan kerjakan soal tersebut."

Surya dengan penuh percaya diri maju ke depan kelas dan menulis langkah demi langkah untuk menemukan jawaban yang tepat untuk soal tersebut.

Setelah selesai menulis, sebagian siswi di kelas tersebut menatap Surya kagum.

Pak Salim membetulkan posisi kacamatanya​ dan menyipitkan mata. Ia memerhatikan jawaban Surya. Ternyata, jawabannya tepat.

"Nah. Jawabannya sangat tepat. Kalian semua, contohlah Surya. Dia adalah murid berbakat. Dan juga berani maju ke depan kelas untuk mengerjakan soal," puji Pak Salim. "Silakan kembali ke tempat duduk, Surya. Dan yang lain catat jawaban yang ada di papan tulis."

"Baik, Pak."

Pak Salim keluar kelas sejenak karena ada urusan, sementara Surya duduk di kursinya. Ia menoleh ke belakang dimana Nadia duduk di sana. Cowok itu melihat Nadia tertunduk lesu dan tampak sangat sedih.

"Nad," panggil Surya lembut. Ia merasa iba dan tak tega melihat Nadia ditertawakan oleh hampir seluruh siswa di kelas.

"Nad, lo nggak papa? Mereka semua emang jahat sama lo."

Nadia mendongak menatap Surya.

"Gue..gue nggak papa kok, Sur. Lagipula emang setiap hari gue selalu digituin. Udah biasa bagi gue," balas Nadia tersenyum getir.

Nino yang mendengar percakapan mereka menoleh.

"Lo yang sabar ya Nad. Mereka pasti dapet balesannya," kata Nino.

"Iya."

Surya teringat sesuatu. Ia mengambil sesuatu dari dalam tas. Ternyata itu adalah boneka doraemon.

Nothing ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang