"APA?! 500 ribu?! MAKANYA JANGAN SUKA BIKIN MASALAH!! Kaca jendela sekolah dirusakin!!" Bu Siska, mamanya Nadia, naik pitam ketika Nadia menceritakan kejadian di sekolah tadi.
"Ma... maaf Ma, Nadia gak sengaja... Nadia gak tau bakal kayak gini jadinya," Nadia berbicara terbata bata sambil menunduk dan meneteskan air mata.
"Udah, gak usah nangis! Dasar anak cengeng! Udah kelas 8 kok masih cengeng!"
Nadia hanya bisa diam.
"Kamu tuh berkali-kali bikin masalaaahhh aja. Kapan sih, kamu jadi anak baik!? Liat tuh adik kamu, si Rena! Ranking 1 berturut-turut dari kelas 1 SD, Juara 1 olimpiade matematika se-provinsi, Selau membanggakan orangtua. Gak kayak kamu! Setiap hari cuma bikin masalah dan bikin susah orangtua!"
Lagi-lagi Mamanya Nadia membanding-bandingkan Nadia dengan Rena, adiknya Nadia yang sekarang tercatat sebagai siswa kelas 7 di SMP yang sama dengan Nadia.
Tadinya, Rena ingin sekolah favorit negeri. Tapi karena letaknya jauh, Rena memilih sekolah yang sama dengan sang kakak.
Tak lama kemudian, terdengar suara pintu yang dibuka.
"Assalamu'alaikum... aku pulaangg!" Ucap seseorang yang ternyata Rena.
"Wa'alaikumsalam. Eh, sayang. Kok baru pulang?" Tanya Mama Nadia lembut pada Rena.
"Iya. Maaf, Ma. Tadi Rena rapat OSIS dulu. Kan minggu depan ada acara HUT sekolah,"
"Iya, gak papa sayang. Yang penting kamu selamet sampai rumah,"
"Rena ke kamar dulu ya, Mah,"
"Iya, sayang,"
Ya, memang Rena dan Nadia berbeda jauh. Baik perilaku, maupun wajah. Bahkan orang lain yang belum mengenal mereka pasti tidak tahu kalau mereka kakak adik. Terkadang Rena malu saat berangkat dan pulang sekolah bareng Nadia.
Nadia hendak pergi ke kamarnya, tetapi langkahnya terhenti ketika mendengar suara Mamanya.
"HEI, NADIA!! Mau kemana kamu?! Mama belum selesai bicara sama kamu!" Mama Nadia berbicara dengan nada tinggi.
Nadia balik badan.
"Ma...maaf Ma," Nadia tertunduk lesu. Nadia menghampiri Mamanya dan kembali duduk mendengarkan perkataan Mamanya.
***
Keheningan menyelimuti seisi ruang makan. Nadia sekeluarga asyik menyantap makanannya masing-masing. Tiba-tiba Mama Nadia mengawali pembicaraan yang memecahkan keheningan."Pah, liat kelakuan anakmu! Kaca jendela sekolah dirusakin! Jadi kita kan rugi, harus bayar 500 ribu buat ganti!"
"Apa?! Siapa? Anak kita kan ada 2," kata Pak Deni, Papa Nadia.
"Siapa lagi kalau bukan Nadia! Kelakuannya kan selalu buat masalah!"
Papa Nadia menengok ke Nadia yang tertunduk lesu sambil mengacak makanannya.
"Benar begitu Nadia?" Tanya Papanya lembut.
"Bener, Pa. Nadia gak sengaja. Maaf, ya Pa... ka...kalau Nadia udah nyusahin Papa sama Mama," Nadia berkata sambil menangis terisak-isak.
"Udah, gak papa. Kamu gak perlu minta maaf sama Papa. Nanti Papa ganti. Kamu gak usah nangis lagi, ya,"
Nadia mengangguk.
Untung Papanya baik padanya. Satu-satunya orang yang membuat Nadia tersenyum itu Papanya. Tapi sayang, Papa Nadia selalu pulang malam. Malah terkadang Papa Nadia lembur kerja dan pulang pagi. Nadia tak ada waktu untuk bercerita dan curhat pada Papanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Impossible
Novela Juvenil[SUDAH TAMAT] Nadia selalu berada di peringkat terakhir di sekolah. Dia juga tidak punya bakat apapun. Apa-apa yang dilakukannya selalu salah dimata orang. Dia ingin seperti teman dan adiknya yang selalu jadi juara 1. Namun orang-orang sekelilingnya...