Sesampainya di rumah, Nadia melihat Mama dan Rena yang duduk di meja ruang makan. Meja itu dipenuhi dengan aneka masakan ala rumahan.
"Eh, Nadia. Cepetan kamu ganti baju. Habis itu kamu makan siang. Hari ini Rena yang masak. Ayo, cepetan," kata Mama Nadia sambil menyendok nasi ke dalam piring.
Nadia hanya membalasnya dengan anggukan. Dia menaiki tangga dan menuju ke kamarnya.
***
"Mmhhh... Enak banget, Ren," kata Mama sambil mengunyah makanan."Iya dong, Ma. Kan yang ngajarin Mama," kata Rena. Kemudian ia menggigit kerupuk udang yang dipegang sedari tadi. Mama tersenyum dan menyuapkan sesendok nasi beserta secuil ikan asin.
Terdengar langkah kaki menuruni anak tangga. Mama dan Rena menoleh bersamaan ke sumber suara. Tampak Nadia memakai kaos lengan pendek putih dan celana jeans hitam pendek.
"Nah, itu Nadia. Ayo, makan, Nad. Kamu harus coba masakan Rena. Enak banget lo," ujar Mama. Nadia hanya tersenyum.
Langkah Nadia membawanya kearah meja makan dan duduk di kursi dekat Rena. Sedangkan Mama berada di depannya.
Nadia mengambil nasi dan lauk pauk yang ada. Ada ikan asin, sayur lodeh, tempe goreng, dan sambal.
Nadia mulai mencoba satu persatu makanan yang ada.
"Gimana? Enak, kan?" Tanya Mama.
"Iya, enak," kata Nadia mengunyah makanan dan tersenyum.
"Kamu juga harusnya belajar masak. Biar pinter masak kayak Rena. Nanti kalau kamu jadi ibu rumah tangga kan harus bisa masak,"
"Iya, Ma," jawab Nadia sekenanya.
***
Rena mengangkut piring dan alat makan bekas makan siang tadi. Kemudian ia menaruh alat makan itu ke wastafel."Tuh, liat. Adik kamu rajin banget, Nad. Tadi masak, sekarang cuci piring. Itu baru namanya anak Mama," kata Mama.
"Iya, Ma. Rena kan emang anaknya rajin, nggak kayak Nadia," kata Nadia sambil tersenyum hambar.
"Nah, itu kamu tau. Makanya, kamu itu harus rajin juga kayak Rena," ujar Mama. "Besok kan pembagian rapot. Sambil nunggu Mama ambil rapot, kamu masak dan cuci piring,"
"Iya, Ma. Nadia besok yang masak,"
"Nah, gitu dong. Bagus,"
***
"Papa berangkat kerja dulu, ya," kata Papa sambil merapikan dasinya."Iya, Pa. Hati-hati, ya," kata Mama sambil mencium tangan Papa.
"Oh, iya. Mama jangan lupa ambil rapot anak-anak,"
"Iya, Pa. Beres,"
Papa tersenyum.
Nadia dan Rena menghampiri Papa dan Mama.
"Papa mau berangkat ya. Hati-hati ya, Pa," kata Rena sambil mencium tangan Papa. Lalu Nadia juga mencium tangan Papa.
"Iya. Papa pergi dulu, assalamu'alaikum," pamit Papa dan berlalu pergi setelah mendengar jawaban salam dari anak dan istrinya.
"Rena, hari ini kamu nggak usah masak. Biar Nadia yang masak," kata Mama.
"Iya, Ma," kata Rena. "O iya, Ma. Nanti siang Kak Gio mau kesini. Aku mau belajar bareng sama Kak Gio,"
"O bagus dong itu. Kamu kan udah kelas 9, sebentar lagi UN. Yang rajin ya belajarnya,"
Rena tersenyum.
"Ehem. Nadia harus masak apa, Ma? Nadia kan belum bisa masak," tanya Nadia tiba-tiba. Mama dan Rena agak terkejut.
"Yang gampang aja dulu. Kamu masak... Uhmm... telur goreng aja. Nanti Mama ajarin,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Impossible
Teen Fiction[SUDAH TAMAT] Nadia selalu berada di peringkat terakhir di sekolah. Dia juga tidak punya bakat apapun. Apa-apa yang dilakukannya selalu salah dimata orang. Dia ingin seperti teman dan adiknya yang selalu jadi juara 1. Namun orang-orang sekelilingnya...