Tak terasa, seminggu lagi Ulangan Kenaikan Kelas. Namun, Nadia belum mempersiapkannya sebaik mungkin. Sore ini dia hanya duduk di dekat jendela kamarnya sambil melihat ke luar dan dia masih memikirkan kata-kata Nindya di hari ulang tahunnya.
"Selamat ulang tahun ya, sahabatku sayang... semoga diumurmu yang sekarang, umurmu jadi berkah, kamu menjadi pribadi yang dewasa, tambah pinter, disayang orangtua, disayang semua orang, Aamiin,"
Kata-kata itu selalu terngiang dan berputar di otak Nadia. Berjuta-juta pertanyaan muncul di otaknya.
Apa bisa dia menjadi apa yang didoakan Nindya?
Apa dia bisa merubah nasibnya?
Apa dia akan disayang oleh semua orang?
Apa dia akan berubah menjadi lebih baik?
Dan masih banyak kata apa di dalam otaknya.Dia rasa, hal itu tak mungkin baginya mengingat banyak sekali kekurangan yang ia miliki. Dan semua orang tidak akan pernah percaya dengan Nadia meskipun dia benar. Orang-orang hanya menganggap Nadia tak lebih dari seorang penghancur dan pembawa sial.
"Nadia...! Sini kamu!" Panggil Mama Nadia dari ruang tengah yang memecahkan lamunan Nadia.
"Iya, Ma!"
***
"Ada apa Ma?" Tanya Nadia sesampainya di ruang tengah. Di sana ada Mama dan Papanya."Begini. Emm... Mama sama Papa bikin perjanjian. Sebentar lagi kan Ulangan Kenaikan Kelas, jadi kamu harus bisa dapet nilai minimal 60 di setiap mata pelajaran," Kata Mama.
"Kalau kamu berhasil dapet nilai minimal 60, Papa kasih kamu hadiah Smartphone. Kalau enggak bisa, Papa dan Mama terpaksa pindahkan kamu ke sekolah lain," sambung Papa.
"Hah?! Minimal 60?!" Kata Nadia terkejut.
"Iya. Kamu harus rajin belajar! Kalau nggak, ya Mama sama Papa pindahkan kamu ke sekolah lain," Kata Papa. Nadia terdiam sejenak. Dia kurang yakin jika bisa dapat nilai segitu. Selama ini, nilainya yang paling tinggi hanya 50. Itu pun jarang dan sangat langka terjadi.
"Hey! Kok ngelamun," Kata Papanya.
"Eh. Ng..nggak kok, Pa. Aku mau belajar dulu ya Ma, Pa," kata Nadia dan langsung berlari ke kamar.
"Mudah-mudahan, nilai Nadia meningkat," Kata Papa.
"Ya mudah-mudahan. Tapi Mama kurang yakin kalau Nadia bisa dapet nilai bagus. Mama yakin banget, kalau Nadia pasti bakal pindah sekolah," Kata Mama.
"Huus! Jangan sembarangan, Ma. Siapa tau aja Nadia bisa dapet nilai bagus,"
"Mama gak percaya!" Kata Mama sambil berlalu pergi.
Papa Nadia hanya menggeleng-gelengkan kepala pelan.
***
Nadia masih memikirkan kata-kata orangtuanya kemarin. Sekarang ini, dia masih memikirkan bagaimana cara agar bisa mendapat nilai 60. Bagi kebanyakan orang, mungkin nilai segitu mudah dicapai. Tapi bagi Nadia, nilai itu sangat sulit untuk dicapai."Woy, ngelamun aja," Kata Nindya yang tiba-tiba datang entah darimana. Nadia pun tersentak kaget.
"Eh! Kamu bikin kaget aja,"
"Hehehehehe. Sorry, sorry," Kata Nindya cengengesan. "Btw, kamu kenapa? Kok ngelamun? Ada masalah?" Sambung Nindya.
Nadia menghela napas panjang. "Iya Nin. Sebentar lagi kan UKK, Mama sama Papaku nyuruh aku harus dapet nilai minimal 60 di setiap mata pelajaran. Kalau nggak..,"
"Kalau nggak apa?"
"Kalau nggak, aku terpaksa harus pindah sekolah,"
"Hah? Pindah sekolah?"
"Iya," kata Nadia sambil mengangguk.
"Ya mudah-mudahan, kamu bisa dapet nilai segitu. Biar kamu gak pindah,"
"Iya, do'ain ya,"
"Iya, pasti kok," Keduanya tersenyum.
***
Sore harinya, Nadia asyik dengan buku paket PKnnya. Membaca kata demi kata, lembar demi lembar dari bagian buku itu. Ia nampak serius dan bersungguh-sungguh.Ketika sedang serius-seriusnya, tiba-tiba tak ada angin tak ada hujan, dia teringat pada kejahatan Jasmine padanya.
Sekarang dia berpikir. Jika dia bisa mencapai nilai 60, maka dia tidak pindah sekolah. Itu artinya, bisa saja Jasmine dan kawan-kawannya masih akan tetap membullynya. Dan jika dia tidak dapat mencapai nilai 60, dia bisa pindah sekolah dan jauh dari Jasmine.
"Hm. Apa aku gak usah belajar aja ya, biar aku bisa pindah sekolah dan jauh dari Jasmine. Dan aku akan mendapat teman baru. Eh. Tapi, Nindya? Kalau aku pindah, aku jauh sama Nindya dong!? Aaarrgghh... jadi pusing," Nadia bicara pada dirinya sendiri.
***
Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Sekarang tiba saatnya untuk UKK. Nadia mengerjakan soal ulangan sebisanya. Dia hanya pasrah, dia tak peduli apakah nantinya dia berhasil mendapat nilai minimal 60 atau mungkin dia pindah sekolah.Setelah ujian...
"Hai Nad! Gimana tadi UKKnya? Kamu bisa ngerjain kan?" Tanya Nindya.
"Ya lumayan lah bisa dikit-dikit,"
"Mudah-mudahan kamu bisa dapet nilai minimal 60 itu, ya. Biar kamu gak pindah sekolah. Aku males kalau sekolah gak ada kamu,"
"Iya, Nin," kata Nadia tersenyum."Semoga," lanjutnya dalam hati.
***
Di malam yang hening ini Nadia shalat dan berdoa dengan khusyuk di dalam kamarnya. Dia berdoa dan menyerahkan segalanya kepada Yang Maha Kuasa. Dia pasrah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah ia harus pindah sekolah, atau tidak. Dia hanya minta yang terbaik dari-Nya.*****
Hay! Aku udah update lagi nih. Tapi sorry banget kalau part ini cuma sedikit dan kurang seru. Maaf ya...Jangan lupa vote dan comment ya kalau suka
See you
Bye bye
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Impossible
Teen Fiction[SUDAH TAMAT] Nadia selalu berada di peringkat terakhir di sekolah. Dia juga tidak punya bakat apapun. Apa-apa yang dilakukannya selalu salah dimata orang. Dia ingin seperti teman dan adiknya yang selalu jadi juara 1. Namun orang-orang sekelilingnya...