Part 7 | Perpisahan

3.9K 224 0
                                    

Tibalah saatnya pembagian rapot. Semua wali murid datang ke sekolah untuk menerima laporan hasil belajar anak-anak mereka. Termasuk Mama dan Papa Nadia yang menerima rapot kedua anaknya.

Nadia dan Rena yang berada di rumah hanya bisa berdoa dan berharap bisa naik kelas. Hati Nadia gelisah dan berpikir dua hal, antara pindah sekolah dan tetap berada di sekolah itu.

Tak lama, datang Papa dan Mama yang membawa laporan hasil belajar yang entah baik atau buruk.

"Assalamu'alaikum," salam Papa dan Mama.

"Wa'alaikumussalaam," sambut Nadia dan Rena menghampiri kedua orangtuanya itu.

Mama dan Papa duduk di sofa ruang tamu, sedangkan Nadia dan Rena duduk di lantai.

"Kalian semua naik kelas," kata Mama.

"Alhamdulillah," ucap Nadia dan Rena bersamaan.

"Tapi," sambung Mama.

"Tapi apa Ma?" Tanya Nadia yang mempunyai firasat buruk.

"Khusus Nadia, nilai rapot kamu lumayan naik dan diatas KKM. Tapi, nilai UKK kamu nggak sampai 60. Jadi, sesuai perjanjian yang ada, terpaksa Mama sama Papa pindahkan kamu ke sekolah lain,"

"Hah?! Pindah sekolah?" Nadia terkejut. Sebenarnya dia bingung ingin menunjukkan ekspresi seperti apa. Karena dibalik kata 'pindah sekolah' itu ada suka dan duka. Sukanya, dia bisa jauh dari Jasmine dan dukanya dia jauh dari Nindya.

"Iya, pindah sekolah. Kamu akan Mama pindahkan ke SMP Pancasila," kata Mama.

"SMP Pancasila kan jauh, Ma. Nanti Nadia kesana naik apa?"

"Alah, gak usah bingung. Nanti Mama sama Papa nyewa supir pribadi buat anter jemput kamu,"

"Ya udah deh. Aku mau pindah sekolah," kata Nadia tersenyum.

"Nah, gitu donk! Nanti harus lebih serius lagi belajarnya, ya," kata Papa.

"Iya, Pa," kata Nadia sambil tersenyum.

***
Nadia mengambil handphonenya dan mencoba menghubungi Nindya. Tak lama, Nindya mengangkat telponnya.

"Halo, assalamu'alaikum..." ucap Nadia.

"Wa'alaikumussalaam. Ada apa Nad?" Jawab Nindya.

"Kita ketemuan di taman deket rumahku ya. Jam 3 sore,"

"Oke. Tapi, emangnya ada perlu apa?"

"Ada hal penting yang mau aku omongin ke kamu,"

"Oke. Bye,"

"Bye,"

Nadia menutup telponnya. Ia masih merasa sedih berpisah dengan Nindya.

***
Jam 15.30

"Nadia mana sih. Kok belum dateng juga," gumam Nindya yang sudah berada di taman yang dimaksud Nadia. Di taman itu, terdapat danau yang airnya jernih. Tempat ini indah dan cocok buat nongkrong.

Tak lama, datanglah Nadia.

"Eh, udah nunggu lama ya?" Kata Nadia menghampiri Nindya.

"Iya, lumayan Nad. Sekitar setengah jam-an,"

"Sorry, ya Nin,"

"Iya, gak papa. Btw, kamu mau bilang soal apa?"

"Uhm.. gini Nin," Nadia terdiam beberapa detik.

"Kenapa Nad? Keliatannya serius banget,"

Nadia menghela nafasnya.

"Nin, sesuai yang dibilang sama Mama Papaku. Kan, nilai UKK-ku minimal harus 60, kalau nggak, aku pindah sekolah. Ternyata, nilaiku itu gak nyampe 60, Nin," Nadia menundukkan kepalanya.

"Jadi, kamu pindah sekolah Nad?"

Nadia mengangguk.

"Sebenarnya aku sedih dan berat banget mau ngomong ini ke kamu. Aku gak bisa pisah sama kamu, Nin. Kamu udah baik banget sama aku. Makasih ya, Nin. Makasih untuk waktu kebersamaan kita selama ini. Makasih juga kamu udah banyak bantu aku. Mungkin kita bakal jarang ketemu," lanjut Nadia.

"Kalau aku boleh tau, kamu pindah kemana?"

"Ke SMP Pancasila, Nin. Kalau kamu kangen sama aku, kamu bisa telpon atau main ke rumahku. Kamu jangan lupain aku ya? "

"Iya, Nad. Aku pasti gak akan lupain kamu kok. Aku bakal tetep hubungi kamu," kata Nindya tersenyum.

Nadia membalas senyuman Nindya.

"O, iya. Ada yang kelupaan," Nadia merogoh sakunya.

"Ini, Nin. Ini buat kamu," Nadia memberikan gelang pink yang bertuliskan 'bestfriend forever'. Nindya menerimanya.

"Lucu banget gelangnya. Makasih ya Nad," kata Nindya.

"Sama-sama, Nin,"

"Maaf ya Nad, kalau selama ini aku punya salah sama kamu,"

"Iya, aku juga minta maaf ya kalau aku punya salah sama kamu,"

"Iya, Nad," Nindya tersenyum. "Eh iya, Nad. Sebenarnya, yang ambil uang Amanda waktu itu, Jasmine. Dia sengaja mau fitnah kamu dan jatuhin kamu," lanjut Nindya.

"Hah?! Kamu tau dari mana?"

"Aku liat sendiri pas Jasmine dan kawan-kawan ngomong soal uang Amanda itu. Dan aku yakin mataku ini gak salah liat,"

"O gitu. Tapi, ya udah lah. Pasti gak bakal ada yang percaya kalau Jasmine pencuri. Semua orang mandang Jasmine sebagai orang yang perfect,"

"Iya,"

"Nin. Kayaknya pertemuan kita sampai disini aja deh. Soalnya udah sore. Kamu harus inget, Nin. Kamu harus bahagia meskipun tanpa aku,"

"Iya, kamu juga. Kamu harus bahagia meskipun tanpa aku,"

"Janji?" Nadia menyodorkan jari kelingkingnya. Nindya mengaitkan kelingkingnya di kelingking Nadia.

"Janji,"

*****
Fyuh. Akhirnya aku bisa ngepost lagi.

Jangan lupa vote dan comment ya

Nothing ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang