Ingatlah! Kupu-kupu yang indah berasal dari ulat yang menjijikkan
•••
Ifan melajukan motornya melewati gang-gang sempit di sudut kota. Di lorong yang cukup sepi, ia memberhentikan motornya. Cowok itu berjalan menghampiri seorang gadis berambut panjang yang berdiri bersandar di dinding bangunan tua yang dingin.
"Gimana? Berhasil?" tanya gadis itu.
Ifan mengangkat bahu. "Belum sepenuhnya. Nadia masih aja menghindar dari gue. Padahal gue sekarang emang mau berubah, nggak jadi playboy lagi. Gue bakal setia sama dia."
"Lo harus berusaha, dia pasti jadi milik lo."
"Kalau lo sendiri, gimana? Apa Surya mau sama lo?"
Jasmine menghela napas. "Gue nggak tahu. Sejauh ini belum ada progress apa-apa. Tapi gue yakin, dia pasti bakal jadi milik gue." Ia tersenyum miring, "Dia itu harus gue rayu sebisa mungkin, baru mau. Tadi aja gue minta dia ajarin gue, dia mau belajar sama gue."
"Lo ada ide nggak, supaya kita bisa mendapatkan apa yang kita mau?"
Setelah terdiam sejenak, Jasmine tersenyum jahat. "Gue ada ide."
***
Belajar bersama Surya kali ini membuat Nadia lapar. Pasalnya, dari pulang sekolah tadi Nadia belum makan siang. Nadia melirik jam dinding rumah Surya. Pukul 16.30.Rasanya, waktu berjalan sangat lama. Perutnya keroncongan, membuatnya ingin memakan camilan atau makanan berat. Ia tidak bisa berkonsentrasi pada apa yang ia pelajari. Bahkan suara Surya yang mengoceh dan menjelaskan materi pun tidak ia gubris. Seolah perkataan Surya masuk ke kuping kanan dan keluar lewat kuping kiri.
Surya yang melihat tingkah Nadia lantas berhenti menjelaskan merkantilisme dan renaisans padanya.
"Lo kenapa, Nad?" tanya Surya. Nadia menoleh padanya.
"G..gue laper, Sur."
"Hmm...mau makan bareng? Kita makan di warung nasi goreng di depan kompleks perumahan aja," ajak Surya.
"B..boleh," terima Nadia.
Surya dan Nadia pun pergi ke tempat yang dimaksud, tapi sayang warung tersebut tutup.
"Yaahh, tutup. Gimana dong? Gue udah laper nih," keluh Nadia.
Akhirnya, Surya mengajak Nadia jalan-jalan mencari makanan dengan mengendarai mobil Surya. Setelah keliling-keliling, akhirnya mereka memutuskan untuk makan di sebuah warung masakan Padang.
"Gue udah lama nggak makan di tempat ini, makasih ya udah ajak gue ke sini, Sur," ucap Nadia.
"Sama-sama."
Mereka pun makan dengan lahap. Selesai makan, Surya yang membayar makanan tersebut. Sebenarnya Nadia tak enak hati, tapi Surya yang memaksa.
"Kita belajar di taman deket sini yuk, Nad," ajak Surya.
Nadia mengangguk. Mereka berjalan dan menuju taman, melanjutkan belajarnya.
Selama mereka belajar, Surya mengulang penjelasannya berkali-kali karena Nadia belum juga paham materi tersebut. Terkadang, Nadia mendengus kesal karena ia tidak bisa menghafal dan memahami materi.
"Adduhh, kenapa susah banget memahami materi ini sih Sur. Gue capek! Gue itu emang nggak bisa apa-apa! Pantes dibenci!"
Mendengar keluhan Nadia, Surya tersenyum. Ia melihat kupu-kupu yang bertengger di bunga di dekat mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Impossible
Teen Fiction[SUDAH TAMAT] Nadia selalu berada di peringkat terakhir di sekolah. Dia juga tidak punya bakat apapun. Apa-apa yang dilakukannya selalu salah dimata orang. Dia ingin seperti teman dan adiknya yang selalu jadi juara 1. Namun orang-orang sekelilingnya...