Sepuluh tahun kemudian...
Sebuah Nissan Juke putih berhenti di tempat parkir yang cukup luas.
Seorang pria keluar dari pintu supir menuju pintu depan penumpang dan membukakannya.
Tangan pria itu menggenggam tangan bocah laki-laki kecil yang turun dari mobil. Selain itu, ia juga membantu seorang wanita berhijab turun dari mobil. Wanita tersebut menggendong seorang anak perempuan yang sedang asyik meminum susu dalam dot.
Keluarga kecil itu berjalan beriringan menuju sebuah gedung pertemuan. Sebelum masuk ke gedung, mereka membaca tulisan yang ada di luar gedung.
'SELAMAT DATANG ALUMNI SMA NUSANTARA ANGKATAN TAHUN 2018'
Mereka tersenyum, kemudian masuk ke gedung.
Di sana, banyak sekali alumni yang hadir. Ada yang membawa suaminya, istrinya, bahkan anaknya.
"Nadia, Surya!" panggil seorang pria melambaikan tangan kepada pasangan suami istri yang baru datang tersebut.
"Ke sana yuk," ajak Surya. Mereka pun menuju tempat gerombolan alumni yang sedang duduk di sekitar meja berbentuk lingkaran.
"Heeyyy!!! Apa kabar? Kangen banget tau sama kalian!!" sapa Nindya berseru heboh. Hampir saja ia mengganggu bayi berusia 8 bulan yang sedang tertidur di sampingnya.
Sementara itu, gadis kecil disamping bayi tersebut menatap bingung, seolah berkata 'ini emak gue kenapa?'
"Hahahaha lebay lo. Kita kan beberapa kali sering ketemu," kata Nadia yang kemudian duduk di samping Nindya.
Surya duduk di samping Nino yang sedang memangku anak laki-laki. Surya pun memangku anak laki-lakinya.
"Apa kabar, Bro?" sapa Surya.
"Baik, alhamdulillah," jawab Nino. Ia mengalihkan pandangan kepada anak laki-laki dipangkuannya. "Tuh salim sama Om Surya."
Andre, nama anak tersebut, menuruti perintah ayahnya. Dia juga berkenalan dengan anak laki-laki Surya, Adrian.
"Ini Nadia? Ya ampuun, pangling ya. Sekarang udah di hijab," kata Amanda menatap Nadia kagum.
Ngomong-ngomong, setelah keluar dari penjara, Amanda dan Rosa meminta maaf pada Nadia.
"Iya, ya ampun," sahut Rosa yang juga kagum.
"Iya, alhamdulillah," balas Nadia tersenyum.
"Anak lo lucu banget, Nad. Siapa namanya?" tanya Amanda sebelum mengajak anak Nadia berbicara.
"Yang ini namanya Aida, yang cowok namanya Adrian, yang dipangku sama Surya tuh," jawab Nadia.
"Ooh...mereka kakak adik? Kakaknya yang mana adiknya yang mana?"
"Mereka kembar. Tapi lahirnya duluan Adrian, beda tiga menit," jawab Nadia.
"Oh. Umurnya berapa?" tanya Rosa.
"Tiga tahun."
"Ooh."
"Kalau anak lo mana, Man?" tanya Nadia.
"Anak gue di rumah sama baby sitternya, umurnya 4 tahun, namanya Keano," balas Amanda. "Anak gue baru satu. Tapi gue bersyukur banget punya anak yang pinter kayak dia. Kemaren aja sampe nyiapin baju sendiri waktu mau pergi ke rumah neneknya."
"Oh ya? Hahaha lucu banget ya," sahut Nadia.
"Lo nggak ada niatan nambah anak lagi, Man?" tanya Nindya iseng.
"Gue sih pengen-pengen aja. Tapi ya, suami gue sibuk tugas mulu. Maklumlah ya. Nasib jadi istri tentara," jawab Amanda.
"Oh iya ya, suami lo tentara. Yang sabar aja ya Man," kata Nindya.
"Iya."
"Kalau lo Ros? Anak lo mana?" tanya Nindya.
"Gue belum dikaruniai anak. Doakan aja ya teman-teman," jawab Rosa.
"Oh gitu. Iya, kita doakan."
"Eh, iya gue lupa. Anak lo ini siapa namanya Nin? Umur berapa?" tanya Amanda.
"Bayi yang lagi tidur ini namanya Denisa. Kalau yang ini namanya Quinsha. Umurnya 3 tahun." Ia menunjuk anak perempuan berkucir dua yang duduk disebelah bayi itu. "Kalau kakaknya namanya Andre, umurnya 4 tahun yang dipangku sama Nino."
"Ooh."
Tak lama, datanglah sepasang suami istri.
"Halo, semua. Maaf kita telat," kata pria tersebut yang ternyata adalah Uzi. Ia datang bersama dengan sang istri, Lola.
"Maaf ya," sambung Lola.
"Lola? Uzi? Apa kabar kalian?" tanya Nadia.
"Baik, alhamdulilah."
"Wah, Lola hamil ya? Cie anaknya udah mau 3," kata Nindya.
"Iya, alhamdulilah," balas Lola.
"Udah berapa bulan?" tanya Amanda.
"6 bulan, Man."
"Wah, selamat ya."
Mereka tertawa, berbahagia dan nostalgia bersama. Mengingat masa SMA dulu. Nadia tersenyum senang. Ia rindu pada teman-teman SMAnya. Apalagi, sekarang mereka sudah menikah. Pasti waktu untuk berkumpul seperti ini hanya sesekali saja. Terlebih Nadia saat ini sudah sibuk dengan pekerjaannya yang menjadi pengusaha.
"Eh iya. Ngomong-ngomong, Jasmine sama Gita gimana kabarnya ya?" tanya Nadia.
"Udah lah nggak usah dipikirin. Mereka aja nggak pernah mikirin kita," ucap Amanda ketus.
"Iya ya. Hahaha."
***
Sebuah motor berhenti di depan sebuah rumah kecil. Laki-laki berjaket itu melepas helm dan turun dari motor. Ia berjalan menuju warung yang ada di bagian depan rumah kecil itu."Pa, minta uang buat belanja. Beras habis tuh," kata wanita itu pada laki-laki yang baru datang.
"Duit lagi! Kan kemaren udah gue kasih duit."
"Yah elah kemaren kan udah gue pake beli lauk. Lagipula lo sama anak-anak kemaren juga ikut makan. Udah buruan kasih! Emang lo mau kita nggak bisa makan hari ini?"
Pria itu mendengus. Ia mengambil uang dari saku jaketnya yang merupakan penghasilan yang ia peroleh dari hasil ngojek tadi. "Nih, gue kasih. Dihemat-hemat."
Wanita itu, Jasmine, menerima uang yang diberikan oleh Ifan dan kemudian ia cemberut. "Kok cuma segini? Kurang nih! Ini mah baru bisa beli beras doang! Sekalian sama lauknya lah! Gue males masak hari ini."
Ifan mendengus. Ia pun memberikan uang tambahan. Jasmine pun tersenyum senang. "Nah, gitu dong."
Ifan heran, bisa-bisanya dia menikah dengan cewek macam ini. Sebenarnya, semua berawal dari pertemuan Ifan dan Jasmine di club malam. Waktu itu Jasmine baru keluar dari penjara.
Saat itu, Ifan jatuh cinta pada Jasmine yang malam itu tampak cantik dan seksi. Jasmine pun begitu. Mereka pun berpacaran dan gaya pacaran mereka itu kelewat batas. Jasmine hamil di luar nikah. Akhirnya, mereka pun menikah meski orangtuanya Jasmine tidak sepenuhnya merestui hubungan mereka. Orangtua Jasmine mengusir anaknya itu dari rumah. Mereka sudah terlanjur malu punya anak yang semacam itu dan membuat reputasi mereka hancur.
Ifan pun begitu. Orangtuanya mengusirnya dari rumah setelah Ifan menikah dengan Jasmine. Ifan dan Jasmine memulai semuanya dari nol. Kekayaan yang mereka miliki dahulu berganti menjadi kemiskinan dan kesengsaraan.
Inilah kehidupan. Roda kehidupan itu berputar. Jadi, ketika kita berada di 'atas', janganlah kita sombong dan merasa yang paling baik diantara orang lain. Namun, jika kita berada di 'bawah', janganlah kita putus asa dan merasa paling buruk. Tetap semangat, jangan mudah menyerah. Perjuangan kita masih panjang.
Semangat selalu semua!!!
*****
Alhamdulillah, epilognya udah bisa dipublish. Bagi yang nanya cerita ini udah tamat atau belum. Jawabannya SUDAH TAMAT ya...Bagi kalian yang masih ingin membaca dan rindu dengan cerita ini, tunggu sequel dari cerita ini yang insyaallah bisa aku publish secepatnya.
Sekian dan terimakasih. Sampai jumpa di ceritaku berikutnya.
Fida N 💗
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing Impossible
Teen Fiction[SUDAH TAMAT] Nadia selalu berada di peringkat terakhir di sekolah. Dia juga tidak punya bakat apapun. Apa-apa yang dilakukannya selalu salah dimata orang. Dia ingin seperti teman dan adiknya yang selalu jadi juara 1. Namun orang-orang sekelilingnya...