Part 15 | Poor Ifan

2.5K 123 1
                                    

"Kamu kenapa sayang? Kok dari tadi diem aja," Tanya Ifan pada Nadia. Saat ini Ifan dan Nadia sedang duduk di bangku taman kota.

"Fan, kamu sayang kan, sama aku?" Kata Nadia yang kemudian menoleh ke Ifan dengan lesu.

"Ya ampun sayang, aku kan udah berulang kali bilang ke kamu. Aku sayang sama kamu, Nad. Kalau aku nggak sayang sama kamu, untuk apa aku panggil sayang ke kamu," Kata Ifan tersenyum. Nadia membalas senyuman Ifan.

"Kamu kenapa sih, Nad? Kok tanya kayak gitu?" Tanya Ifan.

"Fan. Tadi, Cecep bilang, aku harus hati-hati sama kamu,"

"Hati-hati? Maksud Cecep apa?"

"Katanya, kamu itu suka nyakitin cewek. Dia bilang, udah banyak yang jadi korban kamu. Dia nyuruh aku supaya aku hati-hati sama kamu, takutnya aku juga disakitin sama kamu," Jelas Nadia.

"Hah? Mana mungkin aku suka nyakitin cewek. Cecep ada-ada aja deh. Senakal-nakalnya aku, aku nggak pernah sekalipun nyakitin perasaan cewek. Apalagi sama orang yang aku sayang. Nggak mungkin banget,"

"Jadi, kata Cecep waktu itu salah?" Tanya Nadia.

"Ya kamu liat aja sendiri. Asal kamu tau, Nad. Cecep itu, dari dulu suka mengada-ada dan fitnah orang. Makanya, dia nggak pernah punya temen satupun. Dulu aku juga nge-bully dia gara-gara dia nggak punya temen. Tapi, lama kelamaan aku jadi kasian juga sama dia. Sekarang aku janji sama diriku sendiri. Aku nggak akan bully orang lagi," Kata Ifan.

"Iya, Fan. Kita emang seharusnya nggak bully orang. Aku dulu juga pernah di-bully,"

"Hah? Kamu pernah di-bully?"

"Iya. Udah lah. Aku nggak mau bahas itu. Masa lalu, biarlah berlalu,"

"Iya, Nad,"

***
Para siswa kelas 9 SMP Pancasila berdesak-desakan di dekat mading. Mereka rela melakukan itu hanya demi mengetahui hasil TPM mereka.

"Nad, nilai lo berapa?" Tanya Fathin setelah kerumunan para siswa tidak begitu berdesakan.

"Jelek banget. Jumlah nilai gue cuma 22,00. Lo gimana, Thin?"

"Gue juga jelek. Jumlah nilai gue 22,75,"

"Masih mending lo, Thin," Kata Nadia. "Cinta, Lia. Nilai kalian berapa?" Tanya Nadia.

"Gue 24,00," Kata Cinta.

"Gue 22,00," Kata Lia.

"Aaarrgghh... sebel gue. Padahal target jumlah nilai UN gue 36,00. Masih jauh banget untuk sampai nilai segitu. Gimana ya biar dapet nilai bagus?" Kata Fathin.

"Iya, nih. Percuma gue belajar kalau cuma dapet nilai segini," Kata Lia.

"Iya," Kata Nadia.

"Eh. Btw, nilai tertinggi siapa sih?" Tanya Cinta.

"Nggak tau. Coba kita liat," Kata Fathin. Kemudian matanya mencari-cari nama pemilik nilai tertinggi diantara lembaran kertas yang tertempel di mading.

"Nilai yang tertinggi itu....," Fathin masih mencari-cari.

"Hah? Cecep?! Jumlah nilainya 35,00. Gila!" Lanjut Fathin.

"Masa' sih? Si Cecep yang culun itu, kan?" Kata Cinta.

"Iya. Wah, Cecep hebat banget ya," Kata Lia.

"Iya, hebat. Aha! Gue punya ide," Kata Nadia.

"Apaan?" Tanya Fathin.

"Gimana kalau TPM selanjutnya sampai UN, kita nyontek Cecep,"
Kata Nadia.

"Ide bagus tuh. Kalau kayak gitu kan nilai kita tambah bagus. Hahaha," Kata Lia.

"Keren ide lo, Nad. Lagian Cecep kan gampang disuruh-suruh," Kata Fathin.

"Haha iya, dong. Siapa dulu... Nadia!" Kata Nadia tersenyum bangga.

***
"Hmmm... mie ayam ini enak banget ya, Fan," Kata Nadia sambil mengunyah mie ayam di mulutnya.

"Iya," Kata Ifan.

"Fan, jumlah nilai TPM kamu berapa?" Tanya Nadia.

"Jelek, Nad. Cuma 22,50," Kata Ifan yang masih asyik memakan mie ayam tanpa melihat Nadia.

"Aku juga jelek, Fan. Aku males belajar. Mau kita belajar, mau nggak, pasti nilainya juga jelek. Mending nggak belajar aja sekalian,"

"Iya, bener Nad,"

Beberapa saat kemudian...

"Aduh sayang. Aku lupa nggak bawa dompet," Kata Ifan sambil merogoh saku celananya.

"Oh ya udah. Aku aja yang bayar, Fan. Nggak apa-apa kok," Kata Nadia.

"Beneran?" Tanya Ifan.

"Iya, beneran Ifan sayaangg," Nadia tersenyum. Ifan membalas senyuman Nadia.

"Makasih ya sayang,"

"Iya, sama-sama,"

Setelah Nadia membayar, Ifan mengantar Nadia pulang.

***
"Makasih, Fan. Udah anterin aku pulang," Kata Nadia tersenyum.

Ifan membalas senyuman Nadia. Namun, sepersekian detik kemudian, dia tertunduk lesu.

"Kamu kenapa Fan? Kok lesu?" Tanya Nadia.

"Mamaku sakit Nad. Mamaku dirawat di Rumah Sakit," Kata Ifan lesu.

" Mudah-mudahan Mamamu cepat sembuh ya, Fan,"

"Aamiin. Tapi, aku sama keluargaku nggak bisa bayar administrasinya,"

"Emangnya harus bayar berapa?"

"Bayar... 10 juta, Nad,"

"Ehmmm... kayaknya aku punya deh uang 10 juta. Apa aku bantu aja, Fan?"

"Eh, nggak usah Nad. Nanti ngerepotin. Aku jadi nggak enak. Tadi, kamu udah bayarin mie ayam pesenan aku. Masa' kamu sekarang mau bantu aku lagi?"

"Nggak apa-apa Fan. Ini demi Mamamu juga. Meskipun aku nggak pernah secara langsung ketemu, tapi aku peduli kok sama keluargamu,"

"Makasih ya, Nad. Kamu udah rela banget bantuin aku,"

"Iya, sama-sama. Kamu tunggu disini ya. Aku ambil dulu uangnya," Nadia masuk ke rumahnya. Beberapa menit kemudian, Nadia kembali lagi.

"Ini, Fan uangnya. Kamu nggak usah ganti," Kata Nadia menyerahkan amplop putih yang berisi uang itu.

"Makasih ya, Nad. Tapi, kamu dapet uang dari mana?"

"Aku nabung, Fan. Aku udah nabung kira-kira 3 tahun. Aku sempet bingung uang itu mau aku apain. Ya udah deh, aku pakai buat bantu kamu aja,"

"Sekali lagi makasih, Nad. Kamu udah bantu aku,"

"Iya, sama-sama,"

*****
Yeeee... part 15 udah di-update. Sebelumnya aku minta maaf ya, kalau ada kesalahan penulisan alias typo. Aku juga mau berterimakasih sama kalian yang udah baca ceritaku dari awal sampai part ini. Makasih banyaaakkk...

Aku juga butuh kritik dan saran nih. Please... aku masih belajar soalnya. Masih amatiran nih. Hehe..

Jangan lupa Vote dan comment ya...

See you...

Bye bye bye

Nothing ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang