Part 25 | Pahlawan (?)

2.5K 102 5
                                    

Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Tak terasa, sudah setahun Nadia menjadi siswa SMA Nusantara. Sekarang, hari pertama ia menjadi siswa kelas XI.

Nadia berusaha menerobos kerumunan para siswa yang sedang melihat papan pengumuman. Setelah berhasil, ia mencari namanya diantara lembaran-lembaran kertas yang tertempel disana.

"IPS 2," gumam Nadia. Ternyata ia menjadi siswa XI IPS 2. Nadia pergi meninggalkan kerumunan itu.

"Hai, Nad!" Nindya menepuk bahu kanan Nadia dari belakang. Nadia agak terkejut.

"Hai, Nin," sapa Nadia. "Lo masuk kelas apa?"

"Gue XI IPA 4, Nad. Lo?"

Seketika Nadia membeku. Ternyata ia tidak sekelas lagi dengan Nindya. Kalau begini, ia tidak tau nantinya bakal berteman dengan siapa.

"Gue XI IPS 2, Nin."

"Yaahh... Kita nggak sekelas dong, Nad."

"Iya, Nin. Gue nggak tau nanti bisa temenan sama siapa," Nadia murung.

Nindya tersenyum. "Jangan sedih, Nad. Kita masih ketemu lagi, kok. Mudah-mudahan, temen lo yang sekarang bisa nerima lo."

"Iya Nin. Semoga," kata Nadia yang sebenarnya tak yakin dengan ucapan Nindya.

***
Nadia merasa sepi duduk di bangku paling pojok belakang. Meskipun suasana kelas sangat ramai, tapi tidak dengan hati Nadia.

Nadia hanya terdiam sambil memainkan ponselnya, hingga suara seseorang membuat pandangannya teralihkan.

"Hai, Nad. Lo kelas ini juga?" tanya orang itu dengan senyum khasnya. Senyum yang bisa meluluhkan hati perempuan di SMA itu.

"Iya, Sur." Ya, orang itu Surya. Surya tersenyum dan duduk di bangku di depan Nadia.

"Gue juga di kelas ini. Nggak nyangka gue. Kita satu kelas," Surya lagi-lagi tersenyum.

Nadia terkejut mengetahui Surya menjadi siswa di kelas tersebut. Setahu Nadia, Surya termasuk siswa yang pintar. Apalagi mata pelajaran Kimia. Namun kenapa Surya masuk IPS?

"Lo kenapa masuk IPS?" tanya Nadia heran.

"Gue mau jawab, tapi lo harus ngasih tau dulu kenapa lo masuk IPS?"

"Malah nanya balik," kata Nadia sebal.

"Emang kenapa? Gue nggak mau jawab kalau gitu."

Nadia menyerah. "Iya deh, gue jawab."

Surya tersenyum miring.

"Gue sebenarnya pengen masuk IPA. Tapi pas tes IQ kemaren, ternyata gue masuknya IPS."

"Oh, gitu. Kalau gue, justru malah pengen masuk IPS. Soalnya gue nggak minat jadi dokter atau pekerjaan yang berkaitan dengan IPA. Gue pengennya jadi pengusaha."

"Oh gitu."

"Oh, iya. Temen-temen gue juga masuk kelas ini, lho. Tapi mereka masih ada di luar."

Tiba-tiba, datanglah dua orang teman Surya yang sudah tak asing lagi. Nino dan Uzi. Nino duduk di sebelah Surya, sementara Uzi duduk di depan Surya bersebelahan dengan siswa lain.

Saat Nino dan Uzi melihat Surya sedang mengobrol dengan Nadia, mereka memasang pandangan tak suka. Sampai kapan sih, sahabatnya itu dekat dengan Nadia yang notabene adalah siswa yang dibenci hampir satu sekolah ini?

"Nah, akhirnya kalian datang. Panjang umur lo berdua," kata Surya tanpa memedulikan ekspresi wajah kedua temannya.

"Sur." Nino menarik Surya untuk mendekat padanya.

Nothing ImpossibleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang