"Pak," panggil Hana memanggil Arka yang sedang termenung menatap cahaya matahari yang memenuhi ruangan kerjanya. Tatapannya kosong. Bahkan suara ketukan pintu yang barusan bersuara tak berhasil membuyarkan lamunannya. Hana yang notabene-nya adalah sekretaris tak merasa canggung memulai pembicaraan dengan boss-nya itu.
"Boss, kalo cuma termenung mendingan enggak usah kerja," sinis Hana tapi tetap tak diubris oleh Arka.
"Arka.." panggil Hana lagi dengan memperbesar volume suaranya dari sebelumnya. Tidak memakai embel-embel 'pak' karena sebenarnya Hana lebih tua daripada Arka sehingga dia tak perlu canggung lagi jika berbicara berduaan karena mereka lebih layak disebut kakak-adik daripada atasan dan bawahan.
"H-hah? Kenapa?" Arka menatap Hana linglung. Hana mendesah pelan sembari berkacak pinggang, "Kenapa lagi?"
Arka mengalihkan pandangannya dari Hana kearah jendela besar di belakang meja kerjanya, "Hah.. biasa"
"Masalah Karin lagi? Kamu tuh, emang kecepatan nikah. Kamu kira naklukin anak ABG umur 18 tahun kayak Karin mudah apa? Kamu saja masih kekanakan." cibir Hana.
Arka melirik Hana tajam, "Kakak lah, bukannya ngasih nasihat atau apalah, malah ngejek." ambeknya, "pantasan enggak laku," gumamnya pelan.
"Apa kamu bilang?" Amuk Hana tak terima dikatakan tak laku oleh Arka.
Arka memperlihatkan cengiran khasnya, "Sudahlah kakak sayang, ntar nggak jadi nikah karena ada skandal sama aku."
"Cih, daripada galau disini kebetulan kerjaan udah kelar semua, sana gih jemput istri kamu ke sekolah" usul Hana asal.
Arka yang sedikit tertarik akhirnya memilih mengikuti usul dari Hana."Yaudah kak, kalo ada rapat mendadak, di cancel aja semua."
Ucap Arka sebelum hilang dibalik pintu.***
"Woii..Rin.. lo udah hafal kimia nggak?" Cerocos Sasha tiba-tiba sampai-sampai susu yang sebelumnya ada dimulutnya terciprat mengenai kacamata minus milik Rita.
"Lo ya Sas, lo kayak enggak kenal aja sama sobat lo yang satu ini, segala urusan kimia sudah tertanam di otaknya," Vita menggeleng-geleng seraya melap kacamatanya.
Sasha tersenyum menyerigai lalu memperdekat jaraknya dengan Karin yang tampaknya memperdulikan jalan cerita sahabatnya itu, "Karin~" Sasha bersuara manja hingga bulu kuduk Karin langsung berdiri.
"Apaan?" sinis Karin melirik Sasha yang mulai mengedip-kedipkan mata dengan lentiknya.
"Bagi jawaban lo nanti ya," rayu Sasha.
"E-N-G-G-A-K." ketus Karin beranjak dari bangkunya berniat pergi perpustakaan untuk mencari bahan yang mungkin masuk ujian nanti siang.
BRUKK...
"Oh, shit!" Dengus seseorang dengan nada meninggi. Karin menatap buku kimianya yang sudah berserakan ditambah kopi yang sudah mengubah warna lembaran bukunya dari putih ke hitam.
Karin melirik siapa yang baru saja ditabraknya, tak lama mata yang tadinya membulat kembali melemah, "Lo lagi?"
"Lo mulu. Bosan gue liat muka datar lo itu," ketus Egi sambil berkacak pinggang.
"Nggak usah diliat! Susah amat," gumam Karin memutar bola matanya malas kemudian berjongkok untuk meraih bukunya yang sudah berwarna hitam serta bau kopi hitam yang sangat pekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Husband
Romance[attention : belum direvisi, banyak typo, kesalahan penggunaan kata dan tanda baca] Kisah antara Arka dan Karin dimulai saat keterpaksaan menghampiri kedua belah pihak. Antara tidak ingin mengecewakan atau dianggap tidak memikirkan keluarga membuat...