[LAST] sepuluh | END

574K 17.3K 1.5K
                                    

Setelah sekian lama, akhirnya cerita yang 'super gaje' ini tamat juga. Huff... Akhirnya LH menjadi cerita pertama yang bakal end di akun ini. Aku mau ucapin banyak terima kasih buat pembaca yang setia ngikutin cerita gaje ini.

Ayo absen, kamu reader lama atau reader yang baru nemu cerita ini? Hehehe, becanda. Daripada banyak ngomong, happy reading♡

-----------------------

Karin bangun lebih pagi hari ini. Ini adalah hari keduanya di Jerman, namun dia belum juga menemukan informasi apapun tentang Arka. Bagaimana bisa dia menemukannya jika dia hanya pergi berkeliling tanpa sekalipun masuk ke rumah sakit itu dan mencari informasi. Sejak kemarin pikirannya dipenuhi perasaan jika yang dilakukannya ini salah. Benar kata Vita dan Vico, seharusnya dia menunggu saja seperti biasanya hingga Arka kembali dengan sendirinya. Setidaknya dia sudah mengetahui jika Arka masih hidup dan tentunya pria itu pasti kembali.

Karin masih terdiam di ranjangnya. Matanya menatap keluar jendela yang masih terlihat begitu gelap. Sejak kemarin dia merasa kepalanya sedikit pusing, mungkin karena kemarin ia pergi berkeliaran dengan pakaian yang cukup tipis untuk udara yang sangat dingin saat ini. Ia akhirnya memutuskan untuk pergi ke apotek 24 jam yang letaknya tidak jauh dari tempatnya menginap. Dia membutuhkan obat untuk meredakan pusingnya sebelum itu semakin parah dan menganggu tujuannya datang jauh-jauh ke negara orang itu.

Apotek itu terlihat sedikit kuno. Bahkan obat-obatan yang Karin lihat tidak begitu banyak. Karin tidak menghiraukan hal itu dan segera menghampiri perempuan paruh baya yang sudah tersenyum ramah padanya sejak menginjakkan kaki di sana. Perempuan itu menyapanya ramah dan menanyakan apa yang dia inginkan dengan bahasa Jerman. Karin tidak begitu fasih berbahasa Jerman sehingga ia menjawab perempuan itu berbicara dengan bahasa Inggris dan beruntung perempuan itu sepertinya mengerti maksudnya dan bergegas mencarikan obat setelah Karin mengatakan memerlukan obat sakit kepala.

"Kau ini orang Asia, kan? Wajahmu sangat khas." Perempuan itu kembali berucap sembari menyodorkan obat yang Karin inginkan, "Beberapa kali dalam minggu ini aku sering melihat oranh Asia berkeliaran di sekitar daerah ini," tambahnya dengan senyum ramah.

Karin mengangguk dan hanya menjawab seadanya kemudian segera berpamitan pergi. Dia tidak bisa mencerna setiap kata yang diucapkan perempuan paruh baya itu sebab kepalanya terasa sangat pusing dan sepertinya dia membutuhkan istirahat lebih karena tubuhnya mulai terasa lemas.

Mungkin dia bisa melakukan pencariannya esok hari.

***

"Rin, pulang. Aku tahu kamu punya urusan pribadi di sana. Tapi kenapa kamu malah nekad pergi sendiri?" Suara Angga memenuhi pendengaran Karin, laki-laki itu terus memintanya pulang karena khawatir keadaannya di negara orang.

"Aku akan kembali lusa dan aku punys sesuatu yang harus dikatakan padamu."

Angga menghela napas, "Aku sudah tahu semuanya Rin. Pernikahanku, aku tahu. Meskipun itu menyakitkan tapi itulah kenyataannya."

Karin terdiam, tidak mampu berkata-kata lagi. Dia merasa bersalah karena selama ini dia sudah memberi harapan lebih pada Angga. Awalnya dia ingin mengatakan yang sebenarnya pada pria itu namun entah sejak kapan semua itu terlarut-larut hingga akhirnya Angga lebih dulu mengetahuinya tanpa ia katakan secara langsung. "Maafkan aku Angga. Maaf membuatmu berharap dan terima kasih untuk semuanya."

"Iya... Aku yang terlalu bodoh baru menyadarinya baru-baru ini. Karin, jangan menyiksa dirimu, aku tidak tahu masalahmu, tapi tolong jangan lukai dirimu. Kembalilah dan biarlah semuanya berjalan dengan semestinya." Angga terus mencoba meyakinkan Karin jika semuanya akan baik-baik saja, namun Karin bukan tipe orang yang mudah dipengaruhi, sebab dia hanya akan melakukan apa yang dia inginkan.

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang