[Super-Extra-Part] NINE

50.4K 2.2K 115
                                    

Karin menatap Arka heran, sangat heran sampai dia tidak bisa berkata-kata lagi. Entah sudah berapa kali ia menanyakan apa ada masalah pada pria itu, namun suaminya hanya menggeleng kecil. Karin sebenarnya tidak begitu, toh, ini bukan pertama kalinya Arka bertingkah tidak jelas seperti itu. Tapi tatapan tajam pria itu yang terus tertuju padanya membuat Karin merasa jika dia ada salah pada pria itu. Padahal mereka baik-baik saja hingga mereka meninggalkan hotel dan pergi ke kafe aesthetic di kota itu.

Setelah berpikir cukup lama sembari menyesap iced tea di hadapannya, Karin akhirnya menyerah. Dia tidak tahu apa kesalahannya, jikapun ada, pada Arka dan dia tidak tahu apa alasannya pria itu terus merengut dengan alis berkerut ditambah tatapan tajam dan kedua tangan yang terlipat di depan dada itu. Karin sama sekali tidak mendapat clue apa alasan Arka ngambek seperti itu. Tubuhnya saja berupa pria dewasa, namun kenyataannya Arka hanyalah bayi raksasa yang menipu semua orang dengan tubuh besarnya, padahal Arka aslinya kekanakan dan manja. Bahkan Arka sudah Karin anggap sebagai anak selain anak yang ada di dalam kandungannya. Kelak jika anaknya lahir, maka ia harus mengurus dua bayi itu. Membayangkannya saja sudah membuat Karin kelelahan.

"Kak, jawab aku. Apa aku ada salah ke Kakak?" tanya Karin untuk kesekian kalinya, "kalau Kakak nggak jawab, aku nggak bakal tanya lagi." ancamnya akhirnya. Dia sudah bosan diabaikan oleh pria yang terus diam itu. Padahal di masa sekarang, bumil-lah yang lebih moody, tapi situasi mereka terbalik, sang suamilah yang lebih moody dari sang istri.

"Nggak tau ah!" ketus Arka membuang pandangannya ke lain arah. Dia mengerucutkan bibirnya khas anak kecil.

Karin menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan. Sungguh, menghadapi Arka yang bertingkah seperti sekarang ini sangat menguji kesabarannya. Bisa saja dia mengabaikan Arka namun itu akan merusak liburan mereka. Maka karena itulah, Karin berusaha bersikap dewasa dalam menghadapi sifat kekanakan Arka yang sedang kambuh itu. Andai saja di kuliah kedokteran dulu ada mata kuliah menghadapi sifat moody seseorang, maka Karin tidak akan kesulitan menghadapi Arka yang kini mulai menggerutu tidak jelas.

"Aku ada salah sama Kakak? Hm?" tanya Karin lagi lembut.

"Menurut kamu?" tanya Arka balik membuat Karin mati kutu, tidak bisa berkata apa-apa lagi. Sungguh, Arka sudah seperti remaja perempuan yang sedang pubertas, labil sekali.

"Kak, aku serius. Jangan buat waktu kita terbuang begitu saja karena ngambek nggak jelas, Kak. Jangan buat pikiranku bertambah dan itu berpengaruh ke bayi kita." Karin akhirnya terang-terangan memberitahu Arka jika dia sudah tidak bisa menghadapi Arka yang tidak juga mengaku apa yang membuatnya kesal dan Karin sengaja membawa-bawa bayinya karena dia tahu suaminya itu sangat lemah terhadap keadaan kandungannya.

Arka akhirnya mengalah dan mengakhiri acara ngambek yang dia sendiri mulai sebal melihat dirinya sendiri, "Aku cuma nggak suka sama pakaian kamu. Kemaren aku sudah bilang pakai pakaian yang hangat, yang menutupi seluruh tubuh, biar nggak sakit tapi sekarang kamu malah pakai rok sependek itu. Kamu harus ingat kalau badan kamu bukan punya kamu sekarang, di dalam sana ada bayi kita. Nanti kalau kamu sakit karena kedinginan, bayi kita juga kena dampaknya," jelas Arka bertele-tele.

"Bilang aja Kak kalau menurut Kakak rok  ini kependekan, udah, nggak usah bawa bayi kita ke pembicaraan kekanakan seperti ini," ketus Karin, "ini luar negeri Kak, ini bukan Indonesia. Rok ini standar di sini, bahkan sekalipun aku pakai rok lebih pendek lagi, semua orang tidak akan memperdulikanku," ucapnya membela diri.

"Iya, kamu ngerasa semuanya baik-baik saja, Karin. Tapi aku nggak suka pria lain melirik istriku. Padahal kemarin kamu udah janji nggak bakal pakai pakaian kaya gitu," tukas Arka masih keras kepala.

"Terus gimana, Kak? Kita balik ke hotel buat ganti rok aku? Gitu, biar Kakak nggak uring-uringan seharian, iya?" ujar Karin kelihatan sudah sangat kesal. Memang suaminya itu sangat berlebihan dengan cara berpakaiannya, padahal roknya hanya beberapa centimeter di atas lutut, tapi Arka sudah mempermasalahkannya seolah dia sedang telanjang.

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang