[14]

508K 19.8K 372
                                    

Dengan mata berkaca-kaca, Karin menatap layar ponselnya. Bukan karena menangis atau terharu tetapi sangking mengantuknya menunggu orang yang disuruh Arka.

Ia mengedar pandangannya ke sekelilingnya tetapi tak satupun yang menarik perhatiannya. Ia baru sadar jika rumah sebesar itu akan terasa sepi tanpa-Arka.
Sambil menaik turunkan layar di ponselnya, suara bell rumahnya berbunyi, ia sangat yakin jika orang yang membunyikan bell rumahnya adalah orang yang disuruh Arka.

Dengan semangat, Karin berjalan menuju ruang tamu untuk membukakan pintu. Yap, sesuai dengan perkiraannya, disana berdiri perempuan cantik yang pasti berumur 20-an dengan pakaian formal. Perempuan itu tersenyum, "Nyonya Hardikusuma?" tanyanya.

Karin mengangguk, "Oh, saya Karin Santika-hm-Hardikusuma, apakah anda yang disuruh Kak Arka?" tanya Karin balik dengan canggung.

Perempuan itu tertawa pelan, "Enggak usah canggung lah, aku toh cuma sekretaris suami kamu. Namaku Hana Lagrace, panggil Hana atau kak Hana atau terserah kamu deh, kamu udah siap berangkat?"

"Berangkat? Berangkat kemana kak?" Karin mengerutkan keningnya bingung.

Hana menatap Karin kaget, "Apa Arka tidak memberitahumu kemana kita akan pergi? Suami macam apa sih cowok dingin itu," keluh Hana berkacak pinggang. Karin menatap Hana bingung, bagaimana mungkin seorang sekretaris menjelek-jelekkan atasannya didepan istri atasannya itu? Aneh bukan?

Hana yang menyadari arti tatapan Karin, berhenti mengomel sejenak, "Oh satu lagi, aku dan Arka itu seperti kakak adik, kami sudah kenal lebih dari 7 tahun, jadi bisa dikatakan aku lebih mengenal Arka daripadamu, so jangan heran dan satu lagi, jangan cemburu, aku akan menikah 2 bulan lagi kok," jelas Hana bertele-tele.

"Baiklah sekarang kamu siap-siap, kita berangkat lima menit lagi," ucap Hana.

"Aku seperti ini saja, kita bisa berangkat sekarang," balas Karin sembari menutup pintu.

Hana tersenyum, "Tak apa, setidaknya kamu tetap cantik meskipun berantakan seperti ini,"

***

Karin mengerutkan keningnya setiap kali melirik kearah spion mobil yang tengah dibawa oleh Hana. Entah kenapa dia merasa aneh dengan mobil merah yang sejak tadi sepertinya mengikutinya dari belakang.

"Kak Hana, mobil merah dibelakang kita mencurigakan," ucap Karin.

"Benarkah?" Hana mencoba melirik dari spion. "Memangnya kenapa dengan mobil merah itu?"

"Sepertinya mobil itu mengikuti kita sejak kita keluar dari perumahan dan aku tak yakin siapa yang ada didalam mobil itu," Karin masih mencoba melihat siapa yang membawa mobil merah dibelakang mereka.

"Mungkin, cuma perasaan kamu saja, setelah perempatan ini, kita sudah sampai ditujuan kita," Hana mempercepat laju mobilnya setelah memasuki kawasan perbelanjaan barang mewah di kota besar itu.

"A-apa yang kita lakukan disini?" tanya Karin heran sembari melepaskan seal belt.

Matanya tak lepas menatap mobil merah yang berhenti sesaat lalu belaju kembali. Karin menghela nafas lega, sepertinya yang dikatakan Hana benar, itu hanya perasaannya saja.

"Nona Gria, kami baru saja mengikutinya," ucap pria berkacamata hitam sambil melirik keluar dari mobilnya.

"Ikuti dia dan lakukan apa yang bisa kalian lakukan,"

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang