[Super-Extra-Part] ONE

322K 10.5K 431
                                    

Sinar mentari menyapa permukaan kulit Karin dengan hangatnya membuat perempuan itu mengeliat diatas ranjangnya, melepaskan segala penat yang sudah hilang dibawa oleh tidurnya. Matanya mengedip beberapa kali kala tidak melihat Arka—suaminya di sampingnya. Biasanya pria itu masih tertidur pulas saat ia bangun. Apalagi ini hari Sabtu dan biasanya Arka tidak akan pergi ke kantor karena itu adalah akhir pekan.

Karin melirik ponselnya, masih jam 06:37 pagi tapi di luar sudah sangat terang. Dengan perlahan, ia bangun dari tidurnya mengubah posisinya menjadi duduk. Tidak beberapa lama, suara pintu kamar mandi terdengar dan terbuka. Karin spontan menoleh dan melihat Arka baru saja selesai mandi.

"Kakak tumben mandi pagi banget?" ucap Karin setengah keheranan. Setaunya, Arka bukan tipe orang yang akan bangun pagi di akhir pekan hanya untuk mandi pagi.

Arka tersenyum kecil lalu mendekat pada Karin, "Selamat pagi Sayang," ucapnya lalu mencium kening Karin pelan.

"Pagi juga Kak," balas Karin kemudian mengecup pipi Arka gemas. Sesaat kemudian Karin mendecak kesal kala tetesan air dari rambut basah Arka mengenai tubuhnya. Pria itu bertelanjang dada dengan handuk selutut menutup bagian pinggangnya. Karin bangkit mengambil handuk kering di lemari kemudian menyuruh Arka duduk di sisi ranjang. Arka menurut dan menatap istrinya itu dengan senyum lebar. Karin langsung mengusap rambut basah Arka dengan handuk.

Arka suka diperlakukan seperti itu oleh Karin. Itulah sebabnya mengapa Arka sering kali sengaja membuat istrinya itu kesal agar Karin memperlakukannya seperti anak kecil. Intinya Arka sangat suka dimanja oleh Karin. "Karin..." sebut Arka pelan.

"Hmm..?" jawab Karin dengan deheman. Ia menatap Arka yang tengah mengadah menatapnya juga.

"Aku sayang kamu," gumam Arka.

Karin mengerucutkan bibirnya, "Basi, gombal aja terus Kak." Ia langsung mengikatkan handuk ditangannya ke leher Arka. "Kamu mau bunuh aku, ya?" akting Arka kesakitan. Karin tersenyum miring, "Biarin, biar Kakak tau rasa." Jawabnya sembari memeletkan lidahnya.

Arka tersenyum nakal, dengan cepat dia menarik pinggang Karin kemudian menghempaskannya keatas ranjang. Di kuncinya kedua pergelangan tangan Karin sehingga mata mereka bertemu. "Kakak... Sakit tau..." Keluh Karin meronta-ronta, namun sayang tenaganya tidak mampu mengalahkan tenaga pria yang kini berada diatasnya seolah siap melahapnya.

Wajah Arka perlahan mendekat membuat Karin melotot, "Kakak mau apa, hah?" jeritnya tertahan hingga sepersekian detik kemudian Arka mengecup bibirnya sekilas lalu bergegas bangkit dari posisinya, menjauh dari Karin yang sudah menatapnya dengan tajamnya.

"Morning kiss, babe," ujar Arka cengegesan, ia langsung berlari keluar kamar tanpa peduli dengan keadaannya yang masih ditutupi oleh handuk di pinggangnya karena Karin sudah menatapnya seolah perempuan itu akan mencincangnya.

"Kak Arkaaaaaaaaaa...."

***

"Kok bisa ada rapat penting di akhir pekan gini?" tanya Karin sembari mengunyah salad buahnya.

Arka menggeleng kecil, "Entahlah, tadi Vico menelponku bilang akan ada klien asing yang berniat bekerja sama."

"Ooh, ya udah Kak, nanti kalau Kakak baliknya cepet, Kakak jemput aku ke rumah sakit sore nanti soalnya aku mau ambil hasil check-up yang kemaren," kata Karin.

"Iya, nanti kamu telpon aku. Tapi Karin, kenapa kamu bukannya check-up di rumah sakit tempat kamu bekerja? Kan lebih mudah nggak repot jauh-jauh ke rumah sakit yang lain." Arka menatap Karin heran. Dia memang penasaran sebab dia masih kesulitan menebak jalan berpikirknya Karin meskipun usia pernikahan mereka sudah hampir 7 tahun.

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang