Arka menatap Karin kasihan. Dia tidak sanggup melihat istrinya itu terlihat kesakitan dan kelelahan karena sejak semalan Karin terus muntah tak jelas.
Mual untuk Ibu hamil adalah hal yang biasa di bulan kedua. Tapi untuk seseorang yang merupakan kehamilan pertama seperti Karin itu adalah hal yang tidak begitu mengenakkan. Sejak beberapa hari ia merasa tubuhnya terasa aneh dan perutnya seolah mendorong sesuatu sehingga ada keinginan untuk memuntahkan sesuatu. Tapi tidak ada yang akan berhasil dikeluarkan dan itulah yang membuatnya merasa lelah.
Sebenarnya Karin merasa merepotkan Arka karena tiba-tiba terbangun di malam hari dan pergi ke kamar mandi untuk muntah. Arka jadi sering terbangung dan memijat tubuhnya saat merasa tidak enak badan. Yang membuat Karin merasa tidak enak adalah Arka akan pergi bekerja paginya. Itu membuat pria itu kelihatan kurang fit di pagi hari karena kurang tidur.
Mungkin kalian akan berpikir itu hal yang wajar sebab itu adalah tugas suami. Tetapi Karin bukanlah tipe orang yang ingin merepotkan orang lain meskipun itu suaminya sendiri karena itu akan membebani dirinya dan terus merasa bersalah.
"Maaf ya Kak, karena aku Kakak jadi kurang tidur." Ucap Karin lesu sembari mengusap perutnya yang terasa mules.
Arka yang sedang bersiap-siap hanya mengangguk kecil seraya memakai kemejanya. Kini rasa bersalah Karin semakin bertambah karena tidak bisa membuatkan suaminya itu sarapan. Sebenarnya jika dipaksakan dia sanggup untuk membuat sarapan, hanya saja Arka sendiri melarangnya dan memintanya beristirahat dulu.
Tadi Arka sudah meminta Karin untuk tinggal di rumah Rini dan Fredi agar dia merasa tenang dan akan dijemputnya sepulang bekerja nanti, hanya saja Karin bersikeras tinggal di rumah saja. Dan lagi Karin terpaksa izin bekerja. Padahal jika tidak hamil, Karin berencana melanjutkan kuliah untuk mengambil spesialisnya, tetapi dia harus menundanya hingga anak dalam kandungannya lahir.
"Kakak capek ya?" tanya Karin merasa bersalah. Dia terus menatap Arka, apapun yang dilakukan pria itu.
Spontan Arka menggeleng, "Enggak kok Sayang." jawabnya seraya mengenakan jam tangannya. Dia mendekati Karin yang terduduk lemah di sisi ranjang, "Kamu istirahat ya. Aku udah minta Mama bawain makanan buat kamu. Dimakan ya, biar kamu dan dedek bayi sehat." Ucapnya lalu mengecup kening Karin.
Disaat-saat seperti ini, entah mengapa Karin ingin selalu bersama Arka karena saat bersama pria itu dia merasa lebih baik dan tentunya lebih tenang. Dia mengangguk kecil lalu memeluk suaminya itu sesaat. Dia dapat mencium wangi parfum yang sudah menjadi ciri khas Arka.
"Duuh, kamu pagi-pagi manja banget. Nanti aku nggak jadi berangkat kerja lho Sayang kalau kamu begini terus." kekeh Arka membalas pelukan hangat istrinya itu.
"Sebentar saja Kak." Ucap Karin menikmati kehangatan dari pelukan Arka. Sungguh, dia merasa bahwa dialah perempuan paling bahagia karena memiliki suami sehebat Arka. "Aku cinta Kakak."
***
Setelah mendapat pesan dari Vita tentang rencana mereka beberapa hari yang lalu, Karin dengan sisa tenaganya segera melesat pergi ke tempat yang sudah cukup lama tidak dia kunjungi itu. Tempat di mana orang yang paling mengenalnya dulu, sahabatnya, dan Kakak baginya beristirahat untuk selamanya.
"Kita datang Sashaaaaaa..." Jerit Vita heboh seperti biasanya. Dia langsung duduk di sebelah makam sahabatnya itu yang sudah pergi menghadap Tuhan 8 tahun yang lalu.
Karin menutup mulut Vita karena sahabatnya itu terus berteriak seperti orang kesurupan. "Diam lo ah Vot, berisik! Ntar mereka bangun terus yang lain terganggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Husband
Romance[attention : belum direvisi, banyak typo, kesalahan penggunaan kata dan tanda baca] Kisah antara Arka dan Karin dimulai saat keterpaksaan menghampiri kedua belah pihak. Antara tidak ingin mengecewakan atau dianggap tidak memikirkan keluarga membuat...