[LAST] delapan

272K 11.6K 402
                                    

"Arka, you know, Vico bilang Karin sudah tau dengan keberadaanmu. Apa yang harus kita lakukan?" Zoe menatap Arka yang masih fokus dengan alat yang ada di kakinya. Jelas bahwa Arka tidak sedikitpun mendengarkan Zoe.

Zoe menghela napas panjang, diliriknya jam yang melingkar manis di tangannya, sudah pukul 2 siang dan Zoe tahu jika Arka belum makan sedikitpun dari tadi pagi. Ia pun menghampiri instruktur terapi Arka agar memberi waktu kepada Arka untuk makan, sebab dia takut Arka akan pingsan seperti tempo hari karena terlalu memaksakan diri tanpa menjaga kesehatannya.

"Tidak Zoe, aku baik-baik saja." Arka menolak saran Zoe untuk beristirahat dan makan dulu namun Zoe tetap bersikeras agar Arka mengutamakan kesehatannya terlebih dahulu, "Tidak Arka, jangan menyiksa diri. Perlahan dan kau pasti sembuh."

"Tetapi aku tidak bisa membuatnya menunggu lebih lama lagi, Zoe," lirih Arka kembali ke kursi rodanya. Kakinya memang semakin kuat namun ada saatnya kakinya terasa sangat lemah hingga ia harus tetap berada di atas kursi roda pada waktu tertentu.

"Ya, aku mengerti maksudmu."

***

"Arka terpaksa harus melakukan hal itu. Hidup sebagai orang lain dengan nama Henry. Tidak ada yang bisa dilakukannya. Jika dia tidak berpura-pura sebagai Henry maka masalah setahun yang lalu pasti belum terselesaikan hingga detik ini," ucap Vico.

 Vita mencoba mencerna ucapan Vico. Rasanya semua masih terasa ganjal dan aneh, apa hubungan Arka mengubah namanya menjadi Henry dengan masalah yang sudah lebih dari setahun yang lalu. "Jadi maksudnya Kak Arka ada alasan tertentu yang memaksanya harus hidup sebagai orang lain..."

Vico mengangguk kecil. Dia terlihat begitu serius, seolah-olah dia  sangat tahu jelas dengan apa yang terjadi. Vita melirik gestur tubuh Vico dan dia merasa Vico begitu gusar. Bahkan titik-titik keringat mulai muncul di permukaan kulit wajahnya.

"Memangnya apa yang terjadi setahun yang lalu? Aku tidak mengerti," ucap Vita dengan dahi berkerut. Semuanya terasa aneh dan tentunya membingungkan.

"Ini berawal dari kematian bawahan Mr. Rudolf," ucap Vico dengan suara yang sangat pelan, bahkan helaan napas pria itu terdengar lebih jelas dari suaranya.

Vita masih tidak mengerti apa yang terjadi, "Siapa itu Mr. Rudolf?"

"Dia adalah seseorang yang sangat berpengaruh dalam perekonomian dunia beberapa tahun yang lalu. Bisa dibilang Mr. Rudolf ada di pihaknya Arka, bahkan sebelum Arka menjadi CEO, Mr. Rudolf sudah sangat membantu, dan identitasnya lama disembunyikan dari publik." Vico mulai terlihat serius, dia menatap Bita lekat, mencoba memberitahu semua yang dia ketahui pada perempuan itu, "Tepat setahun yang lalu, saat kejadian itu, dia mengirim seorang dari orang kepercayaannya. Orang itu bernama Henry, yang merupakan putra tunggal dari sebuah keluarga Konglomerat di Jerman."

"Lalu apa hubungannya itu dengan Kak Arka?"

Vico mengisyaratkan Vita untuk tenang, "Aku akan memberitahumu, semuanya. Jadi tenanglah."

Vita mengangguk mengerti, dia mencoba tenang padahal otaknya sudah menyusun urutan pertanyaan yang masih terasa ganjal baginya.

"Kamu tahu, Henry, sebagai anak tunggal dari keluarga konglomerat pastinya sangat diperlukan di dunia bisnis. Tahu kenapa?"

"Karena dia akan menjadi ahli waris tunggal," jawab Vita dengan suara kecilnya.

Vico mengangguk, sepertinya Vita mulai menangkap inti dari semua yang terjadi, "Ya, dia harusnya menjadi ahli waris tunggal. Dan, terjadi sesuatu yang membuat itu tidak bisa terjadi lagi."

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang