[Super-Extra-Part] EIGHT

54.1K 2.3K 111
                                    

Setelah hampir 9 jam di perjalanan, Arka dan Karin akhirnya sampai di bandara udara Melbourne atau sering juga disebut bandara Tullamarine. Mereka tiba cukup larut, sekitar pukul 8 malam waktu setempat. Namun di sinilah kekesalan Karin bermula. Tanpa dia ketahui, ternyata Arka memesan tour guide untuk perjalanan mereka. Padahal Karin sangat ingin perjalanan mereka diatur oleh mereka sendiri, bukannya ditentukan oleh tour guide. Karena itu semenjak mereka tiba, Karin hanya diam dan Arka belum tahu jika Karin marah karena tour guide yang menjemput mereka ke bandara.

Arka menatap Karin yang terus menatap ke luar mobil tanpa sekalipun bicara. Tanda itu sudah menjelaskan bahwa Karin sedang marah sekarang. Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju hotel sesuai dengan rencana travel dan tour guide yang sudah mengurus semuanya.

"Kalian tinggal di kota apa di Indonesia?" tiba-tiba Jessica—sang tour guide bertanya dengan aksen aussie-nya.

Karena tidak ada tanda jika Karin akan menjawab, Arka bergegas menjawab, "Kami dari Jakarta, Jess."

"Apa kalian pernah ke Bali? Aku suka Bali," tukas Jessica lagi.

Arka mengangguk kecil. Tidak bisa dipungkiri jika Arka memang sangat menyukai aksen aussie, sebab dibandingkan dengan aksen lain, aksen orang Australia memang terdengar sangat berbeda, yang kata orang banyak—terdengar seksi. Karena sering berurusan dengan klien dari Australia, Arka cukup menikmati dan selalu larut dalam pembicaraan.

"Ya, tentu. Kami pernah beberapa kali ke sana. Bahkan tadi kami sempat transit di Bali dulu. Bali memang indah," jawab Arka ramah.

Kini Arka beralih pada Karin yang terus menatap ke luar sana, tidak sekalipun menatapnya. Padahal selama di dalam pesawat istrinya itu terus bermanja dan tidak pernah melepasnya—dengan alasan tidak suka orang lain menatap wajah tampan Arka dengan tatapan lapar dan kagum. Dengan lembut Arka mengusap puncak kepala istrinya itu, "Kenapa, Sayang? Kamu sakit?" ucapnya lembut.

Arka semakin yakin jika istrinya itu marah karena Karin hanya menjawab dengan gelengan kecil. Kini Arka harus menemukan alasan kemarahan Karin atau keadaan akan semakin buruk. Bisa-bisa liburan mereka berakhir begitu saja tanpa ada yang terjadi karena jika sedang marah, Karin akan menjadi orang  paling mageran yang pernah ada di muka bumi.

"Terus kok kamu diam aja? Kamu nggak suka sama liburan kita? Atau kakak ada salah sama kamu?" tanya Arka lagi tak menyerah,"cerita, Sayang, hm?"

Lagi-lagi Karin hanya menjawab dengan gelengan kepala. Akhirnya Arka mengalah dan menunggu mereka hingga sampai di hotel sebab ia akan lebih leluasa bertanya kepada Karin sebab sejak tadi, entah hanya perasaannya saja, Jessica terus menatap mereka padahal sejatinya Jessica tidak akan mengerti bahasa Indonesia.

"Berapa lama lagi hingga kita sampai di hotel, Jess?" tanya Arka.

"Sekitar 10 menit lagi."

Arka mengangguk kecil. Ia kembali menatap Karin, tangannya mencoba meraih tangan mungil istrinya itu kemudian menggenggamnya erat. Saat Karin tidak bisa diajak bicara, dia harus melakukan sesuatu agar Karin tidak menganggap dirinya mengabaikannya.

Akhirnya mereka sampai di salah satu suite hotel terbaik di Melbourne. Itu berada di pusat kota dan pemandangannya tepat menghadap ke Yarra river. Liburan mereka kali ini harus memuaskan Karin karena mereka sebenarnya terhitung jarang liburan karena tuntuan pekerjaan Arka dan Karin yang dulunya masih kuliah kedokterannya. Arka yakin Karin akan suka tempat mereka menginap kali ini. Arka membantu Jessica menurunkan koper mereka sedangkan Karin hanya terdiam menunggu di lobi.

"Baiklah, selamat beristirahat. Akan kukabari tentang rencana besok," kata Jessica sebelum akhirnya pergi.

Sepeninggal Jessica, bell boy langsung melayani mereka dengan membawa koper dan mengantar mereka ke kamar. Arka sangat menantikan reaksi Karin begitu tahu jika dia sudah menyiapkan segalanya dengan sebaik mungkin.

Lovely HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang