Lovely Husband

[39]

Eit, masih dibaca, kan? Moga belum pada kabur karena part sebelumnya.

Ѯ

Cahaya hidupku padam

Sirna di antara gelap masa lalu

Kau datang

Membawa segenap harapan dengan cahayamu yang juga hampir padam

Bersama melangkah

Menghadapi dunia

Menguji diri...

Lantas apa yang berubah?

Kau pergi

Setelah cahayaku mulai memperlihatkan dirinya

Kini...

Mengapa kau malah lebih membuatnya lebih gelap

Gelap melebihi yang lalu

Kertas bergaris biru itu sudah berkali-kali dijatuhi tetesan air mata hingga beberapa kata di sana menjadi buram. Sang penulis untaian kata tersebut tidak peduli. Apa pedulinya terhadap kata tanpa makna itu sekarang.

Semua kosong. Gelap. Samar.

Tidak ada kepastian akan adanya harapan baru. Harapannya kembali hancur, lebih hancur dari saat seseorang mencoba menodainya dulu.

Ini berbeda.

Terasa tidak nyata yang perlahan menjadi kenyataan.

Apa ini?

Perempuan itu mengusap air matanya kala mendengar suara pintu kamarnya diketuk. Tidak berharap yang datang hanya membawa kabar buruk.

Dua detik kemudian, pintu kamar itu dibuka, memperlihatkan orang yang tidak ingin dia lihat untuk sementara.

Karin-perempuan itu segera mengalihkan pandangannya dari pintu ke luar jendela, menatap ranting-ranting yang bergerak karena dihembus angin yang cukup kuat.

Dia yakin jika seseorang sedang memerhatikannya sekarang. Namun dia enggan untuk melihat kehadiran laki-laki itu. Karin sangat tahu jika laki-laki itu tidak bersalah, tetapi apakah tidak ada yang lebih penting untuk dikatakan selain kabar itu.

Karin muak.

Dia belum mampu menerima kenyataan. Semua kenangan dan harapan membuat logika-nya tidak bekerja lagi. Yang membuatnya sangat sulit untuk menerima semua itu hanya... janji pria itu padanya.

Jika dia pasti kembali. Pasti baik-baik saja.

Lantas apa?

Tidak ada yang mampu menjawab.

Suara helaan napas terdengar jelas di kamar yang dulunya menjadi saksi saat pria itu berjanji. Berjanji akan kembali dan baik-baik saja. Tempat terakhir pria itu mengatakan jika dia menyayangi perempuan yang tengah dalam kegundahan itu.