"Kakak hari ini juga lembur?" Untuk pertama kalinya sejak Karin dan Arka menikah, inilah pertama kalinya Karin yang memulai pembicaraan.
Seminggu tinggal bersama, Karin akhirnya sedikit membuka diri terhadap Arka dan Arka seperti sedikit senang akan perubahan sikap Karin. Setidaknya seminggu hidup bersama tidak terlalu membosankan meski tidak ada hal baru. Selama seminggu ini juga, Karin terlihat serius dalam berlatih masak meski bentuk masakannya selalu digolongkan aneh dan yang paling aneh lagi, entah kenapa rasanya enak.
"Hmm.. sepertinya tidak. Kenapa?" tanya Arka balik menatap gadis yang tengah duduk disebelahnya sekilas lalu kembali memfokuskan pandangannya pada jalanan.
"Bukan apa-apa kok kak, hari ini Karin ada tugas kelompok, jadi bakal pulang telat. Kakak makan siang dirumah?" Karin menautkan jari-jarinya. Entah kenapa jika ia berbicara dengan Arka, perasaan gugup selalu muncul.
Arka menggeleng, "Siang ini aku ada meeting, jadi makan dikantor." Jawabnya seraya menghentikan laju mobilnya didepan gerbang sekolah Karin.
Karin melepas sabuk pengaman, mengambil ransel serta buku kimia tebal lalu keluar dari mobil. Sebelum Karin keluar, Arka menahan tangannya, Karin yang merasakan pergerakan dari Arka langsung menoleh melihat Arka."Kenapa kak?" Tanya Karin gugup, ini kontak fisik terlama yang terjadi akan keduanya.
Arka menggeleng lalu tersenyum tipis, "Enggak, kamu belajar yang baik." Ucap Arka mengacak-acak rambut hitam Karin.
"Iya kak, Karin pergi." Balas Karin gelagapan lalu keluar dari mobil dan menghampiri Vita dan Sasha yang sudah menunggu didepan gerbang seperti biasanya.
Arka melajukan mobilnya sebelum mobilnya itu menarik perhatian lebih banyak orang lagi.
"Ciee.. yang selalu setia diantar suami tercinta." Goda Sasha mengacak-acak rambut Karin yang sudah berantakan karena ulah Arka tadi.
Vita merangkul Karin, "Karena elo Rin, gue jadi kebelet kawin."
"Nikah." Kata Karin membenarkan kalimat yang baru saja diucapkan Vita, menurut Karin, kawin adalah kata yang tak enak didengar.
"Terserah, lo harus tanggung jawab dan traktir gue makan soto mbok Futriah." Balas Vita mempererat rangkulannya sehingga buku kimia setebal ensiklopedia ditangan Karin jatuh.
Karin berjongkok untuk meraih bukunya kembali lalu berkata, "Kalo soto doang, gue juga bisa buat kok." Sasha menatap Karin tak percaya.
"Lo udah pandai masak Rin?" Tanyanya dengan nada histeris. Dia sangat tahu dan sudah terlalu tahu jika sahabatnya sejak sepuluh tahun lalu itu paling anti dengan dapur.
Karin mengangguk, "Iya, mamanya Arka tiap hari jum'at ngajarin gue masak."
Vita melirik ke arah karin, "Kalo gitu besok gue sama Sasha dateng kerumah lo ya? Biar gue bisa liat suami lo yang cetar membahana itu." Ucapnya cengegesan. Sasha mengangguk antusias, "Bener Rin, sekalian biar kami tau alamat lo dimana."
Karin memutar bola mata malas, "Yaudah, nanti gue tanya sama kak Arka."TIIIIIIIIIIIIN
Suara klakson nyaring terdengar tepat dibelakang Karin. Karin yang tak mudah dibuat kaget hanya diam lalu menoleh kebelakang melihat siapa yang membuat ribut.
"Hei cewek bokep, minggir!" Teriak cowok yang sama seperti terakhir kali di tempat parkir lagi. Karin yang merasa namanya bukan bokep memilih tetap berdiri tanpa beralih arah.
"KAK EGIII..." Seketika jeritan pecah. Karin menutup telinganya.
"HEI CEWEK BOKEP, MINGGIR LO!" teriak cowok bernama Egi itu (lagi).
KAMU SEDANG MEMBACA
Lovely Husband
Romance[attention : belum direvisi, banyak typo, kesalahan penggunaan kata dan tanda baca] Kisah antara Arka dan Karin dimulai saat keterpaksaan menghampiri kedua belah pihak. Antara tidak ingin mengecewakan atau dianggap tidak memikirkan keluarga membuat...